...—Evrillia, Elf Kingdom—...
Cinta adalah hal abstrak yang memberi rasa adiktif di jiwa. Menez akhirnya memahaminya. Ia akhirnya mengerti hal yang tak bisa dijelaskan dengan akurat itu. Sebuah perasaan yang tak diketahui kapan munculnya, tahu-tahu itu sudah mengakar dalam. Menez Helberth, seorang anak yang berusia 15 tahun, tidak ragu sedikit pun kalau ia mencintai elf anggun nan memesona yang ada di sampingnya.
Alstroemeria ‒ Menez mencintai wanita ini dengan segenap jiwa dan raganya. Ia ingin berada di sisinya selalu. Menggenggam tangannya. Memeluknya. Menez ingin melakukan banyak hal dengan Alstroemeria. Hari-hari kala mereka bercerita di tengah hamparan bunga, Menez ingin merasakannya lagi dan lagi. Untuk selamanya.
“Ada sesuatu di wajahku, Menez?” tanya Alstroemeria tiba-tiba, wajahnya menghadap Menez dalam keadaan mata tertutup—mereka sedang berada di atap salah satu rumah pohon di pinggir kota.
Menez menggeleng pelan. “Aku hanya sedikit mengantuk,” kilah Menez sembari memandang intens paha besar Alstroemeria. “Aku ingin berbaring dengan kepala di pahamu.”
“Ah, kalau begitu sini, tidurlah. Apa perlu kunyanyikan selamat tidur untukmu, hm?”
Menez tanpa malu langsung mengganti posisinya. Dengan mantap ia meletakkan kepalanya di paha lembut Alstroemeria. Tidak ada tempat di dunia ini untuk tidur melebih paha super lembut Alstroemeria. Menez yakin hari di mana ia merasa bosan dalam hal ini tidak akan pernah datang. Alstroemeria adalah wanita yang sempurna.
“Kau akan melakukannya?” respons Menez setelah ia menyamankan kepalanya di paha sang elf— wajahnya menempel pada perut salah satu dari sepuluh kapten Black Shadow.
“Tentu saja.” Alstroemeria berkata lembut. Tangan kirinya menggenggam erat tangan kanan Menez, sedang jemari kanannya asyik membelai rambut hitam Menez. “Akan kunyanyikan lagi yang paling menenangkan untukmu.”
“Kalau begitu nyanyikanlah, aku ingin terlelap dalam buaian suara indahmu.”
“Baiklah, Menez, untukmu lagu ini kudengungkan:
...If the door is closed, I will look for a window...
...If i stumble upon a great wall, I will turn left, or right, and take a detour...
...For as long as the goal can be seen, it will be reachable...
...For that is a vision, a dream of tomorrow...
...It is okay if I was to fail, it is okay if I was hurt...
...Let me feel those feelings: of pain, sorrow, regret, and overall despair...
...So that I can be stronger and mature...
...For failure is but an experience to shape one who failed...
...Don’t ask me to stop, don’t ask me to change...
...Let me choose on my own, let me believe in myself...
...Don’t be sad or guilty, let me be what I want to be...
...Isn’t that what learning is supposed to be? Isn’t that…."...
Begitu senandung yang mulut Alstroemeria keluarkan berhenti, elf berparas jelita yang membuat para malaikat iri itu membuka kedua matanya. Menez biasanya akan mengatakan matanya indah, dia menyukainya. Namun, Menez sudah terlelap. Alstroemeria tak bisa mendengar itu dari mulut pemuda tersebut. Sayang sekali.
Namun begitu, Alstroemeria hanya tersenyum lembut. Ia mengecup pelan kepala Menez, sebelum berbisik lirih, “Maaf, Menez, sihirmu terlalu merepotkan. Untuk sementara aku akan memenjarakanmu dalam es tiruan [Eternal Zero]. Tapi tenang saja, aku akan menemuimu setelah urusan kami di Elf Kingdom selesai. Kita bisa hidup bersama di Veria setelahnya. Hanya kau dan aku.”
...—Nevada, Vermillion Empire—...
“…Nizivia mengatakan hal itu, huh?”
Sejatinya, Xavier sama sekali tidak terkejut mendengar ucapan Kanna. Karena, dibandingkan semuanya, ia lebih mengenal Nizivia. Ia tahu apa yang menjadi alasan utama Nizivia menjadi commander. Satu-satunya hal yang ia tidak tahu adalah target kebencian Nizivia. Namun, jika itu seseorang yang membuat Nizivia sampai meragukan kemenangannya, jelas individu tersebut adalah seseorang yang luar biasa kuat.
Jika dipikir-pikir lagi, saat ia kembali ke desa Nizivia waktu itu, pamannya Nizivia menceritakan sedikit banyak hal tentang desa. Salah satunya, penyerangan vampire yang terjadi sebelas atau dua belas tahun yang lalu. Jika itu ada kaitannya dengan serangan vampire itu, tak sulit bagi Xavier mendeduksi jawabannya. Satu-satunya vampire yang bisa membuat Nizivia ragu untuk menang hanyalah orang itu… saudari tuanya Catherine: Vermyna Hermythys.
Kernyitan di kening Xavier bertambah. Jika itu berhubungan dengan Vermyna, artinya Elf Kingdom akan diserang bukan hanya oleh kekaisaran, melainkan vampire juga? Jika hanya kekaisaran, Xavier tidak akan terlalu khawatir karena Kanna, Nueva, dan Edward pasti takkan ikut serta. Namun, jika vampire sampai ikutan, ini akan menjadi situasi yang berbahaya.
“Aku akan mengatasi hal ini,” respons Xavier, untuk ucapan Kanna sekaligus untuk kesimpulan yang melintas di kepalanya. “Kau kembalilah ke istanamu, Kanna, malam sudah terlalu larut.”
Tanpa menunggu respons Kanna, Xavier menyambar baju seragamnya dan melompat keluar kamar yang terbuka—ia tadi tidur dengan kaos hitam dan celana seragam.
Kanna yang ditinggal Xavier begitu saja bergegas menghampiri jendela, memandang diam Xavier yang sudah terbang menjauh. Untuk sesaat ia memasang wajah masam, tetapi sejurus kemudian ekspresi masam itu menghilang setelah ia menggeleng pelan. Lalu, kurang lebih semenit kemudian, sang putri pun menghilang dalam lingkaran sihir teleportasi.
...* * *...
Berbeda dengan asumsi Kanna, Xavier tidak langsung mencari Nizivia. Tujuan utamanya saat ini jelas Markas Utama New World Order di Kepulauan Haikal. Saat ini, Luciel dan Catherine berada di sana—Monica sendiri berada di istananya Evillia. Karenanya, begitu ia berada ratusan meter di luar Nevada, Xavier langsung meneleportasikan dirinya ke ruang khusus yang ada di markas utama mereka.
Itu adalah ruang singgasana. Luciel terlihat duduk dengan kepala bersandar pada punggung singgasana, kedua tangannya beristirahat di atas bantalan singgasana, sedang kakinya sedikit membuka. Iris merah darah itu memandang intens Xavier, bersikap seolah-olah ia sedang berdiri di hadapan makhluk agung.
“Xavier, jika kau datang ke sini untuk memohon agar mau bertukar peran, dengan sepenuh hati akan kutolak.”
Xavier mendengus mendengar hal itu. Tentu saja sebagian dari dirinya punya niat itu, tetapi tak lebih dari itu saja. “Aku ingin kau kembali ke Evrillia,” katanya tanpa basa-basi. “Aku tidak tahu kapan pastinya kekaisaran dan Vampire Kingdom menyerang, tetapi kuasumsikan itu dalam waktu dekat. Lagipula, di sini masih ada Tsusaza dan Whalef, Catherine tidak masalah tanpa bantuanmu untuk beberapa lama ‒ Monica juga akan segera kembali ke sini.”
Xavier tidak menanti respons Luciel, tubuhnya langsung berbalik dan kakinya lekas melangkah pergi.
“Oh, kau tak mau menemui Catherine?” Luciel melempar tanya sebelum sosok Xavier keluar sepenuhnya.
“…Ada masalah lain yang harus kutangani terlebih dahulu.” Bersamaan dengan itu, keberadaan Xavier sepenuhnya menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
John Singgih
menemui luciel di kepulauan haikal
2021-09-06
1
Aryo Karebet
keren
2021-06-16
1
Refielpansah Papanya Aurora
up
2021-04-03
1