SURAT KALENG

Secarik kertas yang membuatku penasaran ingin membacanya dengan segera namun urung kulakukan karena tempatnya tidak tepat. Akhirnya, surat kaleng itu aku masukkan ke saku baju yang tertutup kerudung.

Acara takziah sudah selesai, aku sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah. Kami juga tidak bisa berlama-lama keluar malam karena takut dengan situasi tidak terduga. Sebenarnya kampungku tidak semencekam ini sebelum peledakan markas di atas bukit tempo hari. Kami masih merasa aman dan tidak pernah terjadi pembunuhan.

Begitu sampai ke rumah, aku langsung memasuki kamar dan hal pertama yang kulakukan adalah membaca surat tadi.

"Jangan berhubungan dengan aparat jika mau hidup!!!" Secarik surat kaleng yang ternyata berisi peringatan.

Aku memperlihatkan surat tersebut pada Abu dan Umi. "Ini penyebab kematian Miftah." Ucapku dengan nada marah.

Acara takziah berlangsung sampai malam ketujuh. Rasa persatuan antara warga kampung masih sangat kental. Kami tidak pernah absen mengikuti takziah tersebut. Sampai malam ketujuh, setelah takziah aku mencoba berbicara dengan Ibu Miftah.

Aku menggenggam tangannya, dia hanya tersenyum kecil dengan mata yang masih bengkak akibat menangis. "Mak Wa, apa Cut boleh tau bagaimana kejadiannya sampai Miftah ditemukan meninggal?" Aku memanggil ibu Miftah dengan sebutang Mak Wa, entahlah, aku hanya mengikuti teman-temanku yang lain.

"Siang itu setelah Eko ke rumah melamarnya, dia langsung pergi mengaji? Dan Teungku Zul bilang juga dia ikut mengaji bersama kalian. Sore harinya seperti biasa dia pergi ke tanah kosong dekat irigasi untuk mengarak lembu ke kandang. Sudah mau magrib, Mak Wa lihat lembunya sudah ada di belakang rumah tapi dia tidak ada, kami mencarinya kemana-mana sampai orang kampung menemukannya di pintu air irigasi dengan kondisi seperti itu." Isakan tangis kembali terdengar, aku memeluk Mak Wa, mencoba memberi kekuatan walau aku sendiri rapuh.

Kami berpamitan pada Mak Wa dan Abu Wa karena warga yang lain juga sudah pulang. Saat berjalan sekilas aku menatap kembali rumah Miftah, dia selalu memanggilku dari rumahnya. Dan malam ini aku kembali melihatnya melambai padaku. Dia tersenyum, apa dia sudah bahagia disana? Aku tersenyum ke arahnya. Aku tahu apa yang aku lihat sekarang namun tidak ada ketakutan didiriku saat itu. "Semoga kamu bahagia disana." Batinku, lalu kembali menatap kedepan menyusuri jalan menuju ke rumah.

Tenggat waktu yang Abu berikan sudah sampai. Tentara sangat disiplin dalam waktu, buktinya dia sudah datang tepat jam 9 pagi.

"Assalamualaikum." Ucapnya bersama beberapa orang anak buahnya yang bersenjata lengkap.

"Walaikumsalam." Jawab Abu dan Umi dari dalam.

Abu mempersilahkan Rendra masuk diikuti anak buahnya. Abu dan Umi memanggilku untuk ikut dalam pertemuan itu.

Untuk pertama kalinya aku berani menatapnya walau hanya sekilas. "Pak Rendra, saya dan istri menyerahkan semua keputusan pada putri kami. Dia yang akan menjalani rumah tangganya jadi dia juga yang berhak mengambil keputusan untuk hidupnya. Cut, Pak Rendra menunggu jawabanmu." Abu menatapku sesaat.

Aku menatapnya, untuk pertama kalinya tatapan kami bertemu dalam durasi panjang sepanjang jawaban yang akan kuberikan padanya.

Dengan sorot mata penuh ketegasan, "Maaf, saya tidak bisa menerima lamaran Bapak. Dan tolong, jangan pernah kemari lagi!" Ucapku dengan tegas.

Dari raut wajahnya aku bisa melihat jika Rendra tidak terkejut dengan jawabanku. Mungkin dia sudah memprediksi lebih dulu sebelum kemari.

"Baiklah, Pak. Saya sudah mendapat jawaban langsung dari putri Bapak. Terima kasih, saya pamit dulu. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam." Jawab Kami serentak.

Dia kembali ke pos dan aku kembali ke kamar. Tidak ada kesedihan karena aku tidak punya rasa. Ketakutanku lebih besar dari rasa yang entah itu membawa bahagia atau malah menjadi petaka. Aku takut berakhir seperti Miftah.

Rendra mematuhi laranganku. Dia tidak pernah lagi ke rumahku. Jika dia mau membeli telur bebek maka dia akan menyuruh anak-anak kampungku untuk membelinya. Surat kaleng juga tidak lagi aku terima.

Dan aku masih menjalani hariku seperti biasa. Ke pengajian selepas zuhur dan selalu melewati rumah Miftah. Setiap sampai di depan rumahnya, aku selalu menoleh seakan dia di sana sedang memanggilku seperti biasa. Terkadang, aku sering menangis jika mengingatnya. Rindu untuk bertemu, pergi dan pulang bersama, bercerita panjang lebar yang tidak jelas ujungnya. Seperti itulah Miftah, gadis ceria dan sedikit konyol.

Hari ini adalah hari pekan di pasar kecamatan. Kami sekeluarga memilih turun ke kecematan untuk berbelanja kebutuhan pokok. Biasanya, Abu sendiri yang pergi namun kali ini Abu memintaku dan Umi untuk ikut. Abu sepertinya takut meninggalkan kami berdua di rumah.

Disinilah aku sekarang, sebuah pasar tradisional di kecamatanku. Semua penjual dan pembeli tumpah ruah disana. Aku memeluk lengan Umi seraya mengikuti Abu. Kami membeli Ikan laut yang sangat jarang kami makan karena letak kampung yang jauh dari laut serta pasar.

Kami juga membeli beberapa helai pakaian, kain serta kerudung juga pakaian untuk Abu. Saat sedang memilih pakaian untu Abu disebuah toko kecil, seorang pria masuk ke toko dan menghampiri kami.

Aku tidak mengenal wajahnya dengan jelas karena pria tersebut memiliki jambang dan jenggot yang lumayan tebal. Matanya sibuk memperhatikan sekeliling dan terlihat gelisah.

"Abu." Panggilnya membuat kami semua menatap si pria dengan raut wajah terkejut.

Kami tahu siapa pria itu, apalagi orang tuaku. Semarah-marahnya orang tua pada anak tapi hati mereka tidak bisa berbohong. Kasih sayang mereka terlalu besar melebihi rasa marah.

"Jangan menemui kami!" Seru Abu.

"Abu, Abang cuma mau bilang jangan terlalu dekat dengan aparat itu. Dan kamu, Cut. Jangan berhubungan dengan mereka!"

"Kenapa? Abang takut aku mati seperti Miftah? Ternyata, Abang tau siapa pelakunya. Aku berdoa semoga siapa pun yang melakukan perbuatan keji pada Miftah mendapat balasan setimpal. Apa yang Abang lakukan pada temanku juga bisa menimpaku suatu saat nanti dan aku harap saat itu Abang sudah bertobat." Jawabku dengan emosi tertahan.

"Pergilah, kami sudah bahagia tampamu. Jangan menemui kami lagi. Putra Abu di pesantren bukan di hutan." Jawab Abu dengan raut wajah kecewa.

"Maafin Abang, Abu. Cut, Abang gak membunuh Miftah. Orang lain yang melakukannya."

"Tapi Abang tau siapa kan?" Sindirku.

Pria itu pergi, sekarang aku semakin marah padanya. Aku tidak mau melihatnya lagi. Apa yang dia lakukan pada Miftah sangat menyakitkan hatiku. Aku membencinya!"

Menjelang siang kami sudah kembali ke kampung. Seperti saat pergi, saat pulang pun kami kembali diperiksa termasuk barang-barang belanjaan kami.

Kehidupan mulai berjalan dengan semestinya. Tidak terasa sudah sebulan setelah kepergian Miftah.

"Aku merindukanmu."

"Aku juga sangat merindukanmu."

***

LIKE...LIKE...LIKE...

Terpopuler

Comments

Reiva Momi

Reiva Momi

kerennn

2023-02-05

0

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien

kami sekeluarga dulu juga tinggal didaerah konflik di Aceh,tapi kami pendatang,kami ikut program transmigrasi pemwrintah tahun 1986 ke Aceh Besar. dan kami juga merasakan ketakutan saat kontak senjata saat rumah2 warga dibakar,bahkan pernah sampai tk bisa tidur bermalam2 karena takut.

2021-11-15

1

Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien

Sukses aelalu pkok e

2021-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 PANG SAGOE...
2 Abangku...
3 APA INI???
4 MIFTAH...
5 SURAT KALENG
6 JANNAH...
7 TERTANGKAP...
8 BUKAN SALAH PINANGAN...
9 AKHIR HIDUP JANNAH...
10 Berjalan Dalam Gelap...
11 HATI ATAU LOGIKA???
12 Markas Kabupaten...
13 PILIHAN...
14 JENAZAH...
15 SURAT...
16 HINGGA AKHIR HAYAT...
17 Barang Lagi???
18 GASEH...
19 TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20 17 Agustus...
21 MERDEKA...
22 CUAK...
23 INONG BALEE...
24 ANCAMAN...
25 Da Maneh...
26 Berapa Nyawa Lagi????
27 Pinangan Kedua...
28 Jalan Menuju Ajal???
29 Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30 Jalan Menuju Zina...
31 Wartawan...
32 Halimah...
33 Kampung Uteun...
34 GUA...
35 Wanita Penghuni Gua...
36 Aku Merindukanmu...
37 CERITA...
38 Cerita Masih Berlanjut...
39 Antara Ibu dan Anak...
40 Deg...
41 Abang...
42 Bimbang...
43 Sepertiga Malam...
44 Perbedaan...
45 Hidup Baru...
46 Rindu...
47 Dor....lagi???
48 Aduh....
49 Rindu Ini Menyesakkan...
50 Abdi Negara...
51 Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52 Cuma Pura-pura...
53 Referendum....
54 Razi...
55 Hancur...
56 Doa Orang Tua...
57 Rata dengan Tanah...
58 Kamu...
59 OTK...
60 Bicara...
61 Peristiwa di Subuh Pagi...
62 Pembantaian...
63 Cinta Itu Buta...
64 Cinta itu Gila...
65 Pengemis...
66 Mendengar...
67 Pemicu...
68 Percikan...
69 Dokter Widia...
70 Penculikan Lagi...
71 Peuraboen...
72 Pulau Breuh...
73 Hidup Baru...
74 Khalid...
75 Meminang Pemuda...
76 Rebutan...
77 Cantoei....
78 Pengakuan...
79 Bulan Sabit...
80 Belum Usai...
81 Saya Tidak Tahu...
82 Kamu Kapan???
83 Faisal...
84 JODOHKU...
85 Cerita Mae...
86 Pertama Bertemu...
87 Dipinang Lagi....
88 Dua Sisi...
89 Kotak Misteri...
90 Tueng Lintoe Baroe...
91 Rangkaian...
92 Tamu-tamu Penting...
93 Kecupan Pertama...
94 Satu Talam...
95 Satu Kamar...
96 Malam dan Siang...
97 Rabiah...
98 Tiga....
99 Shinta...
100 Tiket...
101 Antara Suami dan Dokter...
102 Terapi Lagi...
103 Lincah U Groh...
104 Hamil...
105 Pulau Mencekam...
106 Datang dan Pergi...
107 Yang Tersimpan...
108 Suka Bersama Duka
109 Pikiran Tidak Di Tempat...
110 Mereka Dan Kenangan...
111 Pesan...
112 Kata Cerai...
113 Perkelahian...
114 Sebuah Tamparan...
115 Gempa...
116 Tsunami...
117 Puing...
118 Keajaiban vs Harapan...
119 dr. Guney...
120 Keajaiban...
121 Nelangsa...
122 Ayila...
123 Bertemu Lagi...
124 Retak...
125 Sang Pengisi Hati...
126 Selipan Rasa...
127 Yang Pergi dan Kembali...
128 Iskandar dan Kehilangan...
129 KUA...
130 Saya Dipaksa...
131 Akhirnya Resmi...
132 Kamu dan Kejutan...
133 Batal???
134 Suami Tercinta...
135 Mimpi...
136 Menjemput Jodoh...
137 Mantra...
138 Akad ke Dua...
139 Lamaran Di Atas Pesta...
140 Pasangan...
141 Jadilah Kuat!!!
142 Satu Kamar...
143 Tree Mas Ketir...
144 Apel...
145 Di Bawah Pedang...
146 Rumah Baru...
147 Lawan...
148 Genjer...
149 Tamu Tak Diduga...
150 Kau Ku Kejar!!!
151 Martabak...
152 Nyonya Adi...
153 Saran Atau ???
154 Dukun...
155 Karena Sayang...
156 Perkara Di Subuh Pagi...
157 Kabar Bahagia...
158 Aku Mirip Siapa???
159 Adik....
160 Anugrah Wicaksono...
161 Asrama...
162 Neraka Iskandar...
163 Penampakan...
164 Nenek Rewel...
165 Air Mata Ibu...
166 Wahai Mertua...
167 Hambar...
168 Teman???
169 Berdamai...
170 Pak RW...
171 Racun Tikus...
172 Ceraikan Aku!!!
173 Jangan Mimpi!!!
174 Keturunan Pemberontak...
175 Sang Mantan...
176 Pelakor...
177 Permainan...
178 Ikatan Tak Kasat Mata...
179 Dor...
180 Duri Dalam Daging...
181 Perpisahan...
182 Adek Ikut Papa...
183 Densus 88...
184 Mie Instan Air Mata...
185 Pilih Kasih...
186 Luka...
187 Adit dan Beno...
188 Karena Kita Berbeda...
189 Nenek Garang...
190 Cerita Kita...
191 Pergi Untuk Kembali...
192 Misi Pertama Anugrah...
193 Aku Cemburu!!!
194 Kairo...
195 Ini Pilihanku, Nenek!!!
196 Jadikan Aku Pacarmu...
197 A Vs Mauren...
198 Puber...
199 Skors Lagi...
200 Kolam Es...
201 Kelabang...
202 Mau Jadi Pacarku???
203 Ingat Pesan Mamang...
204 Pulang...
205 Hari Berkabung...
206 Dia???
207 Shinta...
208 Jomblo...
209 Selamat Tinggal...
210 Batu Nisannya Mana???
211 Buah Keuranji....
212 Dek, Waspada!!!
213 Daun Pintu...
214 Dilema Mae...
215 Minta Jatah...
216 Deposit...
217 KKN Di Desa Wengi...
218 Piring Pecah...
219 Kejutan....
220 Daun Sirsak...
221 Gendhis...
222 Melati Berdarah...
223 Peristiwa Di Subuh Pagi...
224 Penyuluhan...
225 Kabur...
226 Tikungan Jodoh...
227 Menikahi Pembunuh...
228 Dr. Rendra???
229 Ujian Aisyah..
230 Menjemput Dita...
231 Kemenyan...
232 Permintaan Bibik...
233 Dia, Istriku!!!
234 Popok...
235 Nenek...
236 Cafe...
237 Ayo Pindah!!!
238 Complicated....
239 Seperti Judul Novel...
240 Rekaman CCTV...
241 Perubahan Anugrah...
242 Tamu Pertama...
243 Pak Dos...
244 Tes Uji...
245 Teh Rasa Air Laut...
246 Mahar...
247 80 Juta...
248 Kenyataan...
249 Cerita Faisal...
250 Om Imam...
251 Ulah Abdul...
252 Isi Hati Sang Komandan...
253 Bertemu Masa Lalu...
254 Babak Belur...
255 Pos Pemeriksaan...
256 Tiga Pria...
257 Lidah Tajam Iskandar...
258 Foto...
259 Status Istri Tentara...
260 Pelarian Dita...
261 Dika...
262 Sudah ML???
263 Seadanya Kita...
264 Kegelisahan Cut...
265 SAH???
266 Pelukan...
267 Geger...
268 Buka Cadarmu!!!
269 Pengajuan Cerai...
270 Pernikahan Reski...
271 Perpisahan...
272 Suami-Istri...
273 2 : 1 ???
274 Membuat Bayi...
275 Ditolak...
276 Iman Kita Berbeda...
277 Wulan Sang Penyanyi...
278 Pergi...
279 Kejutan Kamar Sebelah...
280 Sultan Iskandar Muda...
281 Dokter Merlyn...
282 Rasanya???
283 Mencari Jejak...
284 99 Night Bar...
285 Selamat Jalan Nenek...
286 Kopi Aceh...
287 Salah Paham...
288 Restu Sang Mama...
289 Kejutan Mereka...
290 Tanda Lahir...
291 Putro Mutia...
292 Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293 99,99% Cocok...
294 Made In Turki...
295 Ini Mimpi Kan???
296 Kehilangan Roh...
297 Sah...
298 Sang Prajurit Kembali...
299 Lamaran Kedua...
300 Akhir Kita...
Episodes

Updated 300 Episodes

1
PANG SAGOE...
2
Abangku...
3
APA INI???
4
MIFTAH...
5
SURAT KALENG
6
JANNAH...
7
TERTANGKAP...
8
BUKAN SALAH PINANGAN...
9
AKHIR HIDUP JANNAH...
10
Berjalan Dalam Gelap...
11
HATI ATAU LOGIKA???
12
Markas Kabupaten...
13
PILIHAN...
14
JENAZAH...
15
SURAT...
16
HINGGA AKHIR HAYAT...
17
Barang Lagi???
18
GASEH...
19
TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20
17 Agustus...
21
MERDEKA...
22
CUAK...
23
INONG BALEE...
24
ANCAMAN...
25
Da Maneh...
26
Berapa Nyawa Lagi????
27
Pinangan Kedua...
28
Jalan Menuju Ajal???
29
Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30
Jalan Menuju Zina...
31
Wartawan...
32
Halimah...
33
Kampung Uteun...
34
GUA...
35
Wanita Penghuni Gua...
36
Aku Merindukanmu...
37
CERITA...
38
Cerita Masih Berlanjut...
39
Antara Ibu dan Anak...
40
Deg...
41
Abang...
42
Bimbang...
43
Sepertiga Malam...
44
Perbedaan...
45
Hidup Baru...
46
Rindu...
47
Dor....lagi???
48
Aduh....
49
Rindu Ini Menyesakkan...
50
Abdi Negara...
51
Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52
Cuma Pura-pura...
53
Referendum....
54
Razi...
55
Hancur...
56
Doa Orang Tua...
57
Rata dengan Tanah...
58
Kamu...
59
OTK...
60
Bicara...
61
Peristiwa di Subuh Pagi...
62
Pembantaian...
63
Cinta Itu Buta...
64
Cinta itu Gila...
65
Pengemis...
66
Mendengar...
67
Pemicu...
68
Percikan...
69
Dokter Widia...
70
Penculikan Lagi...
71
Peuraboen...
72
Pulau Breuh...
73
Hidup Baru...
74
Khalid...
75
Meminang Pemuda...
76
Rebutan...
77
Cantoei....
78
Pengakuan...
79
Bulan Sabit...
80
Belum Usai...
81
Saya Tidak Tahu...
82
Kamu Kapan???
83
Faisal...
84
JODOHKU...
85
Cerita Mae...
86
Pertama Bertemu...
87
Dipinang Lagi....
88
Dua Sisi...
89
Kotak Misteri...
90
Tueng Lintoe Baroe...
91
Rangkaian...
92
Tamu-tamu Penting...
93
Kecupan Pertama...
94
Satu Talam...
95
Satu Kamar...
96
Malam dan Siang...
97
Rabiah...
98
Tiga....
99
Shinta...
100
Tiket...
101
Antara Suami dan Dokter...
102
Terapi Lagi...
103
Lincah U Groh...
104
Hamil...
105
Pulau Mencekam...
106
Datang dan Pergi...
107
Yang Tersimpan...
108
Suka Bersama Duka
109
Pikiran Tidak Di Tempat...
110
Mereka Dan Kenangan...
111
Pesan...
112
Kata Cerai...
113
Perkelahian...
114
Sebuah Tamparan...
115
Gempa...
116
Tsunami...
117
Puing...
118
Keajaiban vs Harapan...
119
dr. Guney...
120
Keajaiban...
121
Nelangsa...
122
Ayila...
123
Bertemu Lagi...
124
Retak...
125
Sang Pengisi Hati...
126
Selipan Rasa...
127
Yang Pergi dan Kembali...
128
Iskandar dan Kehilangan...
129
KUA...
130
Saya Dipaksa...
131
Akhirnya Resmi...
132
Kamu dan Kejutan...
133
Batal???
134
Suami Tercinta...
135
Mimpi...
136
Menjemput Jodoh...
137
Mantra...
138
Akad ke Dua...
139
Lamaran Di Atas Pesta...
140
Pasangan...
141
Jadilah Kuat!!!
142
Satu Kamar...
143
Tree Mas Ketir...
144
Apel...
145
Di Bawah Pedang...
146
Rumah Baru...
147
Lawan...
148
Genjer...
149
Tamu Tak Diduga...
150
Kau Ku Kejar!!!
151
Martabak...
152
Nyonya Adi...
153
Saran Atau ???
154
Dukun...
155
Karena Sayang...
156
Perkara Di Subuh Pagi...
157
Kabar Bahagia...
158
Aku Mirip Siapa???
159
Adik....
160
Anugrah Wicaksono...
161
Asrama...
162
Neraka Iskandar...
163
Penampakan...
164
Nenek Rewel...
165
Air Mata Ibu...
166
Wahai Mertua...
167
Hambar...
168
Teman???
169
Berdamai...
170
Pak RW...
171
Racun Tikus...
172
Ceraikan Aku!!!
173
Jangan Mimpi!!!
174
Keturunan Pemberontak...
175
Sang Mantan...
176
Pelakor...
177
Permainan...
178
Ikatan Tak Kasat Mata...
179
Dor...
180
Duri Dalam Daging...
181
Perpisahan...
182
Adek Ikut Papa...
183
Densus 88...
184
Mie Instan Air Mata...
185
Pilih Kasih...
186
Luka...
187
Adit dan Beno...
188
Karena Kita Berbeda...
189
Nenek Garang...
190
Cerita Kita...
191
Pergi Untuk Kembali...
192
Misi Pertama Anugrah...
193
Aku Cemburu!!!
194
Kairo...
195
Ini Pilihanku, Nenek!!!
196
Jadikan Aku Pacarmu...
197
A Vs Mauren...
198
Puber...
199
Skors Lagi...
200
Kolam Es...
201
Kelabang...
202
Mau Jadi Pacarku???
203
Ingat Pesan Mamang...
204
Pulang...
205
Hari Berkabung...
206
Dia???
207
Shinta...
208
Jomblo...
209
Selamat Tinggal...
210
Batu Nisannya Mana???
211
Buah Keuranji....
212
Dek, Waspada!!!
213
Daun Pintu...
214
Dilema Mae...
215
Minta Jatah...
216
Deposit...
217
KKN Di Desa Wengi...
218
Piring Pecah...
219
Kejutan....
220
Daun Sirsak...
221
Gendhis...
222
Melati Berdarah...
223
Peristiwa Di Subuh Pagi...
224
Penyuluhan...
225
Kabur...
226
Tikungan Jodoh...
227
Menikahi Pembunuh...
228
Dr. Rendra???
229
Ujian Aisyah..
230
Menjemput Dita...
231
Kemenyan...
232
Permintaan Bibik...
233
Dia, Istriku!!!
234
Popok...
235
Nenek...
236
Cafe...
237
Ayo Pindah!!!
238
Complicated....
239
Seperti Judul Novel...
240
Rekaman CCTV...
241
Perubahan Anugrah...
242
Tamu Pertama...
243
Pak Dos...
244
Tes Uji...
245
Teh Rasa Air Laut...
246
Mahar...
247
80 Juta...
248
Kenyataan...
249
Cerita Faisal...
250
Om Imam...
251
Ulah Abdul...
252
Isi Hati Sang Komandan...
253
Bertemu Masa Lalu...
254
Babak Belur...
255
Pos Pemeriksaan...
256
Tiga Pria...
257
Lidah Tajam Iskandar...
258
Foto...
259
Status Istri Tentara...
260
Pelarian Dita...
261
Dika...
262
Sudah ML???
263
Seadanya Kita...
264
Kegelisahan Cut...
265
SAH???
266
Pelukan...
267
Geger...
268
Buka Cadarmu!!!
269
Pengajuan Cerai...
270
Pernikahan Reski...
271
Perpisahan...
272
Suami-Istri...
273
2 : 1 ???
274
Membuat Bayi...
275
Ditolak...
276
Iman Kita Berbeda...
277
Wulan Sang Penyanyi...
278
Pergi...
279
Kejutan Kamar Sebelah...
280
Sultan Iskandar Muda...
281
Dokter Merlyn...
282
Rasanya???
283
Mencari Jejak...
284
99 Night Bar...
285
Selamat Jalan Nenek...
286
Kopi Aceh...
287
Salah Paham...
288
Restu Sang Mama...
289
Kejutan Mereka...
290
Tanda Lahir...
291
Putro Mutia...
292
Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293
99,99% Cocok...
294
Made In Turki...
295
Ini Mimpi Kan???
296
Kehilangan Roh...
297
Sah...
298
Sang Prajurit Kembali...
299
Lamaran Kedua...
300
Akhir Kita...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!