AKHIR HIDUP JANNAH...

"Abu, ada Bapak tentara di depan." Aku memanggil Abu yang sedang berada di kamarnya.

"Iya, Pak." Ucap Abu saat menemui mereka.

Rendra menatap kami sekilas, "Pak, untuk saat ini Bapak serta warga kampung yang lain tidak diizinkan keluar dari kampung. Saya juga ingin bertanya tentang tamu Bapak yang datang kemarin."

"Saya tidak mengenal mereka, kedatangan mereka kemari ingin meminang putri saya untuk keponakan mereka."

"Mereka dari mana?"

"Kecamatan sebelah, Pak."

"Apa pemuda itu juga datang kemarin?"

"Tidak, Pak."

"Bapak atau Cut mengenal pemuda itu?"

"Tidak, Pak. Makanya Cut lansung menolak lamaran mereka." Sedikit senyum tersungging dibibir Rendra dan aku melihat dengan jelas senyum itu setelah mendengar jawaban Abu.

"Besok semua warga kampung diminta ke pos. Kami akan melakukan pendataan dan pembuatan KTP Merah Putih. Jadi yang tidak memiliki KTP tersebut nantinya akan ketahuan jika dia anggota pemberontak. Saya pamit dulu, assalamualaikum."

"Walaikumsalam." Ucapku dan Abu serentak. Menjawab salam hukumnya wajib bagi sesama muslim walaupun aku tidak menyukainya. Dia terlalu sering menjawab lamunanku.

Keesokan harinya...

Semua warga kampung sudah berkumpul di pos untuk pendataan warga yang akan mendapat KTP Merah Putih sebagai pengenal resmi.

KTP Merah Putih menjadi jimat untuk kami yang berada di dalam suasana konflik. Memilikinya ibarat memiliki nyawa kedua. Secara bergiliran kami menghadap para tentara yang bertugas mencatat data diri kami secara langsung.

Proses pendataan berakhir sebelum zuhur. Begitu sampai di rumah aku dan Umi langsung menyiapkan makan siang karena perut kami sudah sangat lapar.

Suara beduk kembali bergaung dari mesjid kampung. Aku yang sedang berbaring di kamar langsung keluar. Abu memanggil beberapa warga yang lewat di depan rumah. "Siapa yang meninggal?" Tanya Abu.

"Jannah, Abu. Baru saja jenazahnya dibawa pulang. Kami permisi dulu, Assalamualaikum."

Aku berdiri mematung di depan pintu. Lagi- lagi orang yang kukenal pergi untuk selama-lamanya. Berbagai tanya muncul di benakku, apa yang terjadi pada Jannah? Bukankah seharusnya dia aman di sana? Di sana? Aku sendiri tidak tahu di sana itu tepatnya di mana?

"Cut, panggilkan Umi! Kita ke rumah Jannah sekarang." Titah Abu.

Aku tiba di rumah jannah bersama dengan Umi dan Abu. Abu bergabung dengan para tetua lainnya sedangkan umi langsung menuju ke belakang untuk menyiapkan perlengkapan memandikan jenazah.

Aku melihat jenazah Jannah terbujur kaku ditutupi sehelai kain. Sama seperti melihat jenazah Miftah, aku juga mendekati jenazah Jannah untuk meminta maaf yang terakhir kalinya.

Aku membuka sedikit kain yang menutup wajah Jannah. Tidak ada keanehan atau luka seperti yang terdapat di wajah miftah. "Maafkan segala salahku dan aku sudah memaafkan segala salahmu, semoga engkau diterima disisi-nya." Ucapku.

Aku seperti melihat kelas balik di mana ibu Miftah menangis atas kematian putrinya, hari ini aku juga melihat ibu Jannah juga menangis kematian putrinya. Hatiku bertanya apakah ini yang namanya keadilan? Entahlah.

"Kamu sudah tau rasanya sekarang, Da? Bgaimana apa hatimu sakit? Seperti itulah sakit hatiku saat melihat Miftah meninggal. Tuhan maha adil, Da. Doaku tidak pernah berhenti dari pertama melihat Miftah meninggal sampai sekarang, Da. Doa seorang ibu yang anaknya dizalimi oleh anakmu. Sekarang dia merasakan pembalasannya." Ibu Miftah meluapkan emosi yang tertahan selama ini di depan jenazah Jannah.

Ayah miftah bersama beberapa tetua kampung masuk ke dalam untuk menghentikan ibu miftah. Ibu miftah dibawa pulang saat itu juga dan pemakaman untuk jannah juga dilaksanakan hari itu juga walaupun sudah sore. Beberapa tentara juga datang termasuk Rendra. Setelah jenazah jannah dikebumikan warga kampung langsung pulang ke rumah masing-masing.

Ada yang berbeda dengan suasana saat kematian miftah. Saat itu warga kampung masih bertahan di rumah Miftah walaupun jenazahnya sudah dikebumikan tapi kondisi sebaliknya justru terjadi di rumah Jannah. Orang kampung langsung pulang setelah jenazahnya dikebumikan. Aku merasakan tatapan orang kampung terhadap keluarga Jannah seperti tatapan tidak suka yang terlihat dari sorat mata mereka. Apa ini ada hubungannya dengan perkataan ibu Miftah? Entahlah.

Kebetulan atau tidak yang pasti tidak ada takziah di rumah Miftah. Aparat keamanan telah memberlakukan jam malam di kampung kami. Tidak ada yang keluar rumah setelah magrib kecuali ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda. Seperti ibu-ibu melahirkan atau ada yang sakit parah.

Aparat keamanan terus melakukan patroli sepanjang malam di kampung kami. Jika ditanya lebih takut hanti atau tentara? Maka warga kampung termasuk aku akan menjawab lebih takut tentara. Kami tidak pernah tahu apa yang akan terjadi jika berurusan dengan mereka. Tapi bila ketemu hantu, aku cukup membaca sumpah serapah pasti dia akan hilang dengan sendirinya.

Hari-hari berlalu, suasana kampung masih seperti biasa tidak ada peningkatan jumlah orang kampungku tapi jumlah tentara terus meningkat.

Aku rindu makan ikan atau sekedar melihat pasar namun apa daya aku harus terkurung di penjara tak berpagar ini. Pengajian tidak ada lagi, ke sawah juga tidak lagi karena kami sudah selesai panen.

"Kenapa semakin kesini semakin gelap hidupku? Aku rindu suasana dulu, aku ingin ke pengajian, turun ke kecamatan, aku merindukan semua hal indah dulu."

"Aku juga merindukan kapan kamu menerima lamaranku?"

Lagi-lagi dia menjawab lamunanku sesuka hatinya. Aku menatapnya dengan kesal lalu masuk ke dalam memanggil Abu. Dia kesini pasti ingin bertemu Abu.

"Warga kampung sudah diperbolehkan turun ke kecamatan, Pak. Silakan jika mau ke kecamatan tapi tetap harus hati-hati ya Pak!" Abu menganggukkan kepala.

Berbekal satu karung padi, kami membawa turun ke kecamatan untuk dijual. Aku sangat senang hari itu, pergi ke pasar, membeli beberapa buku baru dan pernak-pernik cantik untuk mengikat rambutku yang panjang. Beberapa bros kecil untuk hiasan kerudung dan gelang. Aku ingin memakai gelang.

Setelah melewati pos pemeriksaan, kami menunggu angkutan yang setiap pekan akan turun ke kecamatan. Aku, Abu dan Umi terlihat bahagia. Namun kebahagiaan itu hanya sesaat. Angkutan yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti. Aku melihat beberapa laki-laki yang menutup mulut mereka dengan kain serta memegang senjata menghadang angkutan kami.

"Abu, Umi dan Cut, turun!" Titah salah seorang dari mereka dengan tegas.

Walaupun gemetar kami tetap turun, sementara yang lainnya hanya bisa pasrah dalam doa. Aku juga tidak berhenti berdoa. Berharap keselamatan atasku dan kedua orang tuaku.

"Jalan!" Perintah mereka pada kami untuk mengikutinya. Mereka juga menyuruh angkutan tersebut untuk melanjutkan kembali perjalanannya.

Apakah ini akhir hidupku? Jika iya, aku senang karena aku meninggal disisi kedua orang tuaku.

***

LIKE...LIKE...LIKE...

Terpopuler

Comments

Reiva Momi

Reiva Momi

aduhhh aku ikut deg2an 😔

2023-02-06

0

Azzma Wati

Azzma Wati

ingat dulu orang tua saya juga punya KTP mrah putih,.ko mlam sunyi bnget, orang laki2 harus tidur d masjid..ko mau sekolah tentara bnyak banget d jalan.,sedih banget dulu,😭😭.

2023-01-30

0

안니사

안니사

Wahh rombongan itu siapa?! Apa mereka rombongan orang suruhan Kak Ilham?! Apa mereka akan membawa Cut, Abu dan Umi ikut dalam pelarian?! jangan sampai deh...

2022-10-28

1

lihat semua
Episodes
1 PANG SAGOE...
2 Abangku...
3 APA INI???
4 MIFTAH...
5 SURAT KALENG
6 JANNAH...
7 TERTANGKAP...
8 BUKAN SALAH PINANGAN...
9 AKHIR HIDUP JANNAH...
10 Berjalan Dalam Gelap...
11 HATI ATAU LOGIKA???
12 Markas Kabupaten...
13 PILIHAN...
14 JENAZAH...
15 SURAT...
16 HINGGA AKHIR HAYAT...
17 Barang Lagi???
18 GASEH...
19 TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20 17 Agustus...
21 MERDEKA...
22 CUAK...
23 INONG BALEE...
24 ANCAMAN...
25 Da Maneh...
26 Berapa Nyawa Lagi????
27 Pinangan Kedua...
28 Jalan Menuju Ajal???
29 Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30 Jalan Menuju Zina...
31 Wartawan...
32 Halimah...
33 Kampung Uteun...
34 GUA...
35 Wanita Penghuni Gua...
36 Aku Merindukanmu...
37 CERITA...
38 Cerita Masih Berlanjut...
39 Antara Ibu dan Anak...
40 Deg...
41 Abang...
42 Bimbang...
43 Sepertiga Malam...
44 Perbedaan...
45 Hidup Baru...
46 Rindu...
47 Dor....lagi???
48 Aduh....
49 Rindu Ini Menyesakkan...
50 Abdi Negara...
51 Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52 Cuma Pura-pura...
53 Referendum....
54 Razi...
55 Hancur...
56 Doa Orang Tua...
57 Rata dengan Tanah...
58 Kamu...
59 OTK...
60 Bicara...
61 Peristiwa di Subuh Pagi...
62 Pembantaian...
63 Cinta Itu Buta...
64 Cinta itu Gila...
65 Pengemis...
66 Mendengar...
67 Pemicu...
68 Percikan...
69 Dokter Widia...
70 Penculikan Lagi...
71 Peuraboen...
72 Pulau Breuh...
73 Hidup Baru...
74 Khalid...
75 Meminang Pemuda...
76 Rebutan...
77 Cantoei....
78 Pengakuan...
79 Bulan Sabit...
80 Belum Usai...
81 Saya Tidak Tahu...
82 Kamu Kapan???
83 Faisal...
84 JODOHKU...
85 Cerita Mae...
86 Pertama Bertemu...
87 Dipinang Lagi....
88 Dua Sisi...
89 Kotak Misteri...
90 Tueng Lintoe Baroe...
91 Rangkaian...
92 Tamu-tamu Penting...
93 Kecupan Pertama...
94 Satu Talam...
95 Satu Kamar...
96 Malam dan Siang...
97 Rabiah...
98 Tiga....
99 Shinta...
100 Tiket...
101 Antara Suami dan Dokter...
102 Terapi Lagi...
103 Lincah U Groh...
104 Hamil...
105 Pulau Mencekam...
106 Datang dan Pergi...
107 Yang Tersimpan...
108 Suka Bersama Duka
109 Pikiran Tidak Di Tempat...
110 Mereka Dan Kenangan...
111 Pesan...
112 Kata Cerai...
113 Perkelahian...
114 Sebuah Tamparan...
115 Gempa...
116 Tsunami...
117 Puing...
118 Keajaiban vs Harapan...
119 dr. Guney...
120 Keajaiban...
121 Nelangsa...
122 Ayila...
123 Bertemu Lagi...
124 Retak...
125 Sang Pengisi Hati...
126 Selipan Rasa...
127 Yang Pergi dan Kembali...
128 Iskandar dan Kehilangan...
129 KUA...
130 Saya Dipaksa...
131 Akhirnya Resmi...
132 Kamu dan Kejutan...
133 Batal???
134 Suami Tercinta...
135 Mimpi...
136 Menjemput Jodoh...
137 Mantra...
138 Akad ke Dua...
139 Lamaran Di Atas Pesta...
140 Pasangan...
141 Jadilah Kuat!!!
142 Satu Kamar...
143 Tree Mas Ketir...
144 Apel...
145 Di Bawah Pedang...
146 Rumah Baru...
147 Lawan...
148 Genjer...
149 Tamu Tak Diduga...
150 Kau Ku Kejar!!!
151 Martabak...
152 Nyonya Adi...
153 Saran Atau ???
154 Dukun...
155 Karena Sayang...
156 Perkara Di Subuh Pagi...
157 Kabar Bahagia...
158 Aku Mirip Siapa???
159 Adik....
160 Anugrah Wicaksono...
161 Asrama...
162 Neraka Iskandar...
163 Penampakan...
164 Nenek Rewel...
165 Air Mata Ibu...
166 Wahai Mertua...
167 Hambar...
168 Teman???
169 Berdamai...
170 Pak RW...
171 Racun Tikus...
172 Ceraikan Aku!!!
173 Jangan Mimpi!!!
174 Keturunan Pemberontak...
175 Sang Mantan...
176 Pelakor...
177 Permainan...
178 Ikatan Tak Kasat Mata...
179 Dor...
180 Duri Dalam Daging...
181 Perpisahan...
182 Adek Ikut Papa...
183 Densus 88...
184 Mie Instan Air Mata...
185 Pilih Kasih...
186 Luka...
187 Adit dan Beno...
188 Karena Kita Berbeda...
189 Nenek Garang...
190 Cerita Kita...
191 Pergi Untuk Kembali...
192 Misi Pertama Anugrah...
193 Aku Cemburu!!!
194 Kairo...
195 Ini Pilihanku, Nenek!!!
196 Jadikan Aku Pacarmu...
197 A Vs Mauren...
198 Puber...
199 Skors Lagi...
200 Kolam Es...
201 Kelabang...
202 Mau Jadi Pacarku???
203 Ingat Pesan Mamang...
204 Pulang...
205 Hari Berkabung...
206 Dia???
207 Shinta...
208 Jomblo...
209 Selamat Tinggal...
210 Batu Nisannya Mana???
211 Buah Keuranji....
212 Dek, Waspada!!!
213 Daun Pintu...
214 Dilema Mae...
215 Minta Jatah...
216 Deposit...
217 KKN Di Desa Wengi...
218 Piring Pecah...
219 Kejutan....
220 Daun Sirsak...
221 Gendhis...
222 Melati Berdarah...
223 Peristiwa Di Subuh Pagi...
224 Penyuluhan...
225 Kabur...
226 Tikungan Jodoh...
227 Menikahi Pembunuh...
228 Dr. Rendra???
229 Ujian Aisyah..
230 Menjemput Dita...
231 Kemenyan...
232 Permintaan Bibik...
233 Dia, Istriku!!!
234 Popok...
235 Nenek...
236 Cafe...
237 Ayo Pindah!!!
238 Complicated....
239 Seperti Judul Novel...
240 Rekaman CCTV...
241 Perubahan Anugrah...
242 Tamu Pertama...
243 Pak Dos...
244 Tes Uji...
245 Teh Rasa Air Laut...
246 Mahar...
247 80 Juta...
248 Kenyataan...
249 Cerita Faisal...
250 Om Imam...
251 Ulah Abdul...
252 Isi Hati Sang Komandan...
253 Bertemu Masa Lalu...
254 Babak Belur...
255 Pos Pemeriksaan...
256 Tiga Pria...
257 Lidah Tajam Iskandar...
258 Foto...
259 Status Istri Tentara...
260 Pelarian Dita...
261 Dika...
262 Sudah ML???
263 Seadanya Kita...
264 Kegelisahan Cut...
265 SAH???
266 Pelukan...
267 Geger...
268 Buka Cadarmu!!!
269 Pengajuan Cerai...
270 Pernikahan Reski...
271 Perpisahan...
272 Suami-Istri...
273 2 : 1 ???
274 Membuat Bayi...
275 Ditolak...
276 Iman Kita Berbeda...
277 Wulan Sang Penyanyi...
278 Pergi...
279 Kejutan Kamar Sebelah...
280 Sultan Iskandar Muda...
281 Dokter Merlyn...
282 Rasanya???
283 Mencari Jejak...
284 99 Night Bar...
285 Selamat Jalan Nenek...
286 Kopi Aceh...
287 Salah Paham...
288 Restu Sang Mama...
289 Kejutan Mereka...
290 Tanda Lahir...
291 Putro Mutia...
292 Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293 99,99% Cocok...
294 Made In Turki...
295 Ini Mimpi Kan???
296 Kehilangan Roh...
297 Sah...
298 Sang Prajurit Kembali...
299 Lamaran Kedua...
300 Akhir Kita...
Episodes

Updated 300 Episodes

1
PANG SAGOE...
2
Abangku...
3
APA INI???
4
MIFTAH...
5
SURAT KALENG
6
JANNAH...
7
TERTANGKAP...
8
BUKAN SALAH PINANGAN...
9
AKHIR HIDUP JANNAH...
10
Berjalan Dalam Gelap...
11
HATI ATAU LOGIKA???
12
Markas Kabupaten...
13
PILIHAN...
14
JENAZAH...
15
SURAT...
16
HINGGA AKHIR HAYAT...
17
Barang Lagi???
18
GASEH...
19
TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20
17 Agustus...
21
MERDEKA...
22
CUAK...
23
INONG BALEE...
24
ANCAMAN...
25
Da Maneh...
26
Berapa Nyawa Lagi????
27
Pinangan Kedua...
28
Jalan Menuju Ajal???
29
Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30
Jalan Menuju Zina...
31
Wartawan...
32
Halimah...
33
Kampung Uteun...
34
GUA...
35
Wanita Penghuni Gua...
36
Aku Merindukanmu...
37
CERITA...
38
Cerita Masih Berlanjut...
39
Antara Ibu dan Anak...
40
Deg...
41
Abang...
42
Bimbang...
43
Sepertiga Malam...
44
Perbedaan...
45
Hidup Baru...
46
Rindu...
47
Dor....lagi???
48
Aduh....
49
Rindu Ini Menyesakkan...
50
Abdi Negara...
51
Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52
Cuma Pura-pura...
53
Referendum....
54
Razi...
55
Hancur...
56
Doa Orang Tua...
57
Rata dengan Tanah...
58
Kamu...
59
OTK...
60
Bicara...
61
Peristiwa di Subuh Pagi...
62
Pembantaian...
63
Cinta Itu Buta...
64
Cinta itu Gila...
65
Pengemis...
66
Mendengar...
67
Pemicu...
68
Percikan...
69
Dokter Widia...
70
Penculikan Lagi...
71
Peuraboen...
72
Pulau Breuh...
73
Hidup Baru...
74
Khalid...
75
Meminang Pemuda...
76
Rebutan...
77
Cantoei....
78
Pengakuan...
79
Bulan Sabit...
80
Belum Usai...
81
Saya Tidak Tahu...
82
Kamu Kapan???
83
Faisal...
84
JODOHKU...
85
Cerita Mae...
86
Pertama Bertemu...
87
Dipinang Lagi....
88
Dua Sisi...
89
Kotak Misteri...
90
Tueng Lintoe Baroe...
91
Rangkaian...
92
Tamu-tamu Penting...
93
Kecupan Pertama...
94
Satu Talam...
95
Satu Kamar...
96
Malam dan Siang...
97
Rabiah...
98
Tiga....
99
Shinta...
100
Tiket...
101
Antara Suami dan Dokter...
102
Terapi Lagi...
103
Lincah U Groh...
104
Hamil...
105
Pulau Mencekam...
106
Datang dan Pergi...
107
Yang Tersimpan...
108
Suka Bersama Duka
109
Pikiran Tidak Di Tempat...
110
Mereka Dan Kenangan...
111
Pesan...
112
Kata Cerai...
113
Perkelahian...
114
Sebuah Tamparan...
115
Gempa...
116
Tsunami...
117
Puing...
118
Keajaiban vs Harapan...
119
dr. Guney...
120
Keajaiban...
121
Nelangsa...
122
Ayila...
123
Bertemu Lagi...
124
Retak...
125
Sang Pengisi Hati...
126
Selipan Rasa...
127
Yang Pergi dan Kembali...
128
Iskandar dan Kehilangan...
129
KUA...
130
Saya Dipaksa...
131
Akhirnya Resmi...
132
Kamu dan Kejutan...
133
Batal???
134
Suami Tercinta...
135
Mimpi...
136
Menjemput Jodoh...
137
Mantra...
138
Akad ke Dua...
139
Lamaran Di Atas Pesta...
140
Pasangan...
141
Jadilah Kuat!!!
142
Satu Kamar...
143
Tree Mas Ketir...
144
Apel...
145
Di Bawah Pedang...
146
Rumah Baru...
147
Lawan...
148
Genjer...
149
Tamu Tak Diduga...
150
Kau Ku Kejar!!!
151
Martabak...
152
Nyonya Adi...
153
Saran Atau ???
154
Dukun...
155
Karena Sayang...
156
Perkara Di Subuh Pagi...
157
Kabar Bahagia...
158
Aku Mirip Siapa???
159
Adik....
160
Anugrah Wicaksono...
161
Asrama...
162
Neraka Iskandar...
163
Penampakan...
164
Nenek Rewel...
165
Air Mata Ibu...
166
Wahai Mertua...
167
Hambar...
168
Teman???
169
Berdamai...
170
Pak RW...
171
Racun Tikus...
172
Ceraikan Aku!!!
173
Jangan Mimpi!!!
174
Keturunan Pemberontak...
175
Sang Mantan...
176
Pelakor...
177
Permainan...
178
Ikatan Tak Kasat Mata...
179
Dor...
180
Duri Dalam Daging...
181
Perpisahan...
182
Adek Ikut Papa...
183
Densus 88...
184
Mie Instan Air Mata...
185
Pilih Kasih...
186
Luka...
187
Adit dan Beno...
188
Karena Kita Berbeda...
189
Nenek Garang...
190
Cerita Kita...
191
Pergi Untuk Kembali...
192
Misi Pertama Anugrah...
193
Aku Cemburu!!!
194
Kairo...
195
Ini Pilihanku, Nenek!!!
196
Jadikan Aku Pacarmu...
197
A Vs Mauren...
198
Puber...
199
Skors Lagi...
200
Kolam Es...
201
Kelabang...
202
Mau Jadi Pacarku???
203
Ingat Pesan Mamang...
204
Pulang...
205
Hari Berkabung...
206
Dia???
207
Shinta...
208
Jomblo...
209
Selamat Tinggal...
210
Batu Nisannya Mana???
211
Buah Keuranji....
212
Dek, Waspada!!!
213
Daun Pintu...
214
Dilema Mae...
215
Minta Jatah...
216
Deposit...
217
KKN Di Desa Wengi...
218
Piring Pecah...
219
Kejutan....
220
Daun Sirsak...
221
Gendhis...
222
Melati Berdarah...
223
Peristiwa Di Subuh Pagi...
224
Penyuluhan...
225
Kabur...
226
Tikungan Jodoh...
227
Menikahi Pembunuh...
228
Dr. Rendra???
229
Ujian Aisyah..
230
Menjemput Dita...
231
Kemenyan...
232
Permintaan Bibik...
233
Dia, Istriku!!!
234
Popok...
235
Nenek...
236
Cafe...
237
Ayo Pindah!!!
238
Complicated....
239
Seperti Judul Novel...
240
Rekaman CCTV...
241
Perubahan Anugrah...
242
Tamu Pertama...
243
Pak Dos...
244
Tes Uji...
245
Teh Rasa Air Laut...
246
Mahar...
247
80 Juta...
248
Kenyataan...
249
Cerita Faisal...
250
Om Imam...
251
Ulah Abdul...
252
Isi Hati Sang Komandan...
253
Bertemu Masa Lalu...
254
Babak Belur...
255
Pos Pemeriksaan...
256
Tiga Pria...
257
Lidah Tajam Iskandar...
258
Foto...
259
Status Istri Tentara...
260
Pelarian Dita...
261
Dika...
262
Sudah ML???
263
Seadanya Kita...
264
Kegelisahan Cut...
265
SAH???
266
Pelukan...
267
Geger...
268
Buka Cadarmu!!!
269
Pengajuan Cerai...
270
Pernikahan Reski...
271
Perpisahan...
272
Suami-Istri...
273
2 : 1 ???
274
Membuat Bayi...
275
Ditolak...
276
Iman Kita Berbeda...
277
Wulan Sang Penyanyi...
278
Pergi...
279
Kejutan Kamar Sebelah...
280
Sultan Iskandar Muda...
281
Dokter Merlyn...
282
Rasanya???
283
Mencari Jejak...
284
99 Night Bar...
285
Selamat Jalan Nenek...
286
Kopi Aceh...
287
Salah Paham...
288
Restu Sang Mama...
289
Kejutan Mereka...
290
Tanda Lahir...
291
Putro Mutia...
292
Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293
99,99% Cocok...
294
Made In Turki...
295
Ini Mimpi Kan???
296
Kehilangan Roh...
297
Sah...
298
Sang Prajurit Kembali...
299
Lamaran Kedua...
300
Akhir Kita...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!