Beberapa minggu berlalu,
"Makasih udah nganterin Anne, Abangku yang paling tampan!" Anne mencubit pipi Liam dengan sangat kuat.
"Anne!" Pekik Liam sebal.
Adiknya ini selalu saja menyebalkan.
"Bye!" Anne melambaikan tangan pada Liam sebelum membuka pintu mobil dan turun di depan teras rumah Papa Theo.
Mobil Liam sudah melaju meninggalkan rumah besar tersebut. Anne berjalan santai ke arah teras. Tepat di pintu masuk, gadis itu berpapasan dengan mama Airin yang sepertinya hendak menyiram bunga di halaman.
"Pagi, Tante!" Sapa Anne pada wanita paruh baya tersebut.
"Pagi, Anne! Mau kemana? Kok dandan cantik?" Balas mama Airin berbasa-basi pada Anne.
"Mau ketemu sama Valeria saja, Tante. Dan mungkin mau nginep disini malam ini," jawab Anne seraya meringis, menunjukkan deretan giginya.
"Vale ada di kamarnya. Masuk saja!" Titah mama Airin yang segera berlalu dari hadapan Anne.
Anne segera masuk dan setengah berlari menaiki tangga. Raut wajah gadis itu tak lagi ceria dan sudah berubah murung.
Anne hanya ingin bertemu Valeria secepatnya dan menceritakan semua masalahnya. Valeria selalu bisa berpikir bijak, jadi pasti Valeria punya jalan keluar untuk masalah Anne kali ini.
"Vale!" Anne membuka pintu kamar Valeria dengan kasar, sebelum kembali menutup dan menguncinya.
"Ada apa sih, Anne? Bikin kaget aja," gerutu Valeria yang sedang tengkurap di atas kasurnya seraya membaca novel.
Gadis itu segera menutup novelnya dan berpindah posisi menjadi duduk bersila.
"Va!" Anne menjatuhkan dirinya di atas kasur Anne dan menangis tersedu-sedu.
"An, kamu kenapa?" Valeria sontak menjadi bingung dengan sikap aneh Anne.
"Va, aku hamil," cicit Anne yang langsung membuat Valeria membelalakkan matanya.
"Jangan bercanda, An!" Gertak Valeria menatap tajam ke arah Anne.
"Aku nggak bercanda!" Anne mengusap airmatanya dan mengambil sesuatu dari dalam tas kecil yang tersampir di pundaknya.
"Lihat ini!" Anne menunjukkan benda putih panjang itu pada Valeria.
"Kamu hamil sama siapa, An?" Tanya Valeria menyelidik.
Anne terdiam sejenak. Merasa malu untuk mengatakan, tentang pria yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya. Anne hanya pernah berhubungan badan sekali, dan kenapa itu harus dengan orang yang paling Anne benci?
"An!" Valeria mengguncang tubuh sepupunya tersebut meminta penjelasan.
"Siapa, An!" Cecar Valeria sekali lagi menuntut jawaban.
"Abi," cicit Anne seraya mencebik.
"Hah? Serius?" Kedua bola mata Valeria kembali membelalak.
"Aku harus gimana, Va? Mom dan Dad pasti mengamuk kalau aku memberitahu mereka," Anne kembali menangis terisak.
"Kamu sudah memberitahu Abi?" Tanya Valeria yang raut wajahnya berubah serius.
"Belum! Aku nggak mau nikah sama Abi, Va!" Sergah Anne kembali mencebik.
"Aku masih mau kuliah, dan menikmati masa mudaku," Anne memainkan kedua telunjuknya dan kembali menangis.
Dasar gadis cengeng!
"Va, aku harus gimana?" Tanya Anne lagi kali ini raut wajahnya berubah bingung.
"Kamu harus menemui Abi, lalu bicara jujur pada Uncle dan Aunty, An! Kamu nggak bisa menyembunyikan ini selamanya," nasehat Valeria berusaha bersikap bijak.
"Kamu temani aku ketemu Abi, ya!" Pinta Anne akhirnya.
"Ya. Aku pasti temenin kamu, kok," Anne meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Kamu nelpon siapa?" Tanya Anne menyelidik.
"Sean. Dia yang tahu rumah Abi, jadi kita ajak Sean sekalian," jawab Valeria masih menunggu teleponnya diangkat oleh Sean.
"Nggak usah!" Anne merebut ponsel Valeria dengan cepat dan membatalkan panggilan ke Sean.
"Aku tahu kok rumah Abi. Aku sudah pernah kesana." Anne kembali mengerucutkan bibirnya.
Mendadak hatinya merasa dongkol setiap kali ia menyebut nama Abi.
Anne masih benci pada pemuda bernama Abiano itu!
"Yaudah, aku ganti baju sebentar trus kita ke rumah Abi," ucap Valeria yang sudah beranjak dari duduknya.
Gadis itu mengambil baju dari lemari dan segera masuk ke kamar mandi untuk berganti baju.
****
Anne dan Valeria sudah sampai di rumah Abi dan mengetuk pintu, saat ponsel Valeria yang ada di dalam tas berbunyi.
Sean menelepon.
"Halo, Sean!" Sambut Valeria setelah mengangkat telepon.
"Kamu tadi nelpon aku, Va?"
"Eh, iya. Tadi cuma mau tanya sesuatu saja. Tapi nggak jadi. Udah dapat jawaban," jawab Valeria sedikit salah tingkah.
"Trus, kamu dan Anne lagi ngapain di depan rumah Abi?"
"Hah? Kok kamu bisa tahu?" Valeria segera mengedarkan pandangannya ke kiri dan kanan rumah Abi.
Dan benar saja, ternyata Sean sedang berjalan santai ke arah rumah Abi bersama sang empunya rumah, Abiano.
Ya ampun!
"Wah, wah! Bilangnya benci setengah mati. Tapi apel juga ke rumahnya, An?" Ejek Sean pada Anne.
Anne yang biasanya akan langsung membalas ejekan dari Sean, kali ini hanya diam dan menatap marah pada Abi.
Sedangkan Abi yang seakan paham kalau ada sesuatu yang tidak beres, memilih untuk segera membuka pintu rumahnya, dan mempersilahkan ketiga temannya itu untuk masuk ke dalam rumah sederhananya.
"Brengsek kamu!"
Plak!
Anne langsung menampar pipi Abi dengan keras, sesaat setelah mereka berempat masuk ke dalam rumah Abi. Anne lanjut menangis di pelukan Valeria.
"Anne, kamu kenapa? Datang datang langsung nampar Abi dan bilang brengsek," cecar Sean tak mengerti.
Sedangkan Abi hanya diam bergeming dan menatap Anne dengan penuh rasa bersalah.
"Maafkan aku, Anne!" Lirih Abi yang kini ganti menundukkan wajahnya.
"Aku masih pengen kuliah! Aku nggak mau nikah atau punya anak dulu! Kamu benar-benar brengsek, Bi!" Murka Anne sekali lagi meluapkan semua kemarahannya pada Abi.
"Anne, sudah!" Valeria mendekap Anne dan membimbing sepupunya itu untuk duduk.
"Ini sebenarnya ada apa? Apa ada yang bisa jelasin ke aku?" Tanya Sean bingung menatap bergantian ke arah Valeria, Anne, dan Abi.
"Anne hamil, Sean," ucap Valeria merendahkan nada bicaranya.
"Apa?" Teriak Sean lebay.
"Itu sebuah ketidaksengajaan!" Sergah Abi membela diri.
"Jangan bilang kalau kamu pelakunya!" Sean sudah menarik kerah kaus Abi dan menatap marah pada temannya tersebut
"Sean! Kendalikan dirimu!" Valeria bergegas melerai Sean dan Abi sebelum terjadi adegan baku hantam.
"Aku tidak sengaja melakukannya! Dan aku benar-benar menyesal," ucap Abi dengan raut wajah penuh penyesalan.
"Sebaiknya kita semua duduk, dan bicara dengan kepala dingin!" Valeria masih menjadi penengah dan memberi arahan pada tiga temannya tersebut.
Sean menarik nafas panjang berulang kali demi meredam emosinya, sebelum akhirnya duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu mungil rumah Abi.
Sesaat suasana di ruangan tersebut mebjadi hening. Hanya terdengar isak tangis Anne yang masih menangis di pelukan Valeria.
"Aku sedang pulang dari mengantar pesanan di malam prom nite itu. Lalu aku tak sengaja melihat sebuah taksi yang sedang dibegal." Abi memulai ceritanya.
Sean dan Valeria memilih untuk diam tanpa menyela.
"Tadinya aku ingin pergi dan tidak mau ikut campur, namun penumpang taksi itu tiba-tiba berlari ke arahku dan minta tolong." Abi menjeda kalimatnya.
"Penumpang taksi itu adalah Anne," lanjut Abi yang langsung tertunduk.
"Seharusnya kau mengantarku pulang malam itu! Bukan malah membawaku ke rumah kumuhmu ini!" Sergah Anne berapi-api.
"Aku tidak tahu dimana rumahmu. Dan kau mabuk malam itu, Anne!" Balas Abi membela diri.
"Kau punya ponsel, Kau bisa menelepon Sean atau Valeria dan bertanya dimana rumahku. Memang dasar kau itu mesum dan cari kesempatan!" Tuding Anne masih berapi-api.
"Aku tidak mencari kesempatan!" Abi sudah beranjak dari duduknya dan menghampiri Anne yang masih duduk di samping Valeria.
"Kau mabuk, lalu kau membuka bajumu sendiri di dalam kamarku. Dan kau juga yang membuka bajuku. Kau yang menggodaku!" Tuding Abi sekali lagi menatap tajam ke arah Anne.
"Abi!" Sean segera memaksa Abi untuk kembali duduk di tempatnya.
"Tidak usah mencari alasan! Memang dasarnya kau itu pria mesum!" Sergah Anne masih pada pendiriannya.
"Kalian sama-sama salah!" Sela Sean tiba-tiba.
"Jangan sok tahu! Teman mesummu itu yang sudah memperkosaku!" Anne ganti mendelik ke arah Sean.
"Aku tidak memperkosamu! Kau juga menikmatinya malam itu! Kau bahkan berteriak-teriak dan meminta lagi, lagi. Kau tidak mau melepaskanku semalaman!" Papar Abi blak-blakan.
Anne sontak terdiam dan wajahnya berubah merah padam.
"Kau menuduhku sebagai wanita yang haus belaian?" Cecar Anne tak terima.
"Aku tidak menuduhmu! Aku hanya menjelaskan kronologi yang sebenarnya!" Abi masih tak berhenti mencari pembenaran.
"Sudah cukup!" Teriak Sean melerai perdebatan antara Anne dan Abi yang sepertinya tak pernah berujung.
Benar-benar dua remaja yang keras kepala!
"Semua sudah terlanjur. Jadi tidak perlu mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Kalian berdua harus bicara jujur pada Uncle, Aunty, dan ibu kamu, Abi!" Tutur Sean memberikan saran.
"Sean benar. Kalian harus bicara jujur dan mengatakan yang sebenarnya. Kau siap bertanggung jawab kan, Abi?" Timpal Valeria meminta kesanggupan dari Abi.
"Iya, ak-"
"Aku tidak akan pernah menikah denganmu!" Sela Anne cepat memotong kalimat Abi.
"Lalu kau mau bagaimana? Menggugurkannya? Jangan gila, An!" Sean memperingatkan Anne.
Anne menatap linglung pada Valeria, Sean, dan Abi. Gadis itu beranjak dari duduknya dan menghampiri Abi.
"Aku membencimu!" Pungkas Anne sebelum berlalu keluar dari rumah Abi.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Prima Mustika
semua sudah terjadi semoga Abi dan Anne kuat menjalani kehidupan
2023-07-16
0
Sulaiman Efendy
APAPUN SKRG, MMG HRS JUJUR KE KLUARGA.. ABI HRS JUJUR KE IBU SANI, SDGKN ANNE HRS JUJUR KE DAD DEVAN DN MOM BELLE
2023-05-12
0
Sulaiman Efendy
YANG BENAR2 SALAH YAA ANNE, KNP ACARA MLH MINUM ALKOHOL, DN KNP PIHAK SEKOLAH MMBIARKN ADA ALKOHOL DILINGKUNGAN SKOLAH, APA ANNE SNGAJA MNUM ALKOHOL, ATAU ANNE ADA YG JEBAK, KYKNYA ANNE BKN SKEDAR MABUK, TPI MINUMANNYA JUGA DICAMPUR OBAT PRANGSANG.
2023-05-12
0