Monica mengerti satu hal: melawan mereka bukanlah pilihan. Melawan satu saja belum tentu ia akan menang, apalagi dua—itu namanya menyerahkan diri. Namun, ini masih di dekat kota. Jika Evillia datang ke sini, hasil akhir bisa berubah drastis. Ia hanya perlu menarik perhati—
“Monica Elsesky.”
“—!” Mata Monica spontan membelalak lebar.
Sebilah belati adamantite sudah menemukan tempatnya di leher Monica—ia bisa merasakan sensasi dingin yang darahnya berikan pada kulit. Nizivia sudah berada tepat di sampingnya sebelum ia sempat mengeluarkan gelombang mana untuk menarik perhatian yang lain. Monica bahkan tak melihat kapan Nizivia bergerak.
“Ka…Kalungmu, berikan.”
Monica sempat menduga mereka datang atas perintah Emperor Nueva untuk menangkapnya. Namun, sepertinya mereka menginginkan kalungnya. Tak salah lagi kalau mereka ingin ke tempat rahasianya Hernandez. Monica tidak bisa menduga tujuan mereka ke sana—asumsinya terlalu melebar. Namun, yang pasti, mereka mengetahui tentangnya. Artinya, mereka tentu mengetahui tentang Xavier ‒ tak mengherankan Xavier tidak mengetahui tindakan mereka ini.
Aku sudah mengatakan kalau apa yang Xavier lakukan hanyalah kebodohan yang berpusat pada ego yang besar, tetapi dia tak mendengarkan….
“Ultimate Illusion Magic,” Lumeira tiba-tiba menyatukan kedua tangan dengan kedua jari tengah terlipat dan ujung keempat jari lainnya saling menyatu, “Perfect Hypnosis. Ultimate Barrier Magic: Impenetrable World. Enforcement Magic: Maximum Boost. Rune-Space Magic: Dimensional Lock. Rune Magic: Magic Reflector. Time-Space Magic: Time Dilation.”
Monica refleks melompat menjauh—yang diabaikan oleh Nizivia yang telah menoleh ke belakang memandang Lumeira.
“Aku akan berjaga di luar, Nizivia. Aku memperlambat waktu dalam ruang ini, satu menit di luar sama dengan dua menit di sini. Kau punya total waktu sepuluh menit, tetapi pastikan jangan membunuh iblis itu. Emperor Nueva tidak akan senang jika dia mati sekarang.”
“Ni-Nizivia mengerti.”
Lumeira berbalik dan melangkah pergi. Monica melihatnya keluar dari lapisan penghalang yang tak kasatmata, sosoknya menghilang dari pandangan matanya. Pada saat itu Nizivia berbalik memandangnya intens dengan penuh delikan.
Third Commander Lumeira von Talhasta, batin Monica dengan kening mengernyit, hawa keberadaannya sangat mirip dengan Kapten Alstroemeria. Kebetulan? Luciel dan Xavier memiliki hawa keberadaan yang berbeda, padahal tubuh mereka sama. Lalu, [Division Magic] tak bisa memberikan tubuh yang berbeda. Apa itu benar kebetulan?
“Apa tujuanmu, Eleventh Commander?” tanya Monica seserius yang mukanya bisa. Pada saat yang bersamaan, pikirannya sibuk menganalisis tempatnya berada—tepatnya sihir-sihir yang Lumeira gunakan untuk mengurung mereka berdua. Ia harus secepatnya mengatasi Nizivia dan keluar dari kurungan ini.
“Ni-Nizivia dan Xavier a…akan menikah enam ha-hari lagi.”
…Monica tidak bisa mengatakan kalau ia tidak kaget mendengar ucapan di luar topik tiba-tibanya sang commander. Terlebih lagi, dia mengatakannya diiringi senyum lebar mengejek dengan ekspresi sok polos. Monica bukan seorang yang mudah marah. Pun ia kerap kali abai jika seseorang mengejeknya. Monica tidak suka menyakiti dan membenci. Emosinya pun tidak mudah tersulut. Namun begitu, …wanita di hadapannya ini sukses membuat perempatan muncul di pelipis Monica.
“Xavier takkan mengambil keputusan penting seperti itu tanpa memberitahuku,” tolak Monica.
Namun begitu, sejatinya Monica memercayai ucapan Nizivia. Pasalnya, subjek yang dibicarakan adalah Xavier. Anak itu pasti tidak akan memberitahunya sebelum terjadi. Jika pun dia memberitahunya, itu pasti karena terpaksa. Mengetahui itu semakin membuat Monica naik pitam, tetapi wajahnya tetap tenang—tak ingin menunjukkan ekspresi yang diinginkan sang lawan.
“Tapi nya-nyatanya Nizivia akan me-menikah dengannya, bukan Mo-Monica. Kami akan pu-punya anak, hi-hidup bahagia, dan lambat laun Mo-Monica takkan lagi menjadi o-orang penting bagi Xa-Xavier.”
Monica menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan dan berkata, “Kau belum menjawab pertanyaanku.”
Memang, kata-kata Nizivia menghujam kuat ke dalam jiwa, tetapi itu tidak menjadi hal yang penting saat ini. Asumsi awalnya ternyata memang tidak salah, apa yang mereka lakukan memang berhubungan dengan sang emperor.
“Ni-Nizivia ingin Monica ma…mati. Tapi, Lumeira dengan te-tegas tidak membolehkannya. Jadi, a-apa boleh buat. Ni-Nizivia hanya akan me-menunjukkan keputusasaan kepada Mo-Monica, sebelum kemudian me-mengambil kalungmu dan se-setetes darahmu. Iblis se-seperti Mo-Monica tidak layak me-menjadi orang terpenting ba-bagi Xavier.”
“Begitu rupanya. Apa boleh buat.” Monica menghela napas panjang, sepasang sayap iblis seketika mencuat di punggungnya—sepasang tanduk seperti tanduk domba telah menghiasi kepala Monica. “Makhluk rasis sepertimu tak layak mendapat perhatian Xavier. Sebagai orang yang paling mengenalnya, akan kusingkarkan perayu kecil sepertimu dari hidupnya!”
“Perayu ke-kecil?” Pandangan Nizivia menggelap. “Ni-Nizivia berubah pikiran. Ni-Nizivia akan membunuh Monica.”
Monica tidak memberi respons verbal, tubuhnya yang berselimutkan zirah petir sudah melesat menyerang.
...-bersama Lumeira-...
Lumeira mendesah pelan sembari menyandarkan tubuhnya pada sebuah batang pohon.
Sejatinya ia lebih memilih untuk langsung membawa Monica ke kaki Gunung Emerald di Hutan Kabut Mephisto. Mereka bisa langsung menangkap Monica dengan memanfaatkan kecepatan Nizivia. Namun, Nizivia keras kepala ‒ dia begitu persisten ingin memberikan Monica kesempatan untuk melawan. Tak salah lagi itu karena dia iri lantaran Monica bagi Xavier lebih penting daripadanya.
“…Hal itulah yang kubenci dari orang-orang, mereka akan menjadi terlalu emosional jika itu berhubungan dengan percintaan bodoh mereka.”
Setidaknya, Menez sudah berhasil Alstroemeria atasi—walaupun kepribadiannya yang lain itu hanya memenjarakannya dalam es imitasi [Eternal Zero], bukan membunuhnya seperti yang ia inginkan. Jika tidak, tentu Menez sudah mendatangi tempat mereka. Pasalnya, selain Nizivia, sensorik Menez jangkauannya menempati posisi tertinggi dari semua pengguna sihir sensorik yang Alstroemeria tahu.
Namun begitu, tidak menutup kemungkinan kalau ada orang yang akan menyadari. Meskipun Lumeira sudah melakukan hal yang optimal, fluktuasi mana sama sekali tak bisa disembunyikan. Tidak sulit bagi pengguna sihir sensorik untuk menyadari lokasi mereka. Dan karena itu, Lumeira mera—
Buaaaaaaaam!
Tubuh Lumeira dengan telak ditelan bola energi berwarna merah kehitaman yang diselimuti percikan petir. Dan bola energi itu tidak satu atau dua, melainkan belasan dan datang beruntun menerjang satu titik yang sama.
Ledakan demi ledakan terus berdentum, menghancurkan sebagian hutan dan membuat debu serta asap mengepul. Lalu, saat bola energi yang kedua puluh mendentum, sebuah laser merah kehitaman berselimutkan percikan petir meluncur dari arah Royal Tree membelah hutan menjadi dua bagian.
Bagaikan kilatan petir di langit, begitu pula penampakan laser berdiameter lima meter itu. Ia muncul hanya sekejap dan menghilang dalam sekejap. Namun, bekas yang ditinggalkannya sangatlah membekas. Laser itu meninggalkan lubang sedalam belasan meter sepanjang belasan kilometer ‒ itu tak ubahnya seperti sungai kering yang tanahnya memerah seperti lava pijar.
Lumeira berada di dalam lubang yang seperti anak sungai itu. Bajunya compang-camping dan bernodakan darah serta bekas bakar. Kedua kakinya yang tampak berasap berada dalam bongkahan es. Lengan kanannya sudah tak ada, tetapi perlahan-lahan mulai beregenerasi. Dan yang paling kentara, ekspresinya sangat jauh dari ekspresi datar dan dingin yang biasa mewarnai wajahnya.
“Seperti yang bisa diekspektasikan darimu, Evillia. Sepertinya aku telah meremehkanmu karena tidak berpikir kalau kau bisa menggunakan tumbuhan untuk berbagi indra seperti Evana.”
Lumeira memandang intens pada individu yang berdiri tepat di puncak Royal Tree. Ia memang tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi tidak salah lagi kalau Evillia ada di sana. “Ini akan merepotkan,” gumamnya sambil menyatukan kedua telapak tangannya—lengan kanannya sudah kembali beregenerasi dengan sempurna. “Tapi setidaknya aku harus memastikan Nizivia dan Monica pindah ke kaki Gunung Eme—”
Lumeira refleks melompat menjauh, tipis menghindari terjangan Evillia Evrillia yang melesat dalam kecepatan hipersonik, menghancurkan es tempatnya berdiri barusan. Tanah beretakan. Tenaga yang pukulannya lepaskan sama kuatnya dengan tenaga yang Gilbert lepaskan saat dia serius. Fisik Evillia lebih kuat dari yang Lumeira ekspektasikan.
“Kudengar kau membenci para vampire, Your Majesty,” ucap Lumeira sembari mendarat tepat di depan kubah beradius seratus meter yang mengurung Nizivia dan Monica. Kubah tersebut menjadi terlihat akibat rentetan serangan Evillia tadi telah melunturkan ilusi yang menutupinya. “Apa kau tertarik menghadapi salah satu dari mereka?”
“…Lumeira von Talhasta, darahmu sangat kotor. Ah, begitu rupanya, kau sebenarnya adalah cecunguknya Vermyna, heh.”
“Kau tidak salah,” kata Lumeira sembari memanifestasikan lingkaran sihir teleportasi raksasa yang turut melingkupi Evillia. “Kami hanya memanfaatkan kekaisaran. Lusa kekaisaran akan menyerang, beberapa vampire akan turut serta. Namun, tujuan kami yang sebenarnya adalah Monica. Kami sudah menunggu hari ini.”
“Begitu….”
Evillia tak mencoba menghentikan niat Lumeira. Pun Lumeira tak mengekspektasikan sang ratu untuk mencegahnya. Evillia tidak akan membuang kesempatan untuk bertemu vampire. Pun dia cukup arogan untuk berpikir dia dijebak—tentu saja Lumeira tak menjebaknya.
“Vermyna punya tujuan yang sama dengan Nueva?”
Lumeira menggeleng pelan. “Nona Vermyna hanya ingin menggunakan Monica untuk memberi pelajaran pada Xavier, dia tak tertarik dengan rencana konyol Nueva. Memang, Nona Vermyna tidak akan berpikir dua kali untuk pergi ke neraka, tetapi dia tidak perlu pergi ke sana jika bisa melakukannya dari sini.”
Tujuan aslinya tentu saja Nizivia, Monica tidak berguna bagi mereka. Lumeira hanya memerlukan Nizivia mengambil kalung Monica dan tetes darahnya saja. Ucapannya yang mengatakan kalau tujuan mereka menangkap Monica pada Nizivia hanya berfungsi sebagai alasan saja. Dengan begitu, Nizivia tidak akan berpikir kalau dia sengaja dituntun untuk itu. Namun, Evillia tak perlu tahu itu. Biarkan dia berpikir kalau Monica adalah targetnya.
“Begitu, hmph. Cepat selesaikan teleportasimu. Darahku sudah mendidih mencium bau darahmu yang busuk.”
Lumeira membiarkan dirinya tergelak, ia suka kearoganan yang melekat kuat dalam diri Evillia. “Baiklah, baiklah, dengan senang hati.”
...-bersama Monica dan Nizivia-...
Monica hanya bisa menggemeretakkan gigi-giginya sambil menahan frustrasi. Ia sudah menyerang Nizivia sedari tadi, dan sekarang ia masih melakukannya. Namun, tak satu pun serangannya berhasil. Bahkan, meski ia sudah menyerang Nizivia dari berbagai sisi dan menggunakan berbagai kecohan, semuanya tetap gagal menyentuh sang commander. Jika Nizivia mengklaim bisa memprediksikan masa depan, Monica tidak akan sulit memercayainya.
“I-Iblis Monica sudah se-selesai?” tanya Nizivia sembari menghindari rentetan peluru angin yang Monica lesatkan tanpa beranjak dari tempatnya berdiri. “Tidak bi-bisa lebih cepat dan kuat la-lagi?”
Monica mendengus sembari melompat menjauh—hanya berjarak satu meter dari penghalang berwarna ungu gelap yang menyembunyikan dunia luar. Aku hanya bisa mengandalkan spell andalanku jika begini, batin Monica sembari merapatkan kedua telapak tangannya—ia berniat mengompres udara dalam ruang ini hingga Nizivia tak mampu bernapas.
“Huh?” Erang kaget itu bersamaan keluar dari mulut Nizivia dan Monica.
Penghalang ungu gelap tiba-tiba menghilang, dan mereka menemukan diri berada dalam tanah lapang yang dikelilingi hutan.
“Nona Evi—arghhhh!” Monica tak kuasa menahan diri dari memekik sakit saat tangan Lumeira mencengkeram lehernya dari belakang. Perhatiannya barusan teralihkan pada Evillia yang berdiri berhadap-hadapan dengan seorang vampire yang belum pernah ia lihat, Lumeira memanfaatkan kelengahannya itu untuk menyerangnya dari belakang.
“Monica!” desis Evillia puluhan meter dari tempat Monica, tetapi saat itu juga sang vampire menyerangnya.
“Seperti yang kukatakan, Evillia, aku tidak akan membunuh Monica. Lawanmu adalah Valeria. Jika kau bisa mengalahkannya, Monica kukembalikan.” Lumeira lantas menarik kalung Monica secara paksa, melumuri liontin dengan darahnya, kemudian melemparkannya ke Nizivia. “Kau terlalu membuang-buang waktu, Nizivia. Pergilah sebelum terlalu terlambat. Aku sudah mengatakan lokasi dan caranya padamu.”
Nizivia tampak mengernyit sambil menangkap kalung yang Lumeira lempar, tetapi kemudian dia mengangguk dan melesat pergi.
“Kau pasti senang, bukan?” tanya Lumeira tanpa memandang Monica. “Banyak sekali orang yang ingin melindungimu. Xavier, Evillia, Menez, Zie…. Namun, untuk hari ini hanya Evillia saja hara—arghhhh! Kau! Iblis sialan!”
Monica tidak memedulikan tubuh Lumeira yang digerayangi darah korosif. Ia langsung melesat ke udara begitu tangan yang mencengkeramnya spontan lepas. Tujuan Monica jelas: ia harus menghentikan Nizivia dari pergi ke kediaman rahasia Hernandez.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
John Singgih
rencana vampire yang membonceng vermillion empire
2021-09-06
2
Aryo Karebet
keren Thor
2021-06-16
1
Ok Bang
jjjj
2021-04-15
1