Monica menghela napas panjang dan mengepakkan sayapnya perlahan. Ia bisa meneleportasikan dirinya ke tempat Zie berada ‒ Monica yakin Zie tahu di mana tepatnya kediaman rahasia Hernandez berada. Namun, Monica tidak bisa langsung pergi begitu saja. Ia harus menemui Evillia terlebih dahulu. Ia tahu sang ratu kuat, tetapi Monica tetap merasa harus menghampirinya.
Dan melesatlah Monica dengan cepat, pupilnya dapat menangkap sosok Lumeira yang memanifestasikan berbagai lingkaran sihir. Sementara itu, Evillia dan Vampire itu tampak melayang di atas sumur lava raksasa yang mulai menyebar melelehkan hutan. “Pertama sekali aku harus mengatasi lava itu,” gumamnya pelan sembari menciptakan lingkaran sihir biru keputihan di atas lubang yang isinya menyala itu.
Aksi Monica sontak membuat ketiga individu itu menoleh ke arahnya, tetapi tak sampai sedikit kemudian Monica sudah meneleportasikan diri ke samping Evillia. Pada saat yang bersamaan, lingkaran sihir di bawah mereka memuntahkan pilar es besar yang sukses menyemplung ke dalam sumur lava—sejurus seketika menambah intensitas kabut di Hutan Kabut Mephisto (yang semulanya tak terlalu tebal di mata mereka, menjadi begitu tebal). Namun, karena mereka berada di udara, kabut itu tak terlalu mengganggu.
“Kau gagal menghentikannya?” tanya Evillia tanpa melihat Monica.
“Ya.” Monica tidak mengelak. “Namun, jika aku ke tempat Zie sekarang, mungkin dia bisa membawa kita pergi menyusul Eleventh Commander.”
“Kalau begitu pergilah. Aku akan menghabisi mereka di sini.”
“Vampire itu belum mati meski setelah Nona menghabiskan beberapa menit menghadapinya, itu artinya dia kuat. Aku akan membantumu mengha—”
“Ah, jika Nizivia von Clasta telah berhasil pergi, itu artinya aku tidak perlu lagi meladeni kalian.” Valeria memotong ucapan Monica. Lumeira sudah menghilangkan lingkaran sihirnya dan berada di samping sang vampire. “Kami tidak jadi menangkapmu, Iblis Monica Elsesky, kau bisa bernapas lega.”
Monica menyipitkan mata memandang mereka. “Jadi, tujuan utama kalian memanglah ke tempat itu? Apa yang kalian inginkan dari sana?”
“Itu tidak ada hubungannya denganmu,” jawab Lumeira dengan tangan kanan terangkat ke atas, sejurus kemudian memanifestasikan lingkaran sihir teleportasi di bawah kaki mereka.
“Jangan berpikir untuk melarikan diri,” desis Evillia seraya mengayunkan telapak tangannya ke depan. “Great Wind Breakthrough!”
...* * *...
Seperti dunia lain. Tiga kata itu adalah kesimpulan Nizivia saat matanya selesai berkeliaran ke sana ke mari. Dunia kristal biru. Baik lantai, langit-langit, dinding-dinding, meja, kursi, semuanya kristal biru. Hanya kristal biru sejauh mata memandang. Satu-satunya yang tidak biru adalah [Light Stone] putih besar yang tergantung di tengah-tengah langit-langit.
Namun begitu, Nizivia tak terlalu ambil pusing. Ia langsung melangkah menuju satu-satunya akses masuk yang ada. Sejurus kemudian pandangan Nizivia di sambut oleh sebuah singgasana kristal biru yang berdiri di antara dua buah pilar kristal biru ‒ di atas singgasana itu bersemayam sosok transparan yang Nizivia ketahui sebagai proyektor mana.
“…Sensasi ini, mungkinkah Nona ini pengguna [Complete Sensory]?”
“Singgasana i-itu mengontrol semuanya,” komentar Nizivia, mata memandang intens singgasana yang memiliki kapasitas mana lebih banyak darinya.
“Kau bisa merasakannya…berarti benar kau pemilik [Complete Sensory].” Sosok transparan tersebut berkata tanpa membuka mata—dan Nizivia tahu membuka mata atau tidak takkan berpengaruh apa-apa: singgasana itulah yang “melihatnya”.
“Vermyna Hermythys. Ni-Nizivia diberitahu akses ke te-tempat makhluk itu ada di si-sini. Di mananya?”
Nizivia melangkahkan kaki mendekati singgasana itu.
“…Ah, ini terlalu cepat. Belum lama ini aku menyerahkan Kurtalægon pada Kanna, dan sekarang aku harus meneleportasikanmu ke bulan?”
Sebelah alis Nizivia terangkat mendengar ucapan sang singgasana. Jadi, benda ini yang menjadi alasan bertambah kuatnya Kanna?
Pertanyaan yang tak jarang menyelinap ke dalam diri Nizivia terjawab sudah. Namun begitu, ia tak menanggapi suara yang singgasana pancarkan sedemikian sehingga membuatnya seolah-olah keluar dari mulut sosok proyeksi.
“Itu artinya…kesadaran ini akan menghilang setelah peran terakhirku selesai. Sangat disayangkan. Tapi, baiklah. Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Namun sebelum itu, aku ingin tahu: apa kau benar-benar yakin? Kau memiliki [Complete Sensory], tetapi tubuhmu tak mampu mengontrolnya. Jika kau pergi, kau takkan pernah bisa kembali. Jika pun tujuanmu tercapai, kau akan terperangkap di sana selamanya. World Observer akan mengambil alih dirimu. Keberadaanmu akan memudar.”
Nizivia hanya memandang datar sosok proyeksi. “…Ya,” responsnya singkat, padat, dan tanpa emosi.
“…Begitu? Baiklah. Persiapkan dirimu.” Singgasana seketika menguarkan mana dalam jumlah yang cukup besar, dan spontan Nizivia mendapati dirinya digerayangi belasan lingkaran sihir yang saling terhubung. “Dimensional Teleportation.”
...* * *...
“Cih,” decih Evillia sedikit kesal. “Lingkaran sihir itu hanya kecohan…mereka berteleportasi tak jauh dari sini.”
Jika begitu, mencari pun percuma. Mereka pasti sudah menyiapkan teleportasi untuk ke tempat yang jauh. Evillia sekali lagi mendecih, sebelum kemudian membawa dirinya melesat tinggi ke udara.
Monica menghilangkan lingkaran sihir di bawahnya, melesat ke atas mengikuti sang ratu.
“Kau sebaiknya langsung ke tempat Zie, Monica!” seru Evillia sembari mempercepat terbangnya. “Aku ingin melakukan sesuatu.”
Evillia mendengar respons pelan dari Monica, dan ia pun tak lagi merasakan Monica mengikutinya.
Wanita berwajah bak boneka itu berhenti tepat 12.000 meter di udara. Karena langit sedang bersih-bersihnya, tidak ada awan yang menghalangi pandangan Evillia. Dari posisinya melayang dengan sayap membentang lebar, hamparan kekaisaran terlihat di matanya. Dan sejurus kemudian kedua telapak tangan Evillia mengatup keras.
“Jika kalian mencari gara-gara, kuberi kalian gara-gara!” seru Evillia marah, kedua tangannya yang dalam posisi saling menempel ia angkat ke atas tinggi-tinggi.
Sejurus kemudian, sebuah lingkaran sihir merah gelap tercipta menyelubungi kedua telapak tangannya. Di atas lingkaran sihir itu kemudian tercipta lingkaran sihir yang serupa yang sedikit lebih besar dari yang di bawahnya, lalu di atas lingkaran sihir itu tercipta lingkaran sihir lain, dan seterusnya hingga tercipta beratus-ratus lingkaran sihir di atas satu sama lain seolah-olah membentuk tiang yang menopang langit.
Partikel-partikel cahaya merah gelap yang diselimuti percikan petir perlahan-lahan tercipta mengisi ruang yang dibentuk ratusan lingkaran sihir itu.
Partikel-partikel cahaya itu terus mengumpul, terkonsentrasi, merapat dan menyatu satu sama lain membentuk pedang raksasa merah gelap yang diselimuti petir-petir yang menyambar-nyambar yang ukurannya jauh melampaui rumah pohon tertinggi di Kerajaan Elf. Dari kejauhan, seluruh penghuni Islan dapat melihat kalau langit memerah—setidaknya, mereka yang secara kebetulan sedang menengadah. Melihatnya membuat mayoritas berpikir kalau sang dewa telah murka.
Evillia memfokuskan pandangannya pada kekaisaran yang membentang jauh di bawah sana, kemudian mengayunkan kedua tangannya dengan kuat ke depan.
“Sword of Nebula!”
…Dan mengayunlah pedang energi mengerikan itu dengan seketika. Langit seolah membelah, mencurahkan energi merah gelap yang panasnya sampai membuat angin terbakar.
“…Sirna.”
Satu kata yang diucapkan dalam volume kecil dan intonasi yang monoton itu seketika membuat pedang energi yang tak ragu akan menghilangkan kekaisaran dan sekitarnya dari peta itu menghilang tak berjejak, menyisakan udara panas yang kemudian mendingin dengan cepat.
Evillia spontan membalikkan badannya, dan detik itu juga tubuhnya menegang—jantungnya seakan ingin melompat keluar.
Evillia yang sekarang lebih kuat dari saat sebelum ia menyerap inti jiwa Evana. Ia tidak akan terdiam membatu tanpa perlawan bahkan jika di hadapan kekuatan besar Luciel sekalipun. Namun, kali ini ia tak bisa bergerak. Tidak ada sihir yang mengekangnya seperti saat pertama kali bertemu Luciel; tubuhnya terdiam membatu dengan sendirinya.
“…Tugasku adalah melindungi Islan.” Individu bersayap separuh iblis separuh malaikat yang berdiri di udara itu berkata dengan dingin, sebuah halo berwarna hitam legam di atas kepalanya tampak menelan cahaya bulat-bulat. “Jika kau ingin menghancurkan suatu negeri, lakukan itu dalam peperangan. Ini peringatan pertama dan terakhirmu. Jika terjadi lagi, kupastikan kau dan negerimu menjadi debu.”
Individu itu sama sekali tak menanti respons Evillia. Dia berbalik arah…dan berjalan begitu saja menjauhi sang ratu. Halo di atas kepalanya perlahan memudar. Pun demikian dengan sayap iblisnya, tergantikan oleh sayap yang serupa dengan di sebelahnya. Rambut hitam-putihnya pun meluntur menjadi berwarna perak sempurna. Dan sedetik berselang, dia menghilang dalam sekali kepakan sayap.
“…Fie…Axellibra….”
…Pada detik itu, semua keyakinan Evillia yang meyakini kemenangan New World Order atas Emiliel Holy Kingdom luntur seluntur-lunturnya.
Pada detik itu juga Evillia mengerti: Fie Axellibra sang Nephilim adalah topeng yang menyembunyikan sosok monster yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
John Singgih
peringatan keras untuk evillia
2021-09-08
1
Ok Bang
hhhhhhb
2021-04-15
1
Lavendra
mungkin dimasa depan Xavier akan mendapatkan supreme magic [Divine Insight],hanya sebatas tebakan
2021-04-09
4