Abangku...

Seperti biasa setelah zuhur aku bersiap ke pengajian namun langkahku terhenti saat beberapa tentara sudah berdiri di depan rumahku.

"Kami mau bertemu Bapak." Ucapnya dengan tegas.

Aku sempat menatap matanya sekilas lalu kembali masuk ke rumah. Mereka mengikutiku masuk tampa izin. "Abu sedang sembahyang." Kataku.

Salah satu dari mereka langsung melihat ke kamar Abu lalu mengangguk kecil pada orang yang di aku pikir bosnya.

Aku bingung dengan situasi sekarang, pria yang aku pikir bos mereka terlihat menatapku. Aku ketakutan, apalagi wajah mereka terlihat menyeramkan. Aku terus menunduk berharap orang tuaku segera keluar kamar.

"Abang kamu sekarang dimana?"

Deg....

Aku harus jawab apa, aku bingung. "D-di pesantren." Jawabku sedikit gugup.

"Siapa namanya?" Suara tegasnya sangat mengintimidasi.

"Teuku Muhammad Ilham."

"Sudah berapa lama dia di pesantren?"

"Dari lulus SD."

"Sekarang pasti sudah dewasa, apa ada fotonya?" Aku menggelengkan kepala. Kami tinggal di kampung, foto yang kami miliki hanya foto untuk ijazah.

Abu dan Umi keluar kamar, aku menghela nafas lega dan orang yang ku pikir 'Bos' itu melirik saat aku menghela nafas.

"Putra Bapak sekolah dimana?"

"SD kecamatan, Pak." Jawab Abu.

Si 'Bos' itu memberikan kode kepada anak buahnya untuk ke belakang rumah.

"Dia sekolah sampai tamat?"

"I-iya."

"Bisa saya lihat ijazahnya?"

Abu ketakutan saat mereka meminta ijazah. Dengan gugup Abu kembali masuk ke kamar diikuti beberapa anak buah si 'Bos'. Mereka mencari foto-foto lain namun nihil karena kami memang tidak pernah berfoto.

Abu mnyerahkan ijazah abangku pada si 'Bos'. Aku lupa, rupanya di sana ada foto abangku. Si Bos itu melihat dengan seksama wajah abangku lalu melihat ke arahku. Mungkin dia sedang mencocokkan wajah kami.

Seorang anak buahnya berlari dari arah belakang. "Dan." Panggil anak buah tersebut lalu memperlihatkan beberapa lembar daun nilam yang ternyata terdapat bercak darah.

Si Bos tadi menatap Abu dengan tajam. Abu ketakutan, badanya gemetar sama seperti aku dan Umi. "Bapak sudah tua, saya tidak akan bertindak kasar jika Bapak mau jujur. Saya juga punya orang tua yang selalu berdoa supaya putranya kembali dengan selamat. Sama seperti Bapak yang mungkin tidak menginginkan putra Bapak menjadi pemberontak. Namun anak-anak tersebut justru termakan rayuan mereka yang tidak bertanggung jawab. Saat putra Bapak terluka apa mereka yang sudah berhasil mengajak putra Bapak ikut membantu? Tidak ada yang membantu para pemberontak level bawah seperti anak Bapak. Yang mereka dapatkan hanya luka serta siksaan juga jauh dari keluarga." Kata-kata si 'Bos' itu mampu membuat air mata Abu dan Umi tumpah. Mereka sesegukan menahan tangis.

Aku mencoba menengkan Umi dengan memeluknya, perasaanku juga kacau, aku kecewa dengan abangku namun aku juga tidak bisa berbuat apa-apa saat ini.

"Apa Bapak melihat wajah putra Bapak tadi? Dugaan kami, putra Bapak adalah pimpinan para pemberontak di daerah ini. Dia dikenal dengan nama 'Pang Sagoe'."

Si 'Bos' itu mensejajarkan badannya dengan Abu yang terduduk lemas di tanah bersama Umi. "Apa Bapak masih mengingat wajahnya?" Tanyanya kembali.

Abu menggelengkan kepala, "Dia datang sebelum subuh, saya tidak melihat jelas wajahnya karena masih gelap dan tidak ada cahaya disana." Si Bos itu menganggukkan kepala kepada anak buahnya lalu keluar dari rumah dengan membawa ijazah abangku.

Aku tetap melanjutkan niatku untuk ke pengajian, namun sayang perjalananku terhwnti sebelum sampai di balai pengajian. Miftah memanggilku dari rumahnya. "Cut...sini!" Panggilnya seraya melambaikan tangan.

Aku memasuki halaman rumahnya, "Kamu gak ngaji?" Tanyaku.

"Eh, hari ini gak ada pengajian. Teungku Zul dipanggil sama tentara ke tempat mereka." Aku terkejut mendengarnya. "Kenapa?" Tanyaku kembali.

"Tidak tau, aku dengar ada yang lapor kalo Teungku sering ngirimin makanan ke markas pemberontak." Aku menelan saliva dengan susah. Begitulah akhirnya jika berhubungan dengan musuh negara. Aparat negara akan memanggil ke markas dan mereka akan diintrogasi habis-habisan.

Ada beberapa karakter warga kampungku. Pertama, warga netral tidal berpihak pada siapa pun.

Kedua, warga penjilat atau mata-mata. Mereka akan memberikan laporan apa saja kepada aparat pemerintah tentang para pemberontak serta keluarganya. Seperti kejadian tadi siang di rumahku. Aparat tersebut mendatangi kembali rumahku hanya untuk bertanya tentang Bang Ilham. Aku yakin ada yang memberitahukan pada mereka tentang abangku.

Dan yang ketiga adalah para pendukung pemberontak. Mereka akan memberi bantuan makanan atau apa saja secara diam-diam. Dan jika ketahuan maka resikonya akan berakhir seperti Teungku Zul.

Aku kembali pulang ke rumah. Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan jika habis kontak senjata. Warga kampung lebih memilih berdiam diri di rumah. Di jalan pulang, aku kembali bertemu dengan segerombolan aparat pemerintah yang sedang berpatroli dengan berjalan kaki.

Aku tidak menatap mereka, jalanku menunduk walaupun sayup-sayup aku mendengar siulan dari beberapa prajurit tersebut. Dengan langkah cepat aku berusaha untuk secepatnya sampai ke rumah.

"Assalamualaikum." Ucapku begitu sampai di rumah.

"Walaikumsalam." Jawab Abu dan Umi serentak. Aku bisa merasakan kegelisahan mereka. Kedua orang tuaku duduk di bangku bambu seperti habis menangis. "Kenapa sudah pulang, Cut?" Tanya Umi.

"Teungku Zul dipanggil ke pos tentara, Umi. Cut gak tau sampai kapan ngajinya diliburkan."

Abu tidak berkata apa-apa lalu memilih masuk ke kamar disusul Umi. Aku sedih karena di usia tuanya mereka justru mengalami kesedihan. Seharusnya seorang anak menyenangkan orang tuannya namun ini malah sebaliknya. Abangku telah menyakiti hati Abu dan Umi, bahkan membuat mereka sedih serta tertekan dengan keadaan sekarang.

Setelah peledakan markas pemberontak, kondisi kampungku lumayan tenang. Yang aku dengar dari beberapa temanku, para pemberontak tersebut telah lari keluar dari kampung kami.

Teungku Zul telah dibebaskan dan pengajian kembali berjalan seperti biasa. Satu hal yang membuatku merasa aneh, tidak jauh dari rumahku tiba-tiba dibangun markas tentara. Cukup seminggu waktu yang dibutuhkan, markas tersebut sudah berdiri lengkap dengan karungan pasir sebagai dinding di sekeliling markas.

Aku juga merasa rumahku dalam pantauan mereka. Gerak gerik kami seperti selalu diikuti oleh mereka. Apa yang membuat mereka bersikap seperti itu? Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantui pikiranku hingga suatu hari aku mendengar dari temanku yang bernama Miftah jika mereka mengincar abangku yang kemungkinan adalah orang yang paling mereka incar selama ini. Ya...mereka menduga jika abangku adalah Pang Sagoe.

Sebulan lebih markas itu berdiri. Aku tidak pernah keluar rumah selain ke pengajian atau membantu Umi dan Abu di ladang. Jangan tanya apa yang kami makan sehari-hari. Kampung kami yang jauh dari pasar kecamatan dan yang berjualan di kampungku juga tidak ada. Untuk makan kami memiliki beras hasil dari sawah sendiri, sayur-mayur hasil kebun dan ikan air tawar yang kadang-kadang Abu bawa pulang dari sungai. Jika tidak ada ikan, maka kami akan makan telur ayam atau telur bebek hasil dari beternak.

***

LIKE...LIKE...LIKE...

Terpopuler

Comments

🎯™⨀⃝⃟⃞☯ Mamo Nia❤ᵖˡ🏠

🎯™⨀⃝⃟⃞☯ Mamo Nia❤ᵖˡ🏠

sy mulai baca dr awal lgi

2024-11-05

0

Reiva Momi

Reiva Momi

cerita nya real banget

2023-02-05

0

Sebutir Debu

Sebutir Debu

secangkir kopi mendarat kak Rani dari Ayra ☕☕☕

2022-08-17

0

lihat semua
Episodes
1 PANG SAGOE...
2 Abangku...
3 APA INI???
4 MIFTAH...
5 SURAT KALENG
6 JANNAH...
7 TERTANGKAP...
8 BUKAN SALAH PINANGAN...
9 AKHIR HIDUP JANNAH...
10 Berjalan Dalam Gelap...
11 HATI ATAU LOGIKA???
12 Markas Kabupaten...
13 PILIHAN...
14 JENAZAH...
15 SURAT...
16 HINGGA AKHIR HAYAT...
17 Barang Lagi???
18 GASEH...
19 TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20 17 Agustus...
21 MERDEKA...
22 CUAK...
23 INONG BALEE...
24 ANCAMAN...
25 Da Maneh...
26 Berapa Nyawa Lagi????
27 Pinangan Kedua...
28 Jalan Menuju Ajal???
29 Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30 Jalan Menuju Zina...
31 Wartawan...
32 Halimah...
33 Kampung Uteun...
34 GUA...
35 Wanita Penghuni Gua...
36 Aku Merindukanmu...
37 CERITA...
38 Cerita Masih Berlanjut...
39 Antara Ibu dan Anak...
40 Deg...
41 Abang...
42 Bimbang...
43 Sepertiga Malam...
44 Perbedaan...
45 Hidup Baru...
46 Rindu...
47 Dor....lagi???
48 Aduh....
49 Rindu Ini Menyesakkan...
50 Abdi Negara...
51 Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52 Cuma Pura-pura...
53 Referendum....
54 Razi...
55 Hancur...
56 Doa Orang Tua...
57 Rata dengan Tanah...
58 Kamu...
59 OTK...
60 Bicara...
61 Peristiwa di Subuh Pagi...
62 Pembantaian...
63 Cinta Itu Buta...
64 Cinta itu Gila...
65 Pengemis...
66 Mendengar...
67 Pemicu...
68 Percikan...
69 Dokter Widia...
70 Penculikan Lagi...
71 Peuraboen...
72 Pulau Breuh...
73 Hidup Baru...
74 Khalid...
75 Meminang Pemuda...
76 Rebutan...
77 Cantoei....
78 Pengakuan...
79 Bulan Sabit...
80 Belum Usai...
81 Saya Tidak Tahu...
82 Kamu Kapan???
83 Faisal...
84 JODOHKU...
85 Cerita Mae...
86 Pertama Bertemu...
87 Dipinang Lagi....
88 Dua Sisi...
89 Kotak Misteri...
90 Tueng Lintoe Baroe...
91 Rangkaian...
92 Tamu-tamu Penting...
93 Kecupan Pertama...
94 Satu Talam...
95 Satu Kamar...
96 Malam dan Siang...
97 Rabiah...
98 Tiga....
99 Shinta...
100 Tiket...
101 Antara Suami dan Dokter...
102 Terapi Lagi...
103 Lincah U Groh...
104 Hamil...
105 Pulau Mencekam...
106 Datang dan Pergi...
107 Yang Tersimpan...
108 Suka Bersama Duka
109 Pikiran Tidak Di Tempat...
110 Mereka Dan Kenangan...
111 Pesan...
112 Kata Cerai...
113 Perkelahian...
114 Sebuah Tamparan...
115 Gempa...
116 Tsunami...
117 Puing...
118 Keajaiban vs Harapan...
119 dr. Guney...
120 Keajaiban...
121 Nelangsa...
122 Ayila...
123 Bertemu Lagi...
124 Retak...
125 Sang Pengisi Hati...
126 Selipan Rasa...
127 Yang Pergi dan Kembali...
128 Iskandar dan Kehilangan...
129 KUA...
130 Saya Dipaksa...
131 Akhirnya Resmi...
132 Kamu dan Kejutan...
133 Batal???
134 Suami Tercinta...
135 Mimpi...
136 Menjemput Jodoh...
137 Mantra...
138 Akad ke Dua...
139 Lamaran Di Atas Pesta...
140 Pasangan...
141 Jadilah Kuat!!!
142 Satu Kamar...
143 Tree Mas Ketir...
144 Apel...
145 Di Bawah Pedang...
146 Rumah Baru...
147 Lawan...
148 Genjer...
149 Tamu Tak Diduga...
150 Kau Ku Kejar!!!
151 Martabak...
152 Nyonya Adi...
153 Saran Atau ???
154 Dukun...
155 Karena Sayang...
156 Perkara Di Subuh Pagi...
157 Kabar Bahagia...
158 Aku Mirip Siapa???
159 Adik....
160 Anugrah Wicaksono...
161 Asrama...
162 Neraka Iskandar...
163 Penampakan...
164 Nenek Rewel...
165 Air Mata Ibu...
166 Wahai Mertua...
167 Hambar...
168 Teman???
169 Berdamai...
170 Pak RW...
171 Racun Tikus...
172 Ceraikan Aku!!!
173 Jangan Mimpi!!!
174 Keturunan Pemberontak...
175 Sang Mantan...
176 Pelakor...
177 Permainan...
178 Ikatan Tak Kasat Mata...
179 Dor...
180 Duri Dalam Daging...
181 Perpisahan...
182 Adek Ikut Papa...
183 Densus 88...
184 Mie Instan Air Mata...
185 Pilih Kasih...
186 Luka...
187 Adit dan Beno...
188 Karena Kita Berbeda...
189 Nenek Garang...
190 Cerita Kita...
191 Pergi Untuk Kembali...
192 Misi Pertama Anugrah...
193 Aku Cemburu!!!
194 Kairo...
195 Ini Pilihanku, Nenek!!!
196 Jadikan Aku Pacarmu...
197 A Vs Mauren...
198 Puber...
199 Skors Lagi...
200 Kolam Es...
201 Kelabang...
202 Mau Jadi Pacarku???
203 Ingat Pesan Mamang...
204 Pulang...
205 Hari Berkabung...
206 Dia???
207 Shinta...
208 Jomblo...
209 Selamat Tinggal...
210 Batu Nisannya Mana???
211 Buah Keuranji....
212 Dek, Waspada!!!
213 Daun Pintu...
214 Dilema Mae...
215 Minta Jatah...
216 Deposit...
217 KKN Di Desa Wengi...
218 Piring Pecah...
219 Kejutan....
220 Daun Sirsak...
221 Gendhis...
222 Melati Berdarah...
223 Peristiwa Di Subuh Pagi...
224 Penyuluhan...
225 Kabur...
226 Tikungan Jodoh...
227 Menikahi Pembunuh...
228 Dr. Rendra???
229 Ujian Aisyah..
230 Menjemput Dita...
231 Kemenyan...
232 Permintaan Bibik...
233 Dia, Istriku!!!
234 Popok...
235 Nenek...
236 Cafe...
237 Ayo Pindah!!!
238 Complicated....
239 Seperti Judul Novel...
240 Rekaman CCTV...
241 Perubahan Anugrah...
242 Tamu Pertama...
243 Pak Dos...
244 Tes Uji...
245 Teh Rasa Air Laut...
246 Mahar...
247 80 Juta...
248 Kenyataan...
249 Cerita Faisal...
250 Om Imam...
251 Ulah Abdul...
252 Isi Hati Sang Komandan...
253 Bertemu Masa Lalu...
254 Babak Belur...
255 Pos Pemeriksaan...
256 Tiga Pria...
257 Lidah Tajam Iskandar...
258 Foto...
259 Status Istri Tentara...
260 Pelarian Dita...
261 Dika...
262 Sudah ML???
263 Seadanya Kita...
264 Kegelisahan Cut...
265 SAH???
266 Pelukan...
267 Geger...
268 Buka Cadarmu!!!
269 Pengajuan Cerai...
270 Pernikahan Reski...
271 Perpisahan...
272 Suami-Istri...
273 2 : 1 ???
274 Membuat Bayi...
275 Ditolak...
276 Iman Kita Berbeda...
277 Wulan Sang Penyanyi...
278 Pergi...
279 Kejutan Kamar Sebelah...
280 Sultan Iskandar Muda...
281 Dokter Merlyn...
282 Rasanya???
283 Mencari Jejak...
284 99 Night Bar...
285 Selamat Jalan Nenek...
286 Kopi Aceh...
287 Salah Paham...
288 Restu Sang Mama...
289 Kejutan Mereka...
290 Tanda Lahir...
291 Putro Mutia...
292 Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293 99,99% Cocok...
294 Made In Turki...
295 Ini Mimpi Kan???
296 Kehilangan Roh...
297 Sah...
298 Sang Prajurit Kembali...
299 Lamaran Kedua...
300 Akhir Kita...
Episodes

Updated 300 Episodes

1
PANG SAGOE...
2
Abangku...
3
APA INI???
4
MIFTAH...
5
SURAT KALENG
6
JANNAH...
7
TERTANGKAP...
8
BUKAN SALAH PINANGAN...
9
AKHIR HIDUP JANNAH...
10
Berjalan Dalam Gelap...
11
HATI ATAU LOGIKA???
12
Markas Kabupaten...
13
PILIHAN...
14
JENAZAH...
15
SURAT...
16
HINGGA AKHIR HAYAT...
17
Barang Lagi???
18
GASEH...
19
TEUKU RENDRA MUHAMMAD NUR...
20
17 Agustus...
21
MERDEKA...
22
CUAK...
23
INONG BALEE...
24
ANCAMAN...
25
Da Maneh...
26
Berapa Nyawa Lagi????
27
Pinangan Kedua...
28
Jalan Menuju Ajal???
29
Akhir Dari Perjalanan Panjang...
30
Jalan Menuju Zina...
31
Wartawan...
32
Halimah...
33
Kampung Uteun...
34
GUA...
35
Wanita Penghuni Gua...
36
Aku Merindukanmu...
37
CERITA...
38
Cerita Masih Berlanjut...
39
Antara Ibu dan Anak...
40
Deg...
41
Abang...
42
Bimbang...
43
Sepertiga Malam...
44
Perbedaan...
45
Hidup Baru...
46
Rindu...
47
Dor....lagi???
48
Aduh....
49
Rindu Ini Menyesakkan...
50
Abdi Negara...
51
Perkenalan dan Rasa Cemburu...
52
Cuma Pura-pura...
53
Referendum....
54
Razi...
55
Hancur...
56
Doa Orang Tua...
57
Rata dengan Tanah...
58
Kamu...
59
OTK...
60
Bicara...
61
Peristiwa di Subuh Pagi...
62
Pembantaian...
63
Cinta Itu Buta...
64
Cinta itu Gila...
65
Pengemis...
66
Mendengar...
67
Pemicu...
68
Percikan...
69
Dokter Widia...
70
Penculikan Lagi...
71
Peuraboen...
72
Pulau Breuh...
73
Hidup Baru...
74
Khalid...
75
Meminang Pemuda...
76
Rebutan...
77
Cantoei....
78
Pengakuan...
79
Bulan Sabit...
80
Belum Usai...
81
Saya Tidak Tahu...
82
Kamu Kapan???
83
Faisal...
84
JODOHKU...
85
Cerita Mae...
86
Pertama Bertemu...
87
Dipinang Lagi....
88
Dua Sisi...
89
Kotak Misteri...
90
Tueng Lintoe Baroe...
91
Rangkaian...
92
Tamu-tamu Penting...
93
Kecupan Pertama...
94
Satu Talam...
95
Satu Kamar...
96
Malam dan Siang...
97
Rabiah...
98
Tiga....
99
Shinta...
100
Tiket...
101
Antara Suami dan Dokter...
102
Terapi Lagi...
103
Lincah U Groh...
104
Hamil...
105
Pulau Mencekam...
106
Datang dan Pergi...
107
Yang Tersimpan...
108
Suka Bersama Duka
109
Pikiran Tidak Di Tempat...
110
Mereka Dan Kenangan...
111
Pesan...
112
Kata Cerai...
113
Perkelahian...
114
Sebuah Tamparan...
115
Gempa...
116
Tsunami...
117
Puing...
118
Keajaiban vs Harapan...
119
dr. Guney...
120
Keajaiban...
121
Nelangsa...
122
Ayila...
123
Bertemu Lagi...
124
Retak...
125
Sang Pengisi Hati...
126
Selipan Rasa...
127
Yang Pergi dan Kembali...
128
Iskandar dan Kehilangan...
129
KUA...
130
Saya Dipaksa...
131
Akhirnya Resmi...
132
Kamu dan Kejutan...
133
Batal???
134
Suami Tercinta...
135
Mimpi...
136
Menjemput Jodoh...
137
Mantra...
138
Akad ke Dua...
139
Lamaran Di Atas Pesta...
140
Pasangan...
141
Jadilah Kuat!!!
142
Satu Kamar...
143
Tree Mas Ketir...
144
Apel...
145
Di Bawah Pedang...
146
Rumah Baru...
147
Lawan...
148
Genjer...
149
Tamu Tak Diduga...
150
Kau Ku Kejar!!!
151
Martabak...
152
Nyonya Adi...
153
Saran Atau ???
154
Dukun...
155
Karena Sayang...
156
Perkara Di Subuh Pagi...
157
Kabar Bahagia...
158
Aku Mirip Siapa???
159
Adik....
160
Anugrah Wicaksono...
161
Asrama...
162
Neraka Iskandar...
163
Penampakan...
164
Nenek Rewel...
165
Air Mata Ibu...
166
Wahai Mertua...
167
Hambar...
168
Teman???
169
Berdamai...
170
Pak RW...
171
Racun Tikus...
172
Ceraikan Aku!!!
173
Jangan Mimpi!!!
174
Keturunan Pemberontak...
175
Sang Mantan...
176
Pelakor...
177
Permainan...
178
Ikatan Tak Kasat Mata...
179
Dor...
180
Duri Dalam Daging...
181
Perpisahan...
182
Adek Ikut Papa...
183
Densus 88...
184
Mie Instan Air Mata...
185
Pilih Kasih...
186
Luka...
187
Adit dan Beno...
188
Karena Kita Berbeda...
189
Nenek Garang...
190
Cerita Kita...
191
Pergi Untuk Kembali...
192
Misi Pertama Anugrah...
193
Aku Cemburu!!!
194
Kairo...
195
Ini Pilihanku, Nenek!!!
196
Jadikan Aku Pacarmu...
197
A Vs Mauren...
198
Puber...
199
Skors Lagi...
200
Kolam Es...
201
Kelabang...
202
Mau Jadi Pacarku???
203
Ingat Pesan Mamang...
204
Pulang...
205
Hari Berkabung...
206
Dia???
207
Shinta...
208
Jomblo...
209
Selamat Tinggal...
210
Batu Nisannya Mana???
211
Buah Keuranji....
212
Dek, Waspada!!!
213
Daun Pintu...
214
Dilema Mae...
215
Minta Jatah...
216
Deposit...
217
KKN Di Desa Wengi...
218
Piring Pecah...
219
Kejutan....
220
Daun Sirsak...
221
Gendhis...
222
Melati Berdarah...
223
Peristiwa Di Subuh Pagi...
224
Penyuluhan...
225
Kabur...
226
Tikungan Jodoh...
227
Menikahi Pembunuh...
228
Dr. Rendra???
229
Ujian Aisyah..
230
Menjemput Dita...
231
Kemenyan...
232
Permintaan Bibik...
233
Dia, Istriku!!!
234
Popok...
235
Nenek...
236
Cafe...
237
Ayo Pindah!!!
238
Complicated....
239
Seperti Judul Novel...
240
Rekaman CCTV...
241
Perubahan Anugrah...
242
Tamu Pertama...
243
Pak Dos...
244
Tes Uji...
245
Teh Rasa Air Laut...
246
Mahar...
247
80 Juta...
248
Kenyataan...
249
Cerita Faisal...
250
Om Imam...
251
Ulah Abdul...
252
Isi Hati Sang Komandan...
253
Bertemu Masa Lalu...
254
Babak Belur...
255
Pos Pemeriksaan...
256
Tiga Pria...
257
Lidah Tajam Iskandar...
258
Foto...
259
Status Istri Tentara...
260
Pelarian Dita...
261
Dika...
262
Sudah ML???
263
Seadanya Kita...
264
Kegelisahan Cut...
265
SAH???
266
Pelukan...
267
Geger...
268
Buka Cadarmu!!!
269
Pengajuan Cerai...
270
Pernikahan Reski...
271
Perpisahan...
272
Suami-Istri...
273
2 : 1 ???
274
Membuat Bayi...
275
Ditolak...
276
Iman Kita Berbeda...
277
Wulan Sang Penyanyi...
278
Pergi...
279
Kejutan Kamar Sebelah...
280
Sultan Iskandar Muda...
281
Dokter Merlyn...
282
Rasanya???
283
Mencari Jejak...
284
99 Night Bar...
285
Selamat Jalan Nenek...
286
Kopi Aceh...
287
Salah Paham...
288
Restu Sang Mama...
289
Kejutan Mereka...
290
Tanda Lahir...
291
Putro Mutia...
292
Bapak Petrus dan Ibu Martini...
293
99,99% Cocok...
294
Made In Turki...
295
Ini Mimpi Kan???
296
Kehilangan Roh...
297
Sah...
298
Sang Prajurit Kembali...
299
Lamaran Kedua...
300
Akhir Kita...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!