CUT

CUT

PANG SAGOE...

Dor....dor....dor....

Buummmm

Dor....dor....dor....

Suara itu tidak lagi mengejutkanku, suara yang walaupun takut tapi tetap aku dengar. Entah kapan perang ini berakhir? Pertanyaan yang hanya tuhan yang tahu atau hanya mereka yang dengan keegoannya mau berdamai demi kami rakyat yang hanya punya keinginan sederhana di kampung tertinggal ini.

Bisa membajak sawah, bercocok tanam di ladang atau shalat subuh berjamaah ke mesjid dengan aman menjadi impian setiap warga kampung kami.

Kampung Sagoe adalah nama kampungku, letaknya jauh dari perkotaan. Orang kampung kami akan turun seminggu sekali pada hari Kamis untuk berbelanja karena hari itu adalah hari pekan.

Mereka juga membawa hasil kebun yang akan dijual di pasar kecamatan. Itu akan terjadi jika situasi aman, berbeda keadaanya jika terjadi kontak senjata. Warga kampung akan memilih berdiam diri di rumah sambil tiarap di lantai tanah rumah mereka.

Kampung sagoe menjadi kampung yang paling sering terjadi kontak senjata antara aparat pemerintah dengan pasukan pemberontak.

Malam ini, sebuah rumah yang diduga markas para pemberontak telah diledakkan oleh aparat pemerintah. Jumlah tentara yang dikirim ke kampung kami tidak terhitung. Markas yang letaknya di atas bukit tidak jauh dari rumahku.

Suara kendaraan baja serta sejumlah tank milik tentara menghiasi jalan malam itu. Tidak ada yang berani keluar, kami memilih tiarap di lantai tanah yang sudah digelar tikar.

Mulut Abu dan Umiku tidak berhenti berkomat-kamit memanjatkan doa untuk putra mereka. Ya...Abangku adalah salah satu pasukan pemberontak itu.

Tidak ada yang tau jika abangku seorang pemberontak. Karena abangku lari dari pesantren untuk bergabung bersama para pemberontak.

Orang kampung hanya tahu jika abangku di pesantren dan tidak pulang-pulang. Karena alasan Abu memasukkannya ke pesantren yang ada di kecamatan setelah lulus sekolah dasar supaya terhindar dari ajakan untuk ikut memberontak.

Kami sendiri baru mengetahui ketika kami mengunjunginya setahun kemudian. Teungku, panggilan kami kepada setiap orang yang berprofesi sebagai guru ngaji. Salah satu Teungku di pesantren mengatakan pada kami jika Abangku sudah pergi dari pesantren tampa mengatakan sepatah katapun.

Abu dan Umi kecewa, mereka sedih mendengarnya namun apa boleh buat. Semua sudah terjadi. Abu dan Umi sangat tidak menyetujui tindakan pemberontakan ini. Bukan keinginan mereka yang tercapai melainkan banyak nyawa yang hilang. Anak menjadi yatim, istri menjadi janda. Abu sudah sering mengingatkannya. Namun sayang, abangku yang bernama Teuku Muhammad Ilham itu malah lari dari pesantren setelah satu tahun tinggal di sana.

Anak-anak laki-laki di kampungku tidak ada yang bersekolah tinggi. Letak sekolah yang jauh serta pergaulan para pemberontak dengan anak-anak yang tertarik ketika melihat senjata tentu akan membuat mereka dengan gampang mengikuti ajakan para pemberontak. Mereka bahkan tidak tahu tujuan dari pemberontakan itu apa.

Jangan tanya diriku, sekolahku hanya sampai kelas 4 SD. Selebihnya aku belajar sendiri dari buku-buku yang masih tersisa. Abu dan Umi selalu mengatakan jika anak perempuan tidak perlu sekolah tingi-tinggi karena hanya akan mengurus suami serta anak. Dan nasibku berakhir seperti perkataan mereka. Setelah aku bisa membaca dan menghitung, aku dilarang untuk kembali bersekolah dengan alasan keamanan.

Aku menurut dan hanya belajar mengaji di kampung sampai aku tumbuh menjadi gadis. Jangan tanyakan bagaimana wajah abangku sekarang karena kami sudah lama tidak bertemu. Usia kami tidak terpaut jauh, saat dia masuk pesantren umurnya masih tiga belas tahun dan aku berumur sepuluh tahun.

Sekarang umurku delapan belas tahun dan dia sudah menjadi pria dewasa dengan umur dua puluh satu tahun. Sudah delapan tahun kami tidak bertemu, apakah sekaranh dia jadi lebih tampan? Atau dia sekarang sudah berkumis dan berjenggot? Entahlah sampai suara-suara aneh di belakang dapur membuyarkan lamunanku.

"Suara apa itu, Abu?" Tanyaku yang sedikit takut.

"Abu juga tidak tau, mungkin suara musang atau kalong." Jawab Abu dengan raut cemas.

"Cari disetiap rumah!" Suara teriakan dari luar jelas terdengar oleh kami dari dalam karena rumah kami yang berdinding papan tentu tidak kedap suara.

Tok...tok...tok...

"Buka pintunya!" Suara ketukan pintu membuat kami semua ketakutan.

"Cepat buka! Atau kami dobrak!" Abu segera membuka pintu dengan raut wajah ketakutan.

Tampa permisi mereka masuk keseluruh bagian rumahku, membuka lemari pakaian, kolong tempat tidur sampai dapur juga tidak luput dari pemeriksaan pasuka tentara pemerintah.

"Apa ada anak laki-laki di rumah ini?" Tanya seorang dengan pangkat lebih tinggi dari yang lain. Aku bisa menilai dari bagaimana para tentara yang mengacak rumahku melapor padanya.

Dengan gugup Abu menjawab, "Tidak, Pak."

Aku yang tadi dipaksa keluar dengan Umi terus menunduk ketakutan tidak berani menatap mereka. "Ini anak atau menantu?" Tanyanya kembali.

"Anak kandung saya, Pak."

"Sudah kalian periksa semua?"

"Siap Dan, semua sudah diperiksa." Jawab para tentara yang aku yakin itu anak buahnya.

"Kalau ada yang datang meminta pertolongan, segera lapor pada kami!" Perintahnya terakhir pada Abu sebelum mereka keluar dari rumahku.

Abu menutup pintu, kemudian kembali masuk ke kamar bersama kami. Malam itu, kami tidak dapat tidur dengan nyaman sampai menjelang subuh suara-suara aneh kembali terdengar di belakang dapur.

Abu mengambil parang yang biasa digunakan untuk membabat rumput di ladang. Pelan-pelan Abu membuka pintu dan kami melihat dengan dengan raut wajah cemas.

"Abuuu." Ringisan suara seorang laki-laki yang bersembunyi dalam rimbunnya batang nilam di belakang rumahku.

"Ilham." Ucap Abu dengan suara tercekat.

"Berhenti, kamu jangan pernah kemari lagi! Putra Abu di pesantren kamu bukan putraku." Abu menutup pintu dapur lalu masuk ke kamarnya.

Aku dan Umi hanya bisa pasrah melihat abang yang sedang menahan luka. Aku yakin walaupun Abu tidak menerimanya namun jauh dari lubuk hati terdalam Abu pasti sangat mengkhawatirkan abangku.

Abu pasti dilema, jika Abu ketahuan membawa masuk abangku pasti keluarga kami akan menanggung resikonya.

Abu keluar dengan sebuah karung beras berukuran lima belas kilo menuju dapur lalu membungkus nasi tadi malam serta memasukkan satu botol air yang masih hangat dari termos ke dalam karung yang di dalamnya sudah ada beberapa helai kain serta baju yang pernah Abu pakai.

Abu melempar karung tersebut ke dalam rimbunan batang nilam lalu sejurus kemudian aku mendengar suara-suara aneh yang pelan-pelan menjauh dari balik semak.

Setelah peledakan markas yang menurut orang-orang katanya terbesar di kabupaten kami, para aparat keamanan yang dulunya susah masuk ke kampung kami kini mereka tengah melakukan pemeriksaan disetiap jalan yang dilewati oleh orang kampung.

Entah berapa ratus orang atau bahkan sampai ribuan para tentara di kampungku saat ini. Setiap yang lewat selalu ditanya tentang 'Pang Sagoe' sebutan untuk pemimpin pemberontak yang sangat terkenal dan licin sehingga susah ditangkap.

Tidak ada yang tahu wajahnya, pria berjulukan 'Pang Sagoe' itu sangat misterius.

***

LIKE...LIKE...LIKE...

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

aku yg lahir di sabang thn 70an,karena ayah ku tentara...jadi kyk nengenang kembalu suasana aceh...nuhun thor🙏

2024-06-28

0

Ersa

Ersa

jgn2 ilham lah pang sagoe itu?

2023-09-30

0

Ersa

Ersa

ayah tetap lah ayah 🥹

2023-09-30

0

lihat semua
Episodes
1 PANG SAGOE...
2 Abangku...
3 APA INI???
4 MIFTAH...
5 SURAT KALENG
6 JANNAH...
7 TERTANGKAP...
8 BUKAN SALAH PINANGAN...
9 AKHIR HIDUP JANNAH...
10 Berjalan Dalam Gelap...
11 HATI ATAU LOGIKA???
12 Markas Kabupaten...
13 PILIHAN...
14 JENAZAH...
15 SURAT...
16 HINGGA AKHIR HAYAT...
17 Barang Lagi???
18 GASEH...
19 TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20 17 Agustus...
21 MERDEKA...
22 CUAK...
23 INONG BALEE...
24 ANCAMAN...
25 Da Maneh...
26 Berapa Nyawa Lagi????
27 Pinangan Kedua...
28 Jalan Menuju Ajal???
29 Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30 Jalan Menuju Zina...
31 Wartawan...
32 Halimah...
33 Kampung Uteun...
34 GUA...
35 Wanita Penghuni Gua...
36 Aku Merindukanmu...
37 CERITA...
38 Cerita Masih Berlanjut...
39 Antara Ibu dan Anak...
40 Deg...
41 Abang...
42 Bimbang...
43 Sepertiga Malam...
44 Perbedaan...
45 Hidup Baru...
46 Rindu...
47 Dor....lagi???
48 Aduh....
49 Rindu Ini Menyesakkan...
50 Abdi Negara...
51 Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52 Cuma Pura-pura...
53 Referendum....
54 Razi...
55 Hancur...
56 Doa Orang Tua...
57 Rata dengan Tanah...
58 Kamu...
59 OTK...
60 Bicara...
61 Peristiwa di Subuh Pagi...
62 Pembantaian...
63 Cinta Itu Buta...
64 Cinta itu Gila...
65 Pengemis...
66 Mendengar...
67 Pemicu...
68 Percikan...
69 Dokter Widia...
70 Penculikan Lagi...
71 Peuraboen...
72 Pulau Breuh...
73 Hidup Baru...
74 Khalid...
75 Meminang Pemuda...
76 Rebutan...
77 Cantoei....
78 Pengakuan...
79 Bulan Sabit...
80 Belum Usai...
81 Saya Tidak Tahu...
82 Kamu Kapan???
83 Faisal...
84 JODOHKU...
85 Cerita Mae...
86 Pertama Bertemu...
87 Dipinang Lagi....
88 Dua Sisi...
89 Kotak Misteri...
90 Tueng Lintoe Baroe...
91 Rangkaian...
92 Tamu-tamu Penting...
93 Kecupan Pertama...
94 Satu Talam...
95 Satu Kamar...
96 Malam dan Siang...
97 Rabiah...
98 Tiga....
99 Shinta...
100 Tiket...
101 Antara Suami dan Dokter...
102 Terapi Lagi...
103 Lincah U Groh...
104 Hamil...
105 Pulau Mencekam...
106 Datang dan Pergi...
107 Yang Tersimpan...
108 Suka Bersama Duka
109 Pikiran Tidak Di Tempat...
110 Mereka Dan Kenangan...
111 Pesan...
112 Kata Cerai...
113 Perkelahian...
114 Sebuah Tamparan...
115 Gempa...
116 Tsunami...
117 Puing...
118 Keajaiban vs Harapan...
119 dr. Guney...
120 Keajaiban...
121 Nelangsa...
122 Ayila...
123 Bertemu Lagi...
124 Retak...
125 Sang Pengisi Hati...
126 Selipan Rasa...
127 Yang Pergi dan Kembali...
128 Iskandar dan Kehilangan...
129 KUA...
130 Saya Dipaksa...
131 Akhirnya Resmi...
132 Kamu dan Kejutan...
133 Batal???
134 Suami Tercinta...
135 Mimpi...
136 Menjemput Jodoh...
137 Mantra...
138 Akad ke Dua...
139 Lamaran Di Atas Pesta...
140 Pasangan...
141 Jadilah Kuat!!!
142 Satu Kamar...
143 Tree Mas Ketir...
144 Apel...
145 Di Bawah Pedang...
146 Rumah Baru...
147 Lawan...
148 Genjer...
149 Tamu Tak Diduga...
150 Kau Ku Kejar!!!
151 Martabak...
152 Nyonya Adi...
153 Saran Atau ???
154 Dukun...
155 Karena Sayang...
156 Perkara Di Subuh Pagi...
157 Kabar Bahagia...
158 Aku Mirip Siapa???
159 Adik....
160 Anugrah Wicaksono...
161 Asrama...
162 Neraka Iskandar...
163 Penampakan...
164 Nenek Rewel...
165 Air Mata Ibu...
166 Wahai Mertua...
167 Hambar...
168 Teman???
169 Berdamai...
170 Pak RW...
171 Racun Tikus...
172 Ceraikan Aku!!!
173 Jangan Mimpi!!!
174 Keturunan Pemberontak...
175 Sang Mantan...
176 Pelakor...
177 Permainan...
178 Ikatan Tak Kasat Mata...
179 Dor...
180 Duri Dalam Daging...
181 Perpisahan...
182 Adek Ikut Papa...
183 Densus 88...
184 Mie Instan Air Mata...
185 Pilih Kasih...
186 Luka...
187 Adit dan Beno...
188 Karena Kita Berbeda...
189 Nenek Garang...
190 Cerita Kita...
191 Pergi Untuk Kembali...
192 Misi Pertama Anugrah...
193 Aku Cemburu!!!
194 Kairo...
195 Ini Pilihanku, Nenek!!!
196 Jadikan Aku Pacarmu...
197 A Vs Mauren...
198 Puber...
199 Skors Lagi...
200 Kolam Es...
201 Kelabang...
202 Mau Jadi Pacarku???
203 Ingat Pesan Mamang...
204 Pulang...
205 Hari Berkabung...
206 Dia???
207 Shinta...
208 Jomblo...
209 Selamat Tinggal...
210 Batu Nisannya Mana???
211 Buah Keuranji....
212 Dek, Waspada!!!
213 Daun Pintu...
214 Dilema Mae...
215 Minta Jatah...
216 Deposit...
217 KKN Di Desa Wengi...
218 Piring Pecah...
219 Kejutan....
220 Daun Sirsak...
221 Gendhis...
222 Melati Berdarah...
223 Peristiwa Di Subuh Pagi...
224 Penyuluhan...
225 Kabur...
226 Tikungan Jodoh...
227 Menikahi Pembunuh...
228 Dr. Rendra???
229 Ujian Aisyah..
230 Menjemput Dita...
231 Kemenyan...
232 Permintaan Bibik...
233 Dia, Istriku!!!
234 Popok...
235 Nenek...
236 Cafe...
237 Ayo Pindah!!!
238 Complicated....
239 Seperti Judul Novel...
240 Rekaman CCTV...
241 Perubahan Anugrah...
242 Tamu Pertama...
243 Pak Dos...
244 Tes Uji...
245 Teh Rasa Air Laut...
246 Mahar...
247 80 Juta...
248 Kenyataan...
249 Cerita Faisal...
250 Om Imam...
251 Ulah Abdul...
252 Isi Hati Sang Komandan...
253 Bertemu Masa Lalu...
254 Babak Belur...
255 Pos Pemeriksaan...
256 Tiga Pria...
257 Lidah Tajam Iskandar...
258 Foto...
259 Status Istri Tentara...
260 Pelarian Dita...
261 Dika...
262 Sudah ML???
263 Seadanya Kita...
264 Kegelisahan Cut...
265 SAH???
266 Pelukan...
267 Geger...
268 Buka Cadarmu!!!
269 Pengajuan Cerai...
270 Pernikahan Reski...
271 Perpisahan...
272 Suami-Istri...
273 2 : 1 ???
274 Membuat Bayi...
275 Ditolak...
276 Iman Kita Berbeda...
277 Wulan Sang Penyanyi...
278 Pergi...
279 Kejutan Kamar Sebelah...
280 Sultan Iskandar Muda...
281 Dokter Merlyn...
282 Rasanya???
283 Mencari Jejak...
284 99 Night Bar...
285 Selamat Jalan Nenek...
286 Kopi Aceh...
287 Salah Paham...
288 Restu Sang Mama...
289 Kejutan Mereka...
290 Tanda Lahir...
291 Putro Mutia...
292 Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293 99,99% Cocok...
294 Made In Turki...
295 Ini Mimpi Kan???
296 Kehilangan Roh...
297 Sah...
298 Sang Prajurit Kembali...
299 Lamaran Kedua...
300 Akhir Kita...
Episodes

Updated 300 Episodes

1
PANG SAGOE...
2
Abangku...
3
APA INI???
4
MIFTAH...
5
SURAT KALENG
6
JANNAH...
7
TERTANGKAP...
8
BUKAN SALAH PINANGAN...
9
AKHIR HIDUP JANNAH...
10
Berjalan Dalam Gelap...
11
HATI ATAU LOGIKA???
12
Markas Kabupaten...
13
PILIHAN...
14
JENAZAH...
15
SURAT...
16
HINGGA AKHIR HAYAT...
17
Barang Lagi???
18
GASEH...
19
TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20
17 Agustus...
21
MERDEKA...
22
CUAK...
23
INONG BALEE...
24
ANCAMAN...
25
Da Maneh...
26
Berapa Nyawa Lagi????
27
Pinangan Kedua...
28
Jalan Menuju Ajal???
29
Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30
Jalan Menuju Zina...
31
Wartawan...
32
Halimah...
33
Kampung Uteun...
34
GUA...
35
Wanita Penghuni Gua...
36
Aku Merindukanmu...
37
CERITA...
38
Cerita Masih Berlanjut...
39
Antara Ibu dan Anak...
40
Deg...
41
Abang...
42
Bimbang...
43
Sepertiga Malam...
44
Perbedaan...
45
Hidup Baru...
46
Rindu...
47
Dor....lagi???
48
Aduh....
49
Rindu Ini Menyesakkan...
50
Abdi Negara...
51
Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52
Cuma Pura-pura...
53
Referendum....
54
Razi...
55
Hancur...
56
Doa Orang Tua...
57
Rata dengan Tanah...
58
Kamu...
59
OTK...
60
Bicara...
61
Peristiwa di Subuh Pagi...
62
Pembantaian...
63
Cinta Itu Buta...
64
Cinta itu Gila...
65
Pengemis...
66
Mendengar...
67
Pemicu...
68
Percikan...
69
Dokter Widia...
70
Penculikan Lagi...
71
Peuraboen...
72
Pulau Breuh...
73
Hidup Baru...
74
Khalid...
75
Meminang Pemuda...
76
Rebutan...
77
Cantoei....
78
Pengakuan...
79
Bulan Sabit...
80
Belum Usai...
81
Saya Tidak Tahu...
82
Kamu Kapan???
83
Faisal...
84
JODOHKU...
85
Cerita Mae...
86
Pertama Bertemu...
87
Dipinang Lagi....
88
Dua Sisi...
89
Kotak Misteri...
90
Tueng Lintoe Baroe...
91
Rangkaian...
92
Tamu-tamu Penting...
93
Kecupan Pertama...
94
Satu Talam...
95
Satu Kamar...
96
Malam dan Siang...
97
Rabiah...
98
Tiga....
99
Shinta...
100
Tiket...
101
Antara Suami dan Dokter...
102
Terapi Lagi...
103
Lincah U Groh...
104
Hamil...
105
Pulau Mencekam...
106
Datang dan Pergi...
107
Yang Tersimpan...
108
Suka Bersama Duka
109
Pikiran Tidak Di Tempat...
110
Mereka Dan Kenangan...
111
Pesan...
112
Kata Cerai...
113
Perkelahian...
114
Sebuah Tamparan...
115
Gempa...
116
Tsunami...
117
Puing...
118
Keajaiban vs Harapan...
119
dr. Guney...
120
Keajaiban...
121
Nelangsa...
122
Ayila...
123
Bertemu Lagi...
124
Retak...
125
Sang Pengisi Hati...
126
Selipan Rasa...
127
Yang Pergi dan Kembali...
128
Iskandar dan Kehilangan...
129
KUA...
130
Saya Dipaksa...
131
Akhirnya Resmi...
132
Kamu dan Kejutan...
133
Batal???
134
Suami Tercinta...
135
Mimpi...
136
Menjemput Jodoh...
137
Mantra...
138
Akad ke Dua...
139
Lamaran Di Atas Pesta...
140
Pasangan...
141
Jadilah Kuat!!!
142
Satu Kamar...
143
Tree Mas Ketir...
144
Apel...
145
Di Bawah Pedang...
146
Rumah Baru...
147
Lawan...
148
Genjer...
149
Tamu Tak Diduga...
150
Kau Ku Kejar!!!
151
Martabak...
152
Nyonya Adi...
153
Saran Atau ???
154
Dukun...
155
Karena Sayang...
156
Perkara Di Subuh Pagi...
157
Kabar Bahagia...
158
Aku Mirip Siapa???
159
Adik....
160
Anugrah Wicaksono...
161
Asrama...
162
Neraka Iskandar...
163
Penampakan...
164
Nenek Rewel...
165
Air Mata Ibu...
166
Wahai Mertua...
167
Hambar...
168
Teman???
169
Berdamai...
170
Pak RW...
171
Racun Tikus...
172
Ceraikan Aku!!!
173
Jangan Mimpi!!!
174
Keturunan Pemberontak...
175
Sang Mantan...
176
Pelakor...
177
Permainan...
178
Ikatan Tak Kasat Mata...
179
Dor...
180
Duri Dalam Daging...
181
Perpisahan...
182
Adek Ikut Papa...
183
Densus 88...
184
Mie Instan Air Mata...
185
Pilih Kasih...
186
Luka...
187
Adit dan Beno...
188
Karena Kita Berbeda...
189
Nenek Garang...
190
Cerita Kita...
191
Pergi Untuk Kembali...
192
Misi Pertama Anugrah...
193
Aku Cemburu!!!
194
Kairo...
195
Ini Pilihanku, Nenek!!!
196
Jadikan Aku Pacarmu...
197
A Vs Mauren...
198
Puber...
199
Skors Lagi...
200
Kolam Es...
201
Kelabang...
202
Mau Jadi Pacarku???
203
Ingat Pesan Mamang...
204
Pulang...
205
Hari Berkabung...
206
Dia???
207
Shinta...
208
Jomblo...
209
Selamat Tinggal...
210
Batu Nisannya Mana???
211
Buah Keuranji....
212
Dek, Waspada!!!
213
Daun Pintu...
214
Dilema Mae...
215
Minta Jatah...
216
Deposit...
217
KKN Di Desa Wengi...
218
Piring Pecah...
219
Kejutan....
220
Daun Sirsak...
221
Gendhis...
222
Melati Berdarah...
223
Peristiwa Di Subuh Pagi...
224
Penyuluhan...
225
Kabur...
226
Tikungan Jodoh...
227
Menikahi Pembunuh...
228
Dr. Rendra???
229
Ujian Aisyah..
230
Menjemput Dita...
231
Kemenyan...
232
Permintaan Bibik...
233
Dia, Istriku!!!
234
Popok...
235
Nenek...
236
Cafe...
237
Ayo Pindah!!!
238
Complicated....
239
Seperti Judul Novel...
240
Rekaman CCTV...
241
Perubahan Anugrah...
242
Tamu Pertama...
243
Pak Dos...
244
Tes Uji...
245
Teh Rasa Air Laut...
246
Mahar...
247
80 Juta...
248
Kenyataan...
249
Cerita Faisal...
250
Om Imam...
251
Ulah Abdul...
252
Isi Hati Sang Komandan...
253
Bertemu Masa Lalu...
254
Babak Belur...
255
Pos Pemeriksaan...
256
Tiga Pria...
257
Lidah Tajam Iskandar...
258
Foto...
259
Status Istri Tentara...
260
Pelarian Dita...
261
Dika...
262
Sudah ML???
263
Seadanya Kita...
264
Kegelisahan Cut...
265
SAH???
266
Pelukan...
267
Geger...
268
Buka Cadarmu!!!
269
Pengajuan Cerai...
270
Pernikahan Reski...
271
Perpisahan...
272
Suami-Istri...
273
2 : 1 ???
274
Membuat Bayi...
275
Ditolak...
276
Iman Kita Berbeda...
277
Wulan Sang Penyanyi...
278
Pergi...
279
Kejutan Kamar Sebelah...
280
Sultan Iskandar Muda...
281
Dokter Merlyn...
282
Rasanya???
283
Mencari Jejak...
284
99 Night Bar...
285
Selamat Jalan Nenek...
286
Kopi Aceh...
287
Salah Paham...
288
Restu Sang Mama...
289
Kejutan Mereka...
290
Tanda Lahir...
291
Putro Mutia...
292
Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293
99,99% Cocok...
294
Made In Turki...
295
Ini Mimpi Kan???
296
Kehilangan Roh...
297
Sah...
298
Sang Prajurit Kembali...
299
Lamaran Kedua...
300
Akhir Kita...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!