Nizivia menghela napas panjang, lelah—Engulfing Silence-nya sudah beberapa waktu yang lalu sirna. Rasa sakit yang ia berikan pada tubuh Vermyna begitu besar. Ia tak tanggung-tanggung, tidak pula menahan diri. Saking seriusnya Nizivia melampiaskan amarah, jasad Vermyna sampai sulit dikenali. Jika seseorang yang sedang makan melihat seperti apa kondisi Vermyna, seratus persen dia akan memuntahkan isi perutnya—kecuali para psikopat, tentu saja.
Namun begitu, tubuh Vermyna masih menyiratkan kehidupan. Jika Nizivia membiarkannya begitu saja, lambat laun tubuhnya akan mampu menetralisir racun dan meregenerasikan diri. Karenanya, begitu kepuasan dalam diri Nizivia mencapai level di mana beban yang senantiasa memberatkan bahunya terasa menghilang, sang commander memutuskan untuk mengkhiri sang vampire untuk selama-lamanya.
Selain semua teknik yang ia pelajari dari kitab assassin art milik ayahnya, Nizivia telah mengembangkan dua teknik orisinil. Satu adalah teknik bunuh diri ‒ itu adalah teknik yang ia persiapkan untuk pertarungan ini. Untungnya, World Observer datang membantu; Nizivia sampai tak harus menggantung asa pada teknik itu ‒ nyawanya terselematkan.
Teknik yang satunya adalah apa yang hendak ia gunakan saat ini ‒ Nizivia memperlebar jarak antara dirinya dan onggok tubuh Vermyna.
Napas dalam-dalam ia tarik, tubuh merileks, kedua tangan terulur ke depan dengan belati yang teracung tajam.
Aura abu-abu spontan saja menyelimuti tubuhnya. Nizivia mengorbankan dua tahun energi kehidupan, yang lantas membuat aura abu-abu itu menguar begitu liar dan tebal—tak ubahnya api yang melalap dengan penuh gelora.
“Zia Assassin Art:—”
Aura abu-abu pekat yang menyelimuti tubuh Nizivia tampak memanas, sebelum kemudian warnanya memudar perlahan. Permukaan bulan tempatnya berpijak meleleh, memerah melava. Temperatur di sekelilingnya begitu panas sampai-sampai cahaya teradiasikan darinya.
Nizivia merapatkan kedua tangan, membuat kedua bilah belati saling menempel. Sejurus kemudian, aura panas transparan yang menyelimuti tubuhnya merambat, sebelelum kemudian merapat pada kedua belati. Uniknya, belati itu tak meleleh atau sirna—menunjukkan kontrol yang begitu hebat dari Nizivia.
“—Rest In Oblivion.”
Seperti embusan angin yang begitu lembut, energi tak kasatmata itu dilepaskan. Tidak ada efek kejutan yang disebabkannya—berbeda dengan Into Oblivion yang menimbulkan gelombang kejut seperti amukan tornado kecil. Seperti angin sepoi-sepoi yang mengalir dari satu titik ke titik lain dengan kelembutan yang memperlena, energi yang dilepaskan Nizivia juga sama.
Namun, keterlenaan itu begitu memperdaya.
Tepat saat energi transparan itu menyentuh tubuh Vermyna, saat itu pula tubuh itu meluruh hingga ke molekulnya yang terkecil. Molekul terkecil itu turut musnah seperti materi yang bertemu antimaterinya—dan hal itu terjadi tanpa sedikit pun efek ledakan, bahkan meski yang paling mikro sekalipun. Tubuh Vermyna, secara sederhananya, musnah begitu saja. Tidak berubah menjadi material lain sebagaimana tubuh yang dibakar atau yang membusuk di tanah. Musnah semusnah-musnahnya ‒ musnah dalam esensi musnah yang paling dasar.
Tak berhenti di situ, energi itu terus melaju menembus bulan. Hal itu menciptakan lubang selebar satu meter yang kedalamannya berkilo-kilo. Efek serangan itu baru berhenti saat energi tak kasatmata itu tak bisa mempertahankan diri lagi. Bulan pun memiliki lubangnya yang kedua, kendati dengan ukuran yang jauh lebih kecil.
Nizivia menghela napas panjang. Tekniknya itu bukan hanya menghancurkan tubuh, tetapi jiwa juga. Ia sudah mengetesnya ke seekor kelinci, dan Nizivia tak bisa lagi merasakan keberadaan jiwa kelinci itu. Pun begitu dengan saat ini. Makhluk yang mati, jiwanya akan tinggal selama beberapa lama, sebelum kemudian pergi ke dunia entah ke mana. Dan, Nizivia tidak bisa merasakan keberadaan jiwa Vermyna.
“I-Itu artinya…Vermyna su-sudah—”
“Mati?”
Berkata kalau Nizivia terkejut setengah mati sama sekali tidak berlebihan. Itu memanglah apa yang terjadi. Tubuhnya seakan membeku. Ia bahkan tak bisa mendengar degub jantungnya sendiri. Nizivia begitu terkejut hingga waktu seolah-olah berhenti dalam perspektifnya.
Barulah saat tetes darah merembes keluar dari sudut mulutnya, Nizivia tersentak hebat.
Ia mencoba bergerak, menjauhkan diri dari individu yang muncul begitu saja di belakangnya—ia bahkan tak bisa merasakan kehadirannya dengan [Complete Sensory]. Namun, tubuh Nizivia tak tergerak. Sebuah tangan telah menembus abdomennya ‒ ia bahkan bisa melihat dengan jelas tangan itu.
“Dirimu seharusnya tetap membiarkan diri World Observer mengendalikan dirimu,” berkata suara di belakangnya. “Dirimu mungkin sudah berhasil menghabisi diriku jika begitu, tetapi dirimu justru melakukan kesalahan fatal seperti itu. Dan sekarang sudah sangat terlambat. Meskipun diri World Observer kembali menguasai dirimu, situasi tidak akan berubah.”
Tangan yang menembus abdomen Nizivia ditarik keluar bersamaan dengan deklarasi penuh percaya diri itu, dan saat itu pula Nizivia kembali mendapatkan mobilitasnya.
Nizivia melangkah maju tertatih-tatih, mencoba menjauh dari makhluk di belakangnya. Namun, hanya beberapa langkah sajalah ia bisa bergerak. Vermyna (apa dia benar Vermyna?) sudah berada di hadapannya seolah ia sudah berada di sana sedari tadi. Ia bahkan tak sempat mengayukan belati untuk menyerang, tangan Vermyna sudah mencengkeram lehernya dengan kuat.
“Dirimu pasti sangat menikmati menghancurkan tubuh diriku, bukan?” tanya Vermyna—yang tubuhnya lebih dewasa, beberapa centi lebih tinggi dari Kanna—dengan intonasi yang kasual. “Apakah kepuasan itu dirimu rasakan?”
Nizivia mendengar suara Vermyna dengan baik, tetapi otaknya tak punya waktu untuk meladeninya. Hal itu karena Vermyna telah mengangkat tubuh Nizivia hingga menjauhi permukaan bulan, memberi tekanan yang begitu besar ke leher Nizivia. Bernapas saja ia semakin kesusahan, urat-urat wajahnya pun mulai tampak begitu jelas.
Kedua kaki Nizivia menendang-nendang, kedua tangannya meronta liar mengayunkan belati mencoba memutuskan tangan kanan Vermyna yang mencengkeram lehernya.
Namun, usaha Nizivia sia-sia.
Belatinya hanya menyayat menembus tangan itu, tidak melukainya sama sekali. Ia mencoba menggunakan energi kehidupan, tetapi cengkeraman di lehernya menguat hingga wajahnya membiru. Jangankan memfokuskan diri mengeluarkan energi kehidupannya, berpikir saja sudah sangat sulit bagi Nizivia.
Matanya terasa berkunang-kunang. Refleks kedua tangannya melepas belati yang mereka genggam, berusaha melepas cengkeraman di leher dengan sisa-sisa tenaga. Tetapi gagal. Bukan karena tangannya menembus tangan yang mencengkeramnya, melainkan karena tenaganya hampir tak bersisa. Bola mata Nizivia bahkan sudah menjuling ke atas, tidak ragu ia akan mati hanya dalam puluhan detik—terlebih, luka di perutnya masih menganga.
“Apa dirimu punya kata-kata terakhir?”
Vermyna tak menanti jawaban, tangannya melepas dari leher Nizivia—membuat tubuh Nizivia jatuh menghantam permukaan bulan dengan kasar (untung saja gravitasi cukup kecil untuk memberinya luka).
“Simpan saja kata-kata itu dalam kepala dirimu. Kepribadian dirimu akan tinggal, sebagaimana juga diri Catherine. Bagi diriku untuk menggunakan semua kekuatanmu, diriku harus menyerap dirimu hidup-hidup. True Blood Magic:—”
Tubuh dewasa Vermyna seketika memerah dan melebur menjadi darah—semuanya selain bagian kepala. Dengan cepat darah-darah itu bergerak menyelimuti Nizivia. Saat itu wujud Nizivia mulai berubah ‒ World Observer berusaha mengambil alih tubuhnya.
Namun…itu telah terlalu terlambat. Vermyna yang sekarang bukan lagi Vermyna yang bisa World Observer tangani.
“—One World, Unification.”
...—End of Chapter 3—...
Ini berbeda dari yang kubayangkan, momennya kurang dramatik, melebar dari imajinasi awal. Nevertheless, terima kasih sudah membaca — semoga bisa menghibur pembaca (meskipun ini bukan komedi).
Btw, “The Kaiser” Volume/Arc 2 sudah tersedia di “kar ya kar sa . com/Near”. Sila download ebooknya di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ardian Uzumaki
kurang dramatis karena keinginan nizivia tidak dijelaskan, sebagaimana Clara yang keinginannya atau cita-citanya dijelaskan, bagaimana dia berjuang namun perjuangannya kandas. Di kematian nizivia ini itu tidak dijelaskan, coba saja setidaknya dijelaskan bagaimana ketulusan nizivia mencintai Xavier, bagaimana keinginannya hidup bersama dan memiliki anak, bagaimana dia akan meneteskan air mata mengingat dirinya tidak bisa berada di samping Xavier. Coba saja itu dijelaskan maka pasti akan menjadi sangat dramatis
2022-06-29
1
John Singgih
nizivia tubuhnya direbut oleh vermina
2021-09-08
1
Refielpansah Papanya Aurora
keren
2021-05-30
1