Valeria Vanhelmina. Begitu vampire berambut perak pendek sebahu itu memperkenalkan diri. Meskipun pakaiannya mirip dengan pakaian para pelayan di istananya, tetapi jelas Evillia tahu dia bukan vampire biasa. Valeria kuat. Dia cepat. Persepsinya tajam. Jika hanya secara fisik saja, Evillia mengakui Valeria membuatnya kewalahan. Boleh jadi vampire itu adalah bawahan terpercaya Vermyna.
“Kau tahu?” tanya Valeria tiba-tiba sembari memblok rentetan pukulan Evillia. “Secara fisik kau sepertinya sedikit lebih kuat daripada Nona Vermyna. Namun, itu tidak mengherankan karena kau adalah hasil eksperimen. Namun begitu, kau takkan bisa mengalahkannya.”
Evillia menghiraukan ucapan Valeria sembari sedikit memiringkan kepalanya ke kiri, menghindari tombak darah yang sang vampire lesatkan. Mereka bertarung di udara ‒ masing-masing mengepakkan sayap serupa mereka dengan cepat berusaha saling mengungguli.
Mereka terus saling menyerang. Sesekali Evillia turut melesatkan tombak angin meladeni rentetan tombak darah Valeria. Selagi kedua sihir biasa mereka saling beradu, keduanya masih terus melakukan pertarungan jarak dekat. Mereka sangat seimbang.
Pukulan tangan kanan Evillia tipis dari menghantam dagu sang vampire, Valeria telah terlebih dahulu merendahkan tubuhnya. Namun, itulah yang Evillia inginkan.
“Wind Propulsion,” bisik sang ratu teramat pelan, membuat sang vampire terpental ke bawah hingga menghantam tanah—tetapi Valeria tetap dapat mempertahankan posisinya dalm keadaan berdiri.
Evillia tak berhenti di situ ‒ seketika lingkaran sihir hijau muda super masif muncul tepat di bawah kakinya saat kedua telapak tangannya mengatup. “Convergent Ultimate Pressure!”
Seketika, Valeria dan area dalam radius sepuluh meter darinya dihantam oleh tekanan yang begitu besar. Semua tumbuhan yang berada di area tersebut menyusut dan hancur. Valeria yang sebelumnya mampu berdiri setelah menerima Wind Propulsion sampai jatuh berlutut. Ia dan area beradius sepuluh meter darinya tertekan ke bawah hingga ratusan meter.
Valeria sontak memuntahkan darah begitu tekanan itu menghilang—darah juga turut keluar dari mata, hidung, dan telinganya. Namun begitu, Valeria masih dalam posisi berlutut ‒ ia tidak sampai terserembab.
Evillia sama sekali bukan seseorang yang berbelas kasih. Kedua ujung telunjuk dan jempolnya saling bertemu, membentuk formasi segetiga sempurna. Energi beraneka warna (didominasi merah) mulai berkumpul di antara keempat jari itu. Evillia mengarahkan rongga segitiga itu tepat ke lubang yang baru saja spell sihir anginnya hasilkan.
“Dari debu menjadi debu, lenyaplah dalam keangkuhan para bintang: Ray of Mini Supernova.”
Sebagaimana petir menyambar angkuh dari langit, sebegitu sekilasnyalah kerlipan cahaya merah bercampur ungu dan hijau yang ditembakkan dari formasi segitiga yang kedua tangan Evillia bentuk. Namun, apa yang terjadi setelahnya sudah lebih dari cukup untuk menggetarkan tubuh yang melihatnya. Lubang yang beradius sepuluh meter itu dalam seper sekian detik telah berlipat-lipat ganda.
Pijaran oranye kemerahan yang biasa berada dalam gunung berapi tampak mengintip dari dalam lubang kegelapan itu. Dan pijaran tersebut sekonyong-konyong meluap laksana mata air sumur yang baru digali. Hanya saja, lebih liar dan mengintimidasi. Energi yang terkekang di bawah sana tak malu-malu melepaskan diri ke ruang yang terbuka.
“Hahaha…kukira aku akan lenyap tak bersisa.” Valeria—yang bagian tubuh kanannya sedang beregenerasi—berkata sambil tertawa dalam posisi melayang tepat dua puluh meter di depan sang ratu. “Aku sudah lama tak merasakan sensasi seperti tadi.”
“Teleportasimu sedikit terlambat,” komentar Evillia datar tanpa emosi, sedikit pun tak terkejut musuhnya dapat meloloskan diri.
...———...
Lumeira meludah kesal setelah berhasil mengenyahkan darah korosif yang melumurinya, kemudian dengan cepat memfokuskan tubuhnya untuk memulihkan diri.
[Blood Magic] adalah apa yang membuat vampire seperti saudara jauh dari iblis. Karenanya, Lumeira seharusnya telah mengekspektasikan kalau [Blood Magic] Monica lebih kuat daripada rata-rata [Blood Magic] para vampire. Namun begitu, siapa yang menduga kalau darahnya bisa bersifat korosif seperti itu. Berdasarkan apa yang ia rasa tadi, Lumeira bisa memastikan itu lebih asam daripada cairan lambung seekor naga.
Setelah merasa pulih sempurna, Lumeira membawa tubuhnya berdiri.
Ia melirik sekilas ke arah Monica pergi. Tidak sulit baginya menyusul dan menangkap iblis itu, tetapi Lumeira mengurungkan niat tersebut. Tidak perlu baginya menangkap Monica. Monica hanya akan diperlukan jika upaya Vermyna memanfaatkan Neix gagal. Karenanya, dengan cepat pandangan Lumeira beranjak pada pertarungan Evillia dan Valeria—ia bisa melihat kalau Valeria kewalahan.
Valeria adalah vampire terkuat setelah Vermyna. Namun, jika hanya berlandaskan pada kekuatan fisik saja, Valeria lebih kuat dari Vermyna. Kekuatan fisik Vermyna tidak terlampau mengagumkan. Tanpa sihir, dia hanya akan setara naga dewasa saja. Yang membuat Vermyna berbahaya adalah kapasitas mana-nya yang melimpah dan penguasaan sihir ruang dan waktunya yang tanpa tanding.
“Tak ubahnya dengan Lilithia,” gumam Lumeira pelan mengingat sang First Commander. Gravitasi Lilithia berada dalam level yang berbeda. Jika wanita itu sampai naik pitam atau kalap, tidak mustahil dia menjadikan Islan sebagai pusat singularitas—sekaligus menghancurkan bola materi super besar yang mereka sebut dengan “dunia” ini. “Tidak ada yang bisa menandingi Lilithia dalam gravitasi.”
“Namun begitu,” lanjut Lumeira sembari membawa tubuhnya mengudara, “[Star Creation] Evillia tidak bisa dikesampingkan. Itu diklaim sebagai sihir paling destruktif bukan tanpa alasan. Meskipun secara fisik Valeria sangat kuat, dia sekalipun akan lenyap tak bersisa di hadapan sihir itu.”
“Valeria akan membutuhkan bantuanku jika ingin menang melawan Evillia,” simpul Lumeira seraya memanifestasikan rentetan lingkaran sihir.
...———...
Tak butuh waktu lama bagi Monica menyusul Nizivia. Ia sudah berkali-kali ke tempat teleportasi itu ‒ lokasinya sudah melekat kuat di kepalanya. Tidak peduli dari sudut hutan mana ia pergi, Monica tidak akan tersesat dalam menemukan tempat di mana lingkaran sihir yang dibuat secara khusus dan rahasia itu terletak. Namun begitu, Nizivia sudah berada di tempat lokasi dan sudah meletakkan kalung itu di tempatnya.
Monica mengerahkan segenap fokus dan tenaga untuk menembakkan laser petir yang akan mengganggu usaha Nizivia. Namun, laser petir Monica tertahan oleh telapak tangan sang Commander—dia telah membuat dirinya menjadi dua. Dan saat laser petir itu sukses menghancurkan klon itu, Nizivia yang asli sudah menghilang dalam pendaran lingkaran sihir teleportasi.
Monica memfokuskan diri berteleportasi, mencoba mengikutsertakan dirinya dalam pendaran cahaya itu. Namun, begitu tubuhnya berpindah tempat, saat itu pula efek teleportasi itu menghilang. Monica telah gagal ‒ kegagalan yang telah membuat orang asing pergi ke tempat yang tak seharusnya mereka datangi.
“Monica Elsesky.”
Monica yang sedang merutuki diri refleks berbalik badan. Ia menemukan epasang iris heterokromia memandangnya datar tanpa emosi. “Klon….”
“Ni-Nizivia tidak menyukai Mo-Monica, tapi,” jeda klon sang Commander sembari melemparkan sesuatu kepada Monica. “Ni-Nizivia titip ha-hadiah untuk Xavier itu pada Mo-Monica.”
Monica menangkap benda yang dilempar Nizivia—sebuah jam pasir merah kecil yang berhiaskan ukiran rune.
“Ka-Katakan pada Xavier,” lanjut klon Nizivia yang telah membalikkan badan, tubuhnya mulai memudar dengan cepat, “…Ni-Nizivia tidak bisa me-mengatakan selamat tinggal.”
…Dan klon itu memudar sepenuhnya.
Tidak ada yang tersisa darinya selain partikel mana...yang kemudian turut memudar dan menghilang.
Mata Monica mengerjap beberapa kali, sebelum kemudian memfokuskan pandangan pada pengatur waktu unik di tangan kanannya.
“…Apa maksudnya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Tommy Oktavia
hem...
2022-06-11
1
John Singgih
titipan nizivia untuk Xavier lewat monica
2021-09-06
1
-
nizivia :(
2021-04-25
2