Hai...Readers, aku tahu kalian rindu sama Babang Rendra, sorry ya baru up. Ada kerjaan darurat di dunia nyata....Happy Reading....
***
Pemakaman sudah selesai dilaksanakan menjelang siang. Beberapa kerabat masih berada di sana. Aku kembali ke kamar untuk melihat Teuku.
Deg...
Aku terpaku menatapnya sedang berbaring di tempat tidurku yang sederhana. Dia sedang bermain dengan Teuku yang sudah bangun. "Apa dia haus?" Tanyaku masih berdiri di pintu.
"Iya, dia baru bangun. Tolong bawakan air hangat!" Aku segera ke dapur mengambil air yang baru dimasak oleh kerabatku.
"Pelan-pelan! Airnya masih panas." Adik perempuan Abu yang sering aku panggil Mak Cek memperingatiku.
"Iya, Mak Cek." Aku membawa setengah gelas air panas lalu satu gelas air dingin ke kamar. Pintu kamarku yang hanya terbuat dari papan yang berasal dari batang kelapa aku biarkan terbuka. Hanya kain gordennya saja tetap kubiarkan menjuntai indah supaya isi kamarku yang sangat sederhana tidak terlalu terlihat keluar.
Rendra bangun dari tidurnya lalu mengambil botol serta kaleng susu yang tersedia dalam tas besar itu.
"Ini kamu lihat cara buat susu untuk Rendra ya!" Aku melihat satu persatu langkah untuk membuat susu buat Teuku. Di kampungku tidak ada yang memberikan anaknya susu formula seperti ini. Setiap bayi hanya meminum air susu ibunya selama dua tahun. Tidak ada wanita yang tidak punya asi setelah melahirkan. Mungkin itulah yang dinamakan rezeki seorang anak yang sudah diturunkan oleh Allah SWT.
Kekurangan harta tidak membuat para bayi di kampungku kekurangan gizi mereka. Buktinya, hanya berbekal air susu ibu selama dua tahun anak-anak di kampungku tumbuh besar dan jarang terkena penyakit berbahaya.
Setiap hari mereka bermain entah ke sawah atau mandi di irigasi atau anak sungai yang melewati kampung kami. Mencari telur puyuh di sawah dan menangkap ikan ataupun belut di rawa menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan untuk mereka. Mereka juga tidak perlu takut dengan tentara ataupun pemberontak karena kedua belah pihak yang sedang bertikai tersebut tidak menjadikan mereka sebagai umpan bidikan senjata.
Mereka larut dalam dunianya sendiri bahkan suara senjata ataupun bom sudah tidak menakutkan untuk mereka.
"Cut, apa yang lagi kamu pikirin?" Pertanyaan Rendra mengagetkanku.
"Emm...gak ada apa-apa. Apa sudah selesai?"
Rendra menunjuk dengan dagunya Teuku yang tengah menghisap susu dari botol yang dipegang Rendra. "Saya jadi ingin punya anak juga saat lihat Rendra. Apa kamu tidak ingin?"
"Hah? Saya gak tau. Saya keluar dulu." Tidak baik berlama-lama di dalam sana bersama Rendra. Aku memutuskan untuk bergabung bersama Umi dan Abu yang tengah berbicara dengan para tetua di kampung kami. Teungku Zul, imam kampung serta kepala desa juga turut serta di sana.
"Maafkan kami yang sudah menyembunyikan tentang Ilham pada bapak-bapak semua. Saya hanya tidak mau jalan yang dia pilih membuat keluarga saya terkena imbasnya."
Abu mencoba menjelaskan tentang kebenaran yang selama ini Abu sembunyikan pada warga kampung.
"Sudahlah, Abu. Kita orang tua hanya bisa berdoa. Terkadang anak-anak merasa dirinya sudah besar dan bisa mengambil keputusan sesuka hati. Padahal kita yang tua-tua ini lebih dulu makan asam garam kehidupan." Ucap Kepala Desa.
"Saya dengar anaknya yang masih bayi selamat, apa benar?"
Abu mengangguk kemudian menatapku. "Cut, bawakan Teuku kemari!" Aku masuk ke dalam namun sebelum melangkah Rendra sudah lebih dulu keluar sambil menggendong Teuku.
Rendra duduk di dekat Abu. Aku kembali duduk di dekat Umi. Aku merasa tatapan mereka kepada Rendra sangat tidak bersahabat. Dan Rendra juga seakan mengerti namun dia terlihat mengabaikan mereka.
"Siapa namanya?" Tanya Teungku Zul.
"Teuku Rendra Muhammad Nur." Jawab Rendra cepat bahkan lebih cepat dariku.
"Rendra???" Teungku Zul melihat ke arahku dan Abu.
Lagi-lagi Rendra langsung menjawab pertanyaan Teungku Zul. "Rendra artinya cerdar, pintar. Kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang cerdas serta pintar seperti Nabi Muhammad." Jelas Rendra membuat Teungku Zul dan yang lainnya mengerti.
"Bapak-bapak warga kampung Sagoe. Pada kesempatan ini saya juga ingin berpamitan pada semuanya. Maafkan kesalahan saya dan rekan-rekan jika selama tinggal di kampung ini kami banyak melakukan kesalahan. Percayalah, kami tidak ingin melukai siapa pun di sini. Kami juga punya orang tua dan keluarga yang menunggu kami di rumah."
Para warga kampung menyambut baik kata-kata perpisahan yang disamoaikan oleh Rendra. Rendra menyerahkan Teuku pada Abu lalu pamit untuk kembali ke markas Kabupaten.
Malam hari selepas shalat magrib kami mengadakan acara takziah kecil-kecilan yang hanya dihadiri oleh tetangga sekitar dan kerabat yang memilih menginap di rumah kami.
Teuku sangat tenang selama berada di rumah. Aku memberikannya susu sesuai yang Rendra ajarkan. Bayi yatim piatu tersebut mendapat banyak cinta di rumah ini. Semoga dia juga akan mendapatkan lebih banyak cinta di hidupnya kelak.
Enam hari kemudian, suasana kampungku kembali menjadi lautan para tentara. Hari ini para tentara baru pengganti tentara sebelumnya telah tiba. Tentara yang dulu bertugas selama di kampungku akan pulang besok hari. Sore ini, suara orang memberi salam terdengar dari luar. Aku sedang di kamar bersama Teuku. Aku baru selesai memandikannya dan sekarang dia menjadi bayi laki-laki yang sangat tampan.
"Walaikumsalam." Jawabku seraya menggendong Teuku.
Beberapa pria berbaju loreng berdiri di depan pintu rumahku. Aku menatap pria-pria tersebut. Aku mengenal salah satu diantara mereka. Dia tentara yang memotretku kemaren. "Cut, ini ada kiriman dari Komandan." Satu buah kardus yang lumayan besar mereka bawa dan langsung dimasukkan ke dalam kamarku tampa permisi.
Aku melongo menatap anak buah Rendra yang tanpa permisi langsung masuk begitu saja. "Maaf, tapi Komandan menyuruh saya untuk langsung menaruhnya di kamar kamu."
Aku tidak menjawab apa-apa lagi. "Kami permisi dulu." Seorang dari mereka melambaikan tangan pada Teuku dan bayi itu seakan mengerti. Teuku membalas dengan senyum yang terpancar di wajahnya.
"Siapa, Cut?" Tanya Umi yang datang dari dapur.
"Tentara depan, Umi."
"Ada apa mereka kemari?"
"Mengantar barang dari Pak Rendra, Umi."
"Barang apa?"
"Belum Cut buka." Umi mengajakku untuk melihat kardus besar yang sudah tergeletak di kamar. "Kenapa besar sekali? Apa isinya ini?"
Umi mengambil Teuku di gendonganku. "Coba kamu buka! Umi jadi penasaran isinya."
Aku mengambil pisau di dapur lalu memotong perekat kardus tersebut dan isinya sangat beragam. Aku dan Umi melongo menatap satu persatu barang yang telah aku keluarkan dari kardus yang begitu banyak.
Perlengkapan mandi dan setelah mandi untuk Rendra, pakaian, susu, sepatu. Kemudian ada dua pasang baju serta kerudung dan sepuluh buku dengan berbagai judul.
Sebuah amplop yang terlihat tebal menyita perhatianku. Ketika kubuka ternyata isinya......
***
LIKE....LIKE...LIKE....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Reiva Momi
ada surat lagi kayak nya🤔
2023-02-06
0
안니사
Isinya suratnya apa tuh?!
Pak Komandan beneran pergi nih, mereka beneran gak berjodoh gitu...
2022-10-28
1
Cut Nyak Dien
apakah isinya buku dari KUA?
2021-11-15
1