"Apa maksudmu, Dev?" Sergah Bellinda yang langsung mendelik ke arah suaminya tersebut.
"Anne masih terlalu muda, Bell! Kita tidak mungkin membiarkannya menikah, lalu punya bayi." Suara Devan tercekat di tenggorokan.
"Om, tolong jangan lakukan hal itu!" Sergah Abi tiba-tiba yang sudah bersujud di kaki Devan.
"Dad, tolong berpikirlah jernih dan jangan mengambil keputusan gila begini!" Liam ikut-ikutan menasehati sang Dad.
"Anne sudah delapan belas tahun, Dad! Kita tidak bisa membunuh sebuah nyawa hanya karena alasan konyol Anne masih kecil." Thalia ikut-ikutan bersuara dari belakang sana.
Gadis itu masih merangkul Anne yang masih sesenggukan.
"Saya akan bertanggung jawab dan menikahi Anne, Om! Tapi tolong jangan lenyapkan calon anak saya," mohon Abi masih bersujud pada Devan.
"Anne itu masih kecil dan masih terlalu muda untuk menikah! Masa depannya masih panjang dan kau malah merusaknya! Kau pikir aku akan setuju Anne menikah dengan bocah sepertimu? Dasar brengsek!" Murka Devan yang sudah bangkit berdiri dan kembali mencengkeram kerah kemeja Abi.
"Bukan sepenuhnya salah Abi, Om! Kami sama-sama khilaf malam itu!" sergah Abi membela diri.
"Kau itu yang khilaf! Aku tidak khilaf!" teriak Anne merasa tak terima.
"Tapi kau mabuk dan kau yang mulai menggodaku!" timpal Abi cepat mencari pembenaran.
"Sudah cukup!" Teriak Devan menghentikan perdebatan antara Anne dan Abi.
"Pak Devan, saya tahu anda marah dan emosi pada Abi. Tapi tolong jangan mengambil keputusan seperti ini." Bu Sani kembali buka suara.
"Bagaimanapun juga, janin itu sudah tumbuh dan berkembang di rahim Anne. Dan itu adalah cucu anda, cucu saya juga. Kita tidak bisa melenyapkannya begitu saja," imbuh Bu Sani lagi yang raut wajahnya berubah sendu.
"Bu Sani benar, Dev! Kendalikan emosimu itu dan jangan mengambil keputusan gila!" Bellinda membantu melerai Devan dan melepaskan cengkeraman tangan pria paruh baya tersebut di baju Abi.
Bellinda memaksa Devan untuk kembali duduk, dan menyuruh Abi kembali ke tempatnya juga.
"Abi sudah bersedia untuk bertanggung jawab. Jadi kita nikahkan saja Anne dan Abi. Masalah selesai!" Ucap Bellinda menatap bergantian pada Devan dan Bu Sani seolah minta persetujuan.
"Anne tidak mau menikah sama Abi, Mom!" Teriak Anne dari belakang sana.
Semua orang sontak menoleh ke arah Anne.
"Ada apa denganmu, An?" tanya Thalia menatap heran pada adik bungsunya tersebut.
Pertanyaan Thalia seolah mewakili pertanyaan semua orang yang ada disitu.
"Anne-" Anne mencebikkan kedua bibirnya.
"Anne itu musuhan sama Abi! Jadi Anne nggak mungkin nikah sama Abi?" Sambung Anne lagi masih dengan ekspresi kekanak-kanakan.
"Musuhan tapi bisa bobok bareng sampai hamil," timpal Liam ikut bicara dengan nada kekanakan juga.
Sontak sebuah pukulan dari tangan Bellinda langsung melayang ke lengan Liam.
"Jadi maumu bagaimana, Anne?" Bellinda kembali memijit pelipisnya yang pening.
"Kau sekarang hamil anaknya Abi, tapi kau tidak mau menikah dengan Abi hanya karena kalian musuhan di sekolah. Apa alasanmu tidak bisa lebih kekanakan lagi?" Cecar Bellinda lagi dengan nada yang sudah meninggi.
"Sabar, Bu Belle!" Bu Sani berusaha meredam emosi Bellinda yang sepertinya sudah naik di ubun-ubun.
"Aku juga kurang setuju sebenarnya dengan pernikahan ini-"
"Dev!" Potong Bellinda cepat mendelik ke arah Devan, seolah memberi ancaman pada pria itu untuk tidur di luar malam ini jika masih saja menolak pernikahan Anne dan Abi.
Devan langsung diam dan tidak melanjutkan kalimatnya.
"Anne dan Abi akan menikah, titik!" Ucap Bellinda tegas, seakan tak mau dibantah lagi oleh siapapun.
"Anne akan tinggal dimana setelah menikah dengan Abi, Mom?" Tanya Anne yang masih saja mencebik.
Thalia sudah membawa gadis itu mendekat ke arah semua orang yang sedang berkumpul di ruang tamu.
"Di rumah besar i-"
"Tentu saja di rumah Abi!" Sela Bellinda cepat memotong kalimat Devan seraya kembali mendelik ke arah suaminya tersebut.
"Kau tidak tinggal di rumahku setelah kita menikah, dan malah mengajak aku dan kedua orang tuaku tinggal di istanamu ini." Sergah Devan mengalihkan pembicaraan.
"Aku tinggal di rumahmu selama satu bulan, lalu kau yang mengajak aku pindah kembali ke rumah ini saat aku hamil Liam."
"Kau bilang rumahmu terlalu kecil untuk si kembar berlari-larian. Jadilah kita sepakat dan pindah kesini," tutur Bellinda tak mau kalah.
"Mom, Dad! Bisakah kalian berdua berhenti berdebat tentang hal pribadi seperti ini?" Omel Thalia yang sepertinya kesal dengan tingkah kekanakan Bellinda dan Devan di waktu yang tidak tepat ini.
"Kami hanya tinggal di rumah sederhana di dalam gang sempit, Bu Belle. Apa Anne akan betah?" Tanya bu Sani khawatir.
"Itu benar, Mom! Bahkan kasur di kamar Abi juga sudah tua dan keras," timpal Anne membenarkan kalimat bu Sani.
"Tua dan keras, tapi di pake bobok bareng bisa hamil juga kamu, Anne!" Goda Liam menaik turunkan alisnya ke arah Anne.
"Diam kamu, Liam!" Gantian Devan yang memukul lengan Liam karena anak laki-lakinya itu selalu saja ceplas-ceplos saat berbicara.
"Abang resek!" Anne mendelik ke arah Liam.
"Biarin!" Liam memeletkan lidahnya ke arah Anne.
"Liam, sudah cukup! Dan silahkan pergi dari ruangan ini!" Usir Bellinda yang langsung membuat Liam diam seketika.
"Mom akan membelikan kasur baru untuk kalian nanti. Kau senang sekarang?" Ucap Bellinda yang kali ini mendelik ke arah Anne.
Gadis itu masih mencebik.
"Apa kita perlu memindahkan seluruh isi kamarmu ke rumah Abi agar kau berhenti merengek seperti ini?" Timpal Thalia yang sepertinya ikut kesal dengan tingkah Anne yang kekanak-kanakan.
Astaga!
Gadis ini sedang hamil dan akan menjadi seorang ibu beberapa bulan kedepan. Tapi sikap dan tingkah lakunya masih saja seperti bocah TK.
"Mana muat? Kamar Abi itu kecil! Cuma seluas kamar mandi di kamar Anne," sahut Anne yang sontak membuat Abi dan Bu Sani mengelus dada.
"Bagaimanapun keadaan rumah Abi, kau akan tetap tinggal di sana, Anne!"
"Jadi terima saja dan jangan banyak mengeluh!" Nasehat Bellinda tegas.
"Dan buang jauh sikap sombongmu itu!" Sambung Bellinda lagi masih dengan nada tegas.
Anne masih saja merengut seakan keberatan dan merasa "terusir" dari rumahnya sendiri.
"Jangan sedih begitu, Anne sayang! Kau tetap bisa berkunjung ke rumah ini setelah menikah nanti, kapanpun kau mau. Ini masih tetap rumahmu sampai kapanpun," bujuk Devan berusaha menghibur Anne.
"Dad benar, Anne! Kau masih bisa bekunjung kesini kapanpun kau mau," Bellinda menjeda kalimatnya sejenak.
"Tapi Mom tetap melarang kamu tinggal di rumah ini. Kamu harus tinggal di rumah Abi bersama Abi dan Ibu Sani," lanjut Bellinda lagi menatap ke arah Anne seakan minta persetujuan.
"Iya, Mom! Anne mengerti," jawab Anne setengah hati.
Lengkap sudah penderitaan Anne setelah menikah nanti.
"Jadi, kapan rencananya pernikahan Anne dan Abi akan dilaksanakan?"
.
.
.
Kapan kapan 😅 😅
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
IMBAS DOSA MASA LALU ORTU, AKN JDI KARMA DIMASA DEPAN, DLU BELLE MMPERMAINKN SAKRALNYA PRNIKAHAN BRSAMA DEVAN KRN AMBISI SBUAH PROYEK, DEVAN PRNH BRZINAH DGN CLARA ADIKNYA BELLE, MSKI DIJEBAK, HINGGA LAHIRNYA SI KMBAR THALITA & THALIA, BELLE PRNH TINGGAL BRSAMA DI MANSIONNYA NICK, MSKI GK BRZINAH, TPI MRK SERING TIDUR BARENG, CIUMAN, PELUKAN DN SALING ELUS2.. SKRG ANNE MNJADI KORBANNYA..
SPRTI KASUS KLUARGA HANS, MMANYA SI IRA BRSELINGKUH DN BRZINAH DGN PAPANYA SI ALANNO, PADAHAL MASING2 SDH BKLUARGA DN MMPUNYAI ANAK, HINGGA AKHIRNYA, MMUNCULKN DENDAM DI HATI ALANNO, DN VIOLA ANAK IRA YG MNJADI KORBAN PENCULIKAN, PERKOSAAN BRUTAL BRHARI2 OLEH ALANNO..
2023-05-12
0
Riska Wulandari
tinggal disitu napa mom..tega banget sama anak..🤭🤭🤭
2021-11-13
0
Vani
tidur di teras Pak Devan.....😁
Pak Devan gengsi, kurang sreg karena status Abi ya Pak....
jadi perekonomian Bu Bella lebih baikkah dari pak Devan....
sepertinya dengan peristiwa dan pindahnya Anne ke kediaman Bu Sani akan merubah sikap seorang Anne
2021-04-25
1