HATI ATAU LOGIKA???

Kami tidak kembali hari ini sesuai yang Abu pinta. Entah apa yang terjadi hingga Abangku terlihat gelisah. Aku melihat Abu yang sedang duduk di batang kayu yang sudah mati. Dari raut wajahnya, aku bisa melihat kekecewaan dan kesedihan.

Sementara Umiku tampak senang bermain dengan cucunya. Menggendong bayi tersebut membuat Umi tersenyum bahagia. Hati seorang ibu memang berbeda. Semarah-marahnya pada seorang anak tapi bila dia datang membawa cucu pasti luluh juga. Sepertinya abangku sangat mengetahui trik tersebut.

"Boleh Abang duduk di sini?" Lamunanku buyar ketika pertanyaan seorang pria terdengar di sampingku.

Aku menganggukkan kepala sekilas melirik ke arahnya. Ya...dia pria itu. Muhammad Khalid, pria yang sudah aku tolak lamarannya. "Kenapa kami tidak bisa pulang hari ini?" Tanyaku tampa menatapnya.

"Ada masalah di bawah, banyak aparat yang menyisir kampung sekitar setelah kalian tidak kembali."

Aku sudah bisa menerka situasinya seperti apa sekarang di sana. "Dek," Dia memanggilku.

"Ya." Jawabku singkat dan lagi-lagi tampa melihatnya.

"Apa kamu mau menikah sama Abang?"

"Abang sudah tau jawabannya."

"Apa kamu suka sama tentara itu?" Kali ini aku menatapnya. "Abang tau ada tentara yang suka sama kamu."

"Terus Abang mau bunuh aku seperti Miftah? Kalo iya, lakukan sekarang selagi Abu dan Umi di sini. Jadi aku bisa disyahadatkan oleh mereka sebelum mati." Jawabku dengan berani sambil menatap matanya penuh dengan amarah.

"Abang tidak membunuh Miftah."

"Tidak perlu dijelaskan. Aku sudah cukup paham. Biarpun tidak lulus SD tapi aku bukan gadis bodoh yang mudah ditipu.

"Dek, Abang suka sama kamu."

Aku tersenyum sinis, terus dia berharap apa? Aku membalas perasaannya? Itu hanya jadi angan semata. Aku terlalu benci pada mereka karena Miftah.

"Aku tidak menikah sebelum Abangku pulang ke rumah!" Ucapku lalu pergi menemui Umi dan Kakak Ipar.

Rupanya, kakak iparku sedang sibuk memasak. Aku menghampirinya, tidak ada kebencianku terhadapnya. Dia hanya seorang wanita yang mengikuti kata hati tampa memakai logika.

"Orang tua Kakak masih ada?" Tanyaku.

Dia tersenyum, "Tinggal Ibu sama adik perempuan yang lain sudah meninggal."

Aku menatapnya, ingin bertanya lebih tapi ragu-ragu takut membuatnya sedih. Dia kembali tersenyum, "Ayah Kakak dibawa aparat keamanan karena dituduh sebagai mata-mata. Adik laki-laki terkena tembakan saat kontak senjata di kampung Kakak."

"Gimana bisa ketemu Bang Ilham?"

"Dikenalin sama Ayah Kakak sebelum meninggal."

Aku mengangguk mengerti ternyata orang tuanya memang berhubungan dengan para pemberontak seperti abangku.

"Apa Kakak bahagia hidup di sini?"

"Dimana aja sama, Dek. Tergantung kita yang menjalani. Asalkan bisa dekat dengan Abang, Kakak sudah bahagia."

Aku terdiam, ternyata cinta mengalahkan segalanya di sini. "Kenapa kamu menolak lamaran Bang Khalid?" Sekarang dia yang bertanya padaku.

"Aku tidak menikah dengan orang yang tidak aku kenal."

"Jangan menyukai tentara, Cut. Mereka tidak sebaik yang kamu bayangkan."

Aku tersenyum sinis, "Para pemberontak itu juga tidak sebaik yang Kakak bayangkan. Mereka bahkan sanggup membunuh seorang gadis yang mencintai musuh mereka."

"Miftah? Dia itu mata-mata aparat, Dek. Para aparat itu sengaja mendekati gadis-gadis kampung untuk mendapatkan informasi."

"Apa ada bukti jika Miftah Mata-mata? Semua info yang pemberontak itu dapatkan juga dari mata-mata mereka yang belum tentu jelas kebenarannya. Aku bisa melihat bagaimana calon suami Miftah menangisi kepergian calon istrinya. Dan itu keluar dari perasaan bukan rekayasa."

"Sudahlah Kak, aku keluar dulu." Aku melenggang pergi meninggalkan kakak iparku yang masih ingin membela pemberontak.

Aku tidak bisa mendengar apapun pembelaannya karena bukti yang aku lihat tidak sesuai dengan perkataan kakak iparku.

"Jika kalian tidak mengantar, Abu akan pulang sendiri." Rupanya Abu kembali berdebat dengan abangku di luar.

Alhasil hari itu juga kami di antar hanya sebatas kaki bukit lalu mereka memberi petunjuk jalan kepada Abu. Kami bertiga berjalan dalam rimba yang entah benar atau salah jalan yang kami tempuh. Tujuan kami hanya satu yaitu rumah.

Seandainya kami bukan keluarga dari salah satu pemberontak maka nasib kami saat ini sudah menjadi mayat. Aku tidak bisa membayangkan nasib kami setelah sampai di kampung. Satu hal yang aku yakini begitu sampai di kampung kami pasti akan diinterogasi habis-habisan.

Aku sempat mendengar perdebatan Abu dengan abangku yang melarang kami kembali ke kampung. "Abu, mereka akan membawa Abu ke markas pusat dan menyiksa Abu jika tidak mengatakan yang mereka tanya." Abangku berusaha membujuk Abu kembali sebelum kami pergi namun usahanya sia-sia.

"Kamu tembak kami sekarang, biar kamu tenang!" Ucapan Abu membuat abangku terdiam seraya menghela nafasnya. Sepertinya, Abu sudah pasrah dengan apa yang akan dihadapinya nanti.

Abu terus berjalan walaupun pelan namun kami tidak berhenti. Abu sudah biasa berladang jadi jalur rimba seperti ini tidak terlalu memberatkannya begitu juga dengan Umi yang terbiasa mengikuti Abu ataupun orang tuanya dulu berkebun di kaki bukit.

Aku lelah begitu juga dengan orang tuaku. Tapi mereka tidak mengeluh. Kami berhenti sebentar kala mendapati anak sungai. Mencuci muka serta meneguk airnya untuk menghilangkan rasa haus. "Abu, kita seperti musafir sekarang." Selorohku untuk memecahkan suasana. Bukankah saling berbincang membuat perjalanan akan terasa cepat? Aku sedang berusaha untuk membuat perjalanan kami menjadi tidak terasa.

"Cepat ambil wudhu, kita shalat berjamaah!" Titah Abu. Kami mengambil wudhu lalu memakai mukena untuk shalat. Kami selalu membawa mukena saat turun ke kecamatan. Untuk berjaga-jaga jika angkutan terlambat berangkat.

Kami shalat berjamaah dengan khidmat. Maka nikmat tuhanmu yang manakah ingin kau dustakan? Sungguh tidak ada nikmat yang bisa kita dustakan. Bahkan saat kami di dalam rimba tak bertuan, tuhan masih memberikan kemurahan-Nya dengan mempertemukan kami dengan anak sungai yang jernih.

Urusan kiblat dan waktu masuk shalat zuhur tidak perlu ditanya lagi. Abu dan Umi sudah sangat paham dengan petunjuk yang Allah berikan melalui alam. Abu melihat matahari lalu mengambil sebatang ranting lalu dari bayangan ranting tersebut Abu bisa tau jika ini sudah masuk waktu zuhur atau belum. Begitu juga dengan arah kiblat.

Sebagai orang yang terlahir dari kampung serta dibesarkan dengan keseharian menjelajah hutan saat kecil tentu itu bukan lagi hal yang besar untuk Abu dan Umi.

Abu berdoa sangat lama, aku sama Umi saling menatap di belakang. Tidak biasanya Abu seperti ini. Setelah menunggu Abu beberapa saat, kami merapikan kembali alat shalat dan memasukkannya ke dalam tas goni yang biasa Umi bawa jika ke pasar.

Kreekkk....

"Angkat tangan!!!"

***

LIKE...LIKE...LIKE...

Terpopuler

Comments

Ersa

Ersa

ilham secara lgsg maupun tdk lahsg dg menculik ortu&adikmu ,kamu menempatkan keluarga di posisi yg serba susah. tdk kembali ke desa dianggap pemberontak kembali kedesa pst diintrogasi.
Abu berdoaama mungkinkah sdh punya firasat??😭

2023-09-30

0

Reiva Momi

Reiva Momi

cerita nya seru, aku suka

2023-02-06

0

안니사

안니사

OMG!!! Itu siapa?! Aparat atau pemberontak yang lain?!

2022-10-28

1

lihat semua
Episodes
1 PANG SAGOE...
2 Abangku...
3 APA INI???
4 MIFTAH...
5 SURAT KALENG
6 JANNAH...
7 TERTANGKAP...
8 BUKAN SALAH PINANGAN...
9 AKHIR HIDUP JANNAH...
10 Berjalan Dalam Gelap...
11 HATI ATAU LOGIKA???
12 Markas Kabupaten...
13 PILIHAN...
14 JENAZAH...
15 SURAT...
16 HINGGA AKHIR HAYAT...
17 Barang Lagi???
18 GASEH...
19 TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20 17 Agustus...
21 MERDEKA...
22 CUAK...
23 INONG BALEE...
24 ANCAMAN...
25 Da Maneh...
26 Berapa Nyawa Lagi????
27 Pinangan Kedua...
28 Jalan Menuju Ajal???
29 Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30 Jalan Menuju Zina...
31 Wartawan...
32 Halimah...
33 Kampung Uteun...
34 GUA...
35 Wanita Penghuni Gua...
36 Aku Merindukanmu...
37 CERITA...
38 Cerita Masih Berlanjut...
39 Antara Ibu dan Anak...
40 Deg...
41 Abang...
42 Bimbang...
43 Sepertiga Malam...
44 Perbedaan...
45 Hidup Baru...
46 Rindu...
47 Dor....lagi???
48 Aduh....
49 Rindu Ini Menyesakkan...
50 Abdi Negara...
51 Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52 Cuma Pura-pura...
53 Referendum....
54 Razi...
55 Hancur...
56 Doa Orang Tua...
57 Rata dengan Tanah...
58 Kamu...
59 OTK...
60 Bicara...
61 Peristiwa di Subuh Pagi...
62 Pembantaian...
63 Cinta Itu Buta...
64 Cinta itu Gila...
65 Pengemis...
66 Mendengar...
67 Pemicu...
68 Percikan...
69 Dokter Widia...
70 Penculikan Lagi...
71 Peuraboen...
72 Pulau Breuh...
73 Hidup Baru...
74 Khalid...
75 Meminang Pemuda...
76 Rebutan...
77 Cantoei....
78 Pengakuan...
79 Bulan Sabit...
80 Belum Usai...
81 Saya Tidak Tahu...
82 Kamu Kapan???
83 Faisal...
84 JODOHKU...
85 Cerita Mae...
86 Pertama Bertemu...
87 Dipinang Lagi....
88 Dua Sisi...
89 Kotak Misteri...
90 Tueng Lintoe Baroe...
91 Rangkaian...
92 Tamu-tamu Penting...
93 Kecupan Pertama...
94 Satu Talam...
95 Satu Kamar...
96 Malam dan Siang...
97 Rabiah...
98 Tiga....
99 Shinta...
100 Tiket...
101 Antara Suami dan Dokter...
102 Terapi Lagi...
103 Lincah U Groh...
104 Hamil...
105 Pulau Mencekam...
106 Datang dan Pergi...
107 Yang Tersimpan...
108 Suka Bersama Duka
109 Pikiran Tidak Di Tempat...
110 Mereka Dan Kenangan...
111 Pesan...
112 Kata Cerai...
113 Perkelahian...
114 Sebuah Tamparan...
115 Gempa...
116 Tsunami...
117 Puing...
118 Keajaiban vs Harapan...
119 dr. Guney...
120 Keajaiban...
121 Nelangsa...
122 Ayila...
123 Bertemu Lagi...
124 Retak...
125 Sang Pengisi Hati...
126 Selipan Rasa...
127 Yang Pergi dan Kembali...
128 Iskandar dan Kehilangan...
129 KUA...
130 Saya Dipaksa...
131 Akhirnya Resmi...
132 Kamu dan Kejutan...
133 Batal???
134 Suami Tercinta...
135 Mimpi...
136 Menjemput Jodoh...
137 Mantra...
138 Akad ke Dua...
139 Lamaran Di Atas Pesta...
140 Pasangan...
141 Jadilah Kuat!!!
142 Satu Kamar...
143 Tree Mas Ketir...
144 Apel...
145 Di Bawah Pedang...
146 Rumah Baru...
147 Lawan...
148 Genjer...
149 Tamu Tak Diduga...
150 Kau Ku Kejar!!!
151 Martabak...
152 Nyonya Adi...
153 Saran Atau ???
154 Dukun...
155 Karena Sayang...
156 Perkara Di Subuh Pagi...
157 Kabar Bahagia...
158 Aku Mirip Siapa???
159 Adik....
160 Anugrah Wicaksono...
161 Asrama...
162 Neraka Iskandar...
163 Penampakan...
164 Nenek Rewel...
165 Air Mata Ibu...
166 Wahai Mertua...
167 Hambar...
168 Teman???
169 Berdamai...
170 Pak RW...
171 Racun Tikus...
172 Ceraikan Aku!!!
173 Jangan Mimpi!!!
174 Keturunan Pemberontak...
175 Sang Mantan...
176 Pelakor...
177 Permainan...
178 Ikatan Tak Kasat Mata...
179 Dor...
180 Duri Dalam Daging...
181 Perpisahan...
182 Adek Ikut Papa...
183 Densus 88...
184 Mie Instan Air Mata...
185 Pilih Kasih...
186 Luka...
187 Adit dan Beno...
188 Karena Kita Berbeda...
189 Nenek Garang...
190 Cerita Kita...
191 Pergi Untuk Kembali...
192 Misi Pertama Anugrah...
193 Aku Cemburu!!!
194 Kairo...
195 Ini Pilihanku, Nenek!!!
196 Jadikan Aku Pacarmu...
197 A Vs Mauren...
198 Puber...
199 Skors Lagi...
200 Kolam Es...
201 Kelabang...
202 Mau Jadi Pacarku???
203 Ingat Pesan Mamang...
204 Pulang...
205 Hari Berkabung...
206 Dia???
207 Shinta...
208 Jomblo...
209 Selamat Tinggal...
210 Batu Nisannya Mana???
211 Buah Keuranji....
212 Dek, Waspada!!!
213 Daun Pintu...
214 Dilema Mae...
215 Minta Jatah...
216 Deposit...
217 KKN Di Desa Wengi...
218 Piring Pecah...
219 Kejutan....
220 Daun Sirsak...
221 Gendhis...
222 Melati Berdarah...
223 Peristiwa Di Subuh Pagi...
224 Penyuluhan...
225 Kabur...
226 Tikungan Jodoh...
227 Menikahi Pembunuh...
228 Dr. Rendra???
229 Ujian Aisyah..
230 Menjemput Dita...
231 Kemenyan...
232 Permintaan Bibik...
233 Dia, Istriku!!!
234 Popok...
235 Nenek...
236 Cafe...
237 Ayo Pindah!!!
238 Complicated....
239 Seperti Judul Novel...
240 Rekaman CCTV...
241 Perubahan Anugrah...
242 Tamu Pertama...
243 Pak Dos...
244 Tes Uji...
245 Teh Rasa Air Laut...
246 Mahar...
247 80 Juta...
248 Kenyataan...
249 Cerita Faisal...
250 Om Imam...
251 Ulah Abdul...
252 Isi Hati Sang Komandan...
253 Bertemu Masa Lalu...
254 Babak Belur...
255 Pos Pemeriksaan...
256 Tiga Pria...
257 Lidah Tajam Iskandar...
258 Foto...
259 Status Istri Tentara...
260 Pelarian Dita...
261 Dika...
262 Sudah ML???
263 Seadanya Kita...
264 Kegelisahan Cut...
265 SAH???
266 Pelukan...
267 Geger...
268 Buka Cadarmu!!!
269 Pengajuan Cerai...
270 Pernikahan Reski...
271 Perpisahan...
272 Suami-Istri...
273 2 : 1 ???
274 Membuat Bayi...
275 Ditolak...
276 Iman Kita Berbeda...
277 Wulan Sang Penyanyi...
278 Pergi...
279 Kejutan Kamar Sebelah...
280 Sultan Iskandar Muda...
281 Dokter Merlyn...
282 Rasanya???
283 Mencari Jejak...
284 99 Night Bar...
285 Selamat Jalan Nenek...
286 Kopi Aceh...
287 Salah Paham...
288 Restu Sang Mama...
289 Kejutan Mereka...
290 Tanda Lahir...
291 Putro Mutia...
292 Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293 99,99% Cocok...
294 Made In Turki...
295 Ini Mimpi Kan???
296 Kehilangan Roh...
297 Sah...
298 Sang Prajurit Kembali...
299 Lamaran Kedua...
300 Akhir Kita...
Episodes

Updated 300 Episodes

1
PANG SAGOE...
2
Abangku...
3
APA INI???
4
MIFTAH...
5
SURAT KALENG
6
JANNAH...
7
TERTANGKAP...
8
BUKAN SALAH PINANGAN...
9
AKHIR HIDUP JANNAH...
10
Berjalan Dalam Gelap...
11
HATI ATAU LOGIKA???
12
Markas Kabupaten...
13
PILIHAN...
14
JENAZAH...
15
SURAT...
16
HINGGA AKHIR HAYAT...
17
Barang Lagi???
18
GASEH...
19
TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20
17 Agustus...
21
MERDEKA...
22
CUAK...
23
INONG BALEE...
24
ANCAMAN...
25
Da Maneh...
26
Berapa Nyawa Lagi????
27
Pinangan Kedua...
28
Jalan Menuju Ajal???
29
Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30
Jalan Menuju Zina...
31
Wartawan...
32
Halimah...
33
Kampung Uteun...
34
GUA...
35
Wanita Penghuni Gua...
36
Aku Merindukanmu...
37
CERITA...
38
Cerita Masih Berlanjut...
39
Antara Ibu dan Anak...
40
Deg...
41
Abang...
42
Bimbang...
43
Sepertiga Malam...
44
Perbedaan...
45
Hidup Baru...
46
Rindu...
47
Dor....lagi???
48
Aduh....
49
Rindu Ini Menyesakkan...
50
Abdi Negara...
51
Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52
Cuma Pura-pura...
53
Referendum....
54
Razi...
55
Hancur...
56
Doa Orang Tua...
57
Rata dengan Tanah...
58
Kamu...
59
OTK...
60
Bicara...
61
Peristiwa di Subuh Pagi...
62
Pembantaian...
63
Cinta Itu Buta...
64
Cinta itu Gila...
65
Pengemis...
66
Mendengar...
67
Pemicu...
68
Percikan...
69
Dokter Widia...
70
Penculikan Lagi...
71
Peuraboen...
72
Pulau Breuh...
73
Hidup Baru...
74
Khalid...
75
Meminang Pemuda...
76
Rebutan...
77
Cantoei....
78
Pengakuan...
79
Bulan Sabit...
80
Belum Usai...
81
Saya Tidak Tahu...
82
Kamu Kapan???
83
Faisal...
84
JODOHKU...
85
Cerita Mae...
86
Pertama Bertemu...
87
Dipinang Lagi....
88
Dua Sisi...
89
Kotak Misteri...
90
Tueng Lintoe Baroe...
91
Rangkaian...
92
Tamu-tamu Penting...
93
Kecupan Pertama...
94
Satu Talam...
95
Satu Kamar...
96
Malam dan Siang...
97
Rabiah...
98
Tiga....
99
Shinta...
100
Tiket...
101
Antara Suami dan Dokter...
102
Terapi Lagi...
103
Lincah U Groh...
104
Hamil...
105
Pulau Mencekam...
106
Datang dan Pergi...
107
Yang Tersimpan...
108
Suka Bersama Duka
109
Pikiran Tidak Di Tempat...
110
Mereka Dan Kenangan...
111
Pesan...
112
Kata Cerai...
113
Perkelahian...
114
Sebuah Tamparan...
115
Gempa...
116
Tsunami...
117
Puing...
118
Keajaiban vs Harapan...
119
dr. Guney...
120
Keajaiban...
121
Nelangsa...
122
Ayila...
123
Bertemu Lagi...
124
Retak...
125
Sang Pengisi Hati...
126
Selipan Rasa...
127
Yang Pergi dan Kembali...
128
Iskandar dan Kehilangan...
129
KUA...
130
Saya Dipaksa...
131
Akhirnya Resmi...
132
Kamu dan Kejutan...
133
Batal???
134
Suami Tercinta...
135
Mimpi...
136
Menjemput Jodoh...
137
Mantra...
138
Akad ke Dua...
139
Lamaran Di Atas Pesta...
140
Pasangan...
141
Jadilah Kuat!!!
142
Satu Kamar...
143
Tree Mas Ketir...
144
Apel...
145
Di Bawah Pedang...
146
Rumah Baru...
147
Lawan...
148
Genjer...
149
Tamu Tak Diduga...
150
Kau Ku Kejar!!!
151
Martabak...
152
Nyonya Adi...
153
Saran Atau ???
154
Dukun...
155
Karena Sayang...
156
Perkara Di Subuh Pagi...
157
Kabar Bahagia...
158
Aku Mirip Siapa???
159
Adik....
160
Anugrah Wicaksono...
161
Asrama...
162
Neraka Iskandar...
163
Penampakan...
164
Nenek Rewel...
165
Air Mata Ibu...
166
Wahai Mertua...
167
Hambar...
168
Teman???
169
Berdamai...
170
Pak RW...
171
Racun Tikus...
172
Ceraikan Aku!!!
173
Jangan Mimpi!!!
174
Keturunan Pemberontak...
175
Sang Mantan...
176
Pelakor...
177
Permainan...
178
Ikatan Tak Kasat Mata...
179
Dor...
180
Duri Dalam Daging...
181
Perpisahan...
182
Adek Ikut Papa...
183
Densus 88...
184
Mie Instan Air Mata...
185
Pilih Kasih...
186
Luka...
187
Adit dan Beno...
188
Karena Kita Berbeda...
189
Nenek Garang...
190
Cerita Kita...
191
Pergi Untuk Kembali...
192
Misi Pertama Anugrah...
193
Aku Cemburu!!!
194
Kairo...
195
Ini Pilihanku, Nenek!!!
196
Jadikan Aku Pacarmu...
197
A Vs Mauren...
198
Puber...
199
Skors Lagi...
200
Kolam Es...
201
Kelabang...
202
Mau Jadi Pacarku???
203
Ingat Pesan Mamang...
204
Pulang...
205
Hari Berkabung...
206
Dia???
207
Shinta...
208
Jomblo...
209
Selamat Tinggal...
210
Batu Nisannya Mana???
211
Buah Keuranji....
212
Dek, Waspada!!!
213
Daun Pintu...
214
Dilema Mae...
215
Minta Jatah...
216
Deposit...
217
KKN Di Desa Wengi...
218
Piring Pecah...
219
Kejutan....
220
Daun Sirsak...
221
Gendhis...
222
Melati Berdarah...
223
Peristiwa Di Subuh Pagi...
224
Penyuluhan...
225
Kabur...
226
Tikungan Jodoh...
227
Menikahi Pembunuh...
228
Dr. Rendra???
229
Ujian Aisyah..
230
Menjemput Dita...
231
Kemenyan...
232
Permintaan Bibik...
233
Dia, Istriku!!!
234
Popok...
235
Nenek...
236
Cafe...
237
Ayo Pindah!!!
238
Complicated....
239
Seperti Judul Novel...
240
Rekaman CCTV...
241
Perubahan Anugrah...
242
Tamu Pertama...
243
Pak Dos...
244
Tes Uji...
245
Teh Rasa Air Laut...
246
Mahar...
247
80 Juta...
248
Kenyataan...
249
Cerita Faisal...
250
Om Imam...
251
Ulah Abdul...
252
Isi Hati Sang Komandan...
253
Bertemu Masa Lalu...
254
Babak Belur...
255
Pos Pemeriksaan...
256
Tiga Pria...
257
Lidah Tajam Iskandar...
258
Foto...
259
Status Istri Tentara...
260
Pelarian Dita...
261
Dika...
262
Sudah ML???
263
Seadanya Kita...
264
Kegelisahan Cut...
265
SAH???
266
Pelukan...
267
Geger...
268
Buka Cadarmu!!!
269
Pengajuan Cerai...
270
Pernikahan Reski...
271
Perpisahan...
272
Suami-Istri...
273
2 : 1 ???
274
Membuat Bayi...
275
Ditolak...
276
Iman Kita Berbeda...
277
Wulan Sang Penyanyi...
278
Pergi...
279
Kejutan Kamar Sebelah...
280
Sultan Iskandar Muda...
281
Dokter Merlyn...
282
Rasanya???
283
Mencari Jejak...
284
99 Night Bar...
285
Selamat Jalan Nenek...
286
Kopi Aceh...
287
Salah Paham...
288
Restu Sang Mama...
289
Kejutan Mereka...
290
Tanda Lahir...
291
Putro Mutia...
292
Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293
99,99% Cocok...
294
Made In Turki...
295
Ini Mimpi Kan???
296
Kehilangan Roh...
297
Sah...
298
Sang Prajurit Kembali...
299
Lamaran Kedua...
300
Akhir Kita...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!