Against The World II: Transgression
AXELLIBRA adalah kota terbesar kedua di seantero Islan yang luas. Pun demikian dengan penduduknya—terbanyak nomor dua. Setidaknya, itulah kenyataan pada abad ini. Namun, sebelum-sebelumnya, kota dengan status penduduk terbanyak berada di tangan Axellibra. Sejarah mencatat, populasi tertinggi yang pernah dimiliki Axellibra berada di atas empat juta jiwa.
Populasi itu menurun drastis saat proyek pengembangan digalang. Ribuan kepala keluarga pindah dari ibukota menuju kota-kota lain tiap tahunnya—per kepala keluarga diberi kompensasi 500 keping emas ditambah tanah baru dengan luas yang sama dengan yang mereka tinggalkan. Pajak yang harus mereka bayarkan pun turut diturunkan menjadi setengahnya selama kurun waktu 10 tahun. Itu tawaran yang menggiurkan bagi sebagai besar rakyat. Tak ayal, hanya dalam beberapa dekade, populasi ibukota merosot tajam.
Berbeda dengan negeri-negeri lain, bangunan terbesar dan tertinggi di Axellibra bukanlah istana di mana raja/ratu/emperor bersemayam. Status itu disandang oleh Gereja Agung Luciel. Bukan saja ia bepredikat sebagai bangunan tertinggi dan terbesar di Axellibra, ia juga berposisi sebagai jantung kota—letaknya persis di tengah-tengah kota. Lebih dari itu, Gereja Agung Luciel adalah bangunan pertama yang berdiri di Axellibra—terakhir kali direnovasi sekitar satu abad yang lalu.
Di dalam bangunan nomor satu di seantero Emiliel Holy Kingdom itu, di salah satu ruangan tersakral dalam gereja, terlihat dua belas individu duduk dalam posisi lotus di atas dipan-dipan. Berjarak satu meter di depan kedua belas dipan itu, sebuah dipan lainnya terletak rapi. Di atasnya duduk seorang pria berpakaian serba putih berusia setengah abad.
Mereka bukan individu-individu biasa. Twelve Holy Saints ‒ begitu mereka dikenal di seantero Emiliel Holy Kingdom. Pun di depan mereka bukan sembarang orang. Dia adalah pendeta tertinggi gereja, Pope, individu yang otoritasnya berada di atas seorang raja sekalipun. Pun begitu dengan Twelve Holy Saints, mereka harus patuh pada perintah Pope. Tidak ada yang bisa memerintah sang Pope. Tidak ada, kecuali satu saja.
Fie Axellibra ‒ nephilim satu-satunya di dunia.
Tidak ada yang boleh memberi perintah pada sang Pope selain dirinya. Dialah sang pendiri Emilel Holy Kingdom. Bagi rakyat Emiliel Holy Kingdom, Fie Axellibra adalah sang dewa itu sendiri. Dia adalah satu-satunya alasan mengapa mereka bisa menjadi negeri nomor satu. Bahkan di dalam Gereja Agung Luciel sekalipun, ruang tersuci dari yang tersuci adalah ruang di mana lukisan Fie Axellibra ditempatkan.
Sang Pope saat ini duduk memimpin Twelve Holy Saints di hadapan orang nomor satu Emiliel Holy Kingdom itu. Fie duduk di atas singgasana yang hanya diperuntukkan baginya, berjarak sepuluh meter di depan dipan di mana sang Pope duduk. Fie tidak sendiri. Di kanan singgasana, Neira Claudian berdiri dalam wujud manusianya. Kedua wanita bertubuh “mungil” itu memiliki ekspresi datar di wajah mereka.
“Aku sudah mendengar laporannya,” ucap Fie dengan suara monotonnya, iris emasnya memandang intens sang Pope. “Rossia juga mengatakan kau ingin mengirim mereka ke Lembah Terlarang Ed.”
“Benar, Nona Fie.” Pendeta tertinggi itu mengangguk sambil mengelus-eluskan janggutnya. “Queen Elmira telah melakukan yang terbaik untuk menyembunyikan keberadaan Eternity, Nak Rossia bahkan tak mampu membuktikan hal itu. Namun, jelas sudah kalau Eternity bersembunyi di sana. Dan penglihatan hamba mengatakan selanjutnya tujuan Eternity berhubungan dengan Lembah Terlarang Ed.”
“Kalau begitu lakukan apa yang harus kalian lakukan. Aku menye—ah, lupakan. Aku harus pergi sekarang. Kuserahkan semuanya padamu sampai aku kembali, Pope. Neira, tunggu aku di tempat biasa.”
Fie tidak menanti respons sang Pope atau siapa pun. Sosoknya langsung tertarik oleh pusaran ruang yang berada tepat satu jengkal di atas singgasana. Tidak ada yang tahu ke mana sang nephilim pergi, tetapi yang jelas ini bukan kali pertama mereka melihat pusaran ruang itu.
...* * *...
Fie menemukan dirinya berada di dataran putih yang memberi sensasi dingin di kulit ‒ kakinya berada tepat di atas tumpukan salju yang menumpuk. Ke mana pun dia memandang, hanya tumpukan salju dan es yang memandangnya balik. Tidak salah lagi, ia sedang berada di Benua Es Gheata. Apa itu artinya Edenia telah memutuskan untuk kembali menunggu di sini?
“Benar sekali, Fie, aku akan menunggu di sini sampai Xavier mendapatkan [Celestial White Flame], [Eternal Zero], dan [Complete Annihilation]. Setelahnya mungkin aku akan kembali menginjakkan kaki di surga, atau mungkin merebut bulan dari tangannya Vermyna.”
Fie tak terkejut mendengar suara itu datang tepat dari depan dirinya, walaupun sejatinya langkah kaki itu berasal dari belakang Fie. Tidak ada yang bisa Edenia lakukan untuk mengejutkan Fie ‒ selain melepaskan rantai yang membelenggu kakinya, Fie tahu tidak ada yang tak dapat Edenia lakukan. Anti-sihirnya sekalipun…di hadapan Edenia itu sama sekali tak berguna.
“Begitu. Lantas, mengapa kau membawaku ke sini?” tanya Fie sembari melirikkan matanya ke belakang, tetapi saat itu Edenia sudah mendudukkan dirinya di Throne of Heaven tepat sepuluh meter di kiri sang nephilim—yang spontan membuatnya menghadapkan wajah ke sana.
“Apa kau tahu mengapa kau, Vermyna, Jiang Yue Yin, dan wanita-wanita kuat lainnya berhenti tumbuh saat berada di usia 12 atau 13-an?” tanya Edenia seraya mengangkat tangan kanannya, mengeluarkan mana berwarna putih keemasan yang lantas membentuk wujud burung. “Apa kau tahu?” tanyanya lagi sembari membiarkan mana wujud burung itu melayang, yang sejurus kemudian menjelma menjadi seekor elang yang benar-benar hidup.
Fie tidak memberi respons. Ia tidak tertarik mendengar hal yang tak penting seperti itu. Memang, Fie tidak akan menolak untuk memiliki tubuh sebagaimana wanita dewasa lainnya. Namun, ia sama sekali tak punya masalah dengan tubuhnya yang hanya setinggi satu koma tiga meter. Apa pun alasan Edenia, itu sama sekali bukan urusannya.
“Apa maumu?” tanya Fie datar.
Ia sama sekali tak takut pada Edenia. Karena, jika dia mau, ia bisa dibunuhnya dengan mudah. Fakta kalau ia masih tetap hidup sampai sekarang adalah bukti kalau Edenia tidak mempermasalahkan sikapnya.
“Aku membencimu, dan kau tahu itu. Jadi, langsung saja, Edenia. Tidak perlu ba—!”
Ucapan Fie terputus tiba-tiba. Tubuhnya tak bisa bergerak. Suaranya tertahan. Lebih jauh lagi, ia sudah berada tepat di depan Edenia dalam keadaan membungkuk. Benar, Fie tidak salah berasumsi. Posisinya sudah tak lagi di tempat tadi, ia tepat berada di depan Edenia.
“Kau, Vermyna, dan Xavier adalah makhluk paling spesial dari semuanya. Kalian tidak terikat oleh konsep takdir yang Throne of Heaven rancang. Kalian adalah anomali, semi-avatar. Jangan kecewakan aku dengan memusnahkanmu di sini, Fie Axellibra. Aku menoleransikan banyak hal, tetapi jangan lupakan posisimu. Apa itu jelas?”
Fie tidak takut pada siapa pun. Ia kuat. Dalam wujudnya yang sekarang saja ia bisa bertarung menghadapi Luciel atau Lucifer, dan menang. Thevetat berkekuatan penuh dan Phoenix lebih kuat darinya, dan True Thanatos akan sangat menyusahkannya. Namun, dalam wujudnya yang sebenarnya, menghadapi Phoenix dan Thevetat sekaligus tidak sulit sama sekali. Bahkan, jika Phoenix, Thevetat, Lucifer, dan Luciel bersatu melawannya, …dalam wujud nephalem ia akan keluar sebagai pemenang.
Namun begitu, di hadapan Edenia yang saat ini memandangnya tanpa emosi, Fie merasa seperti anak kecil yang sedang dimarahi orangtuanya. Jantungnya berdegub cepat, sensasi “takut” hampir-hampir meraih dirinya. Fie… untuk kali pertama dalam hidupnya… ia mengangguk pelan penuh ketakberdayaan.
“Bagus, jadilah anak yang baik, Fie, itu pun jika kau memang serius menginginkanku menata ulang dunia.”
Fie sekuat tenaga menahan dirinya dari menggemeretakkan gigi-gigi. Oh, betapa ingin ia menyerang makhluk yang berada di hadapannya ini dengan segala yang ia punya. Namun, ia tahu itu percuma. Tidak ada yang bisa mengalahkan Edenia. Seisi semesta berada dalam telapak tangannya. Karenanya, demi keinginan egoisnya, demi mimpi dan harapan semunya, Fie tidak punya pilihan lain selain menuruti Edenia. Selama makhluk yang dipuja sebagai dewa ini mengabulkan keinginannya di akhir, …itu sudah cukup bagi Fie.
“Nah, sekarang, aku ingin mendengar jawabanmu terlebih dahulu sebelum menjelaskan mengapa kau kubawa ke sini. Apa kau tahu mengapa kalian berhenti tumbuh di usia 12 atau 13-an…?”
...⸸ ⸸ ⸸...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Note: Bagi yang kebetulan baru singgah di mari, silakan membaca “Against the World: Initiation” terlebih dahulu. Jika tidak, tidak akan nyambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ardian Uzumaki
akhirnya sampai juga di Against The World 2, mari lanjut maraton
2022-06-29
0
Cam
👍🏻
2022-02-03
0
Selviana
Mampir juga di novel aku yaitu DENDAM MENANTU PRIA TAK TERLUPAKAN
2021-08-15
0