"Ya Allah, apa ini, Cut?" Umi terkejut melihat banyaknya lembaran foto dan yang lebih mengejutkanku adalah foto tersebut hasil dari bidikan kamera rekan Rendra saat di rumah sakit.
"Cut, bakar semua foto-foto ini! Umi sudah kehilangan Ilham, Umi tidak mau kehilangan kamu kembali. Jika para pemberontak menemukan foto ini maka kamu dan keluarga kita akan dibunuh. Mereka pasti berpikir jika kamu punya hubungan dengan tentara itu. Umi belum siap untuk melihat kamu berakhir seperti almarhum Mifah." Umi terisak seraya memeluk Teuku.
"Ada apa ini?" Abu ikut masuk ke kamar dan beliau juga ikut terkejut menatap barang-barang yang tergeletak di atas tempat tidurku. Aku menyalipkan foto-foto tersebut ke bawah bantal. Bukannya takut melainkan malu jika sampai Abu melihat foto aku dan Rendra.
"Siapa yang memberikanya?" Tanya Abu.
"Teman Pak Rendra tadi kemari mengantar ini." Jawabku.
Abu menghela nafasnya, "Semoga Allah membalas kebaikannya. Dia memberikan ini untuk anak yatim ini. Insya Allah, dimanapun dia bertugas Allah akan menjaganya. Bahkan orang tuanya saja tidak mampu memberikan yang terbaik untuk anak mereka." Ada guratan kekecewaan yang jelas terpancar di wajah Abu sebelum akhirnya Abu memilih keluar dari kamarku.
"Apa kamu menyukainya, Cut?" Umi menatapku lekat dengan bekar air mata yang belum mengering di wajahnya.
"Gak tau, Umi." Umi menghela nafasnya ketika mendengar jawabanku lalu keluar sambil menggendong Teuku. Apa yang bisa aku katakan pada Umi? Aku menyukainya? Aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan. Andai masih ada Miftah, tentu aku akan bertanya seperti apa rasanya suka sama seorang pria.
Wajahnya tampan dengan kulit kuning langsat dan ... hanya itu yang berani aku katakan. Selebihnya aku juga bingung harus bagaimana mendeksripsikan wajahnya secara jelas. Tapi yang membuatku sedikit memikirkanya adalah sifat dan tingkah lakunya saat dekat denganku dan ... ya, aku hampir melupakan ciuman yang pertama kali aku rasakan walaupun hanya sekilas.
Aku tersadar dan langsung mengambil foto-foto yang tadi aku selipkan di bawah bantal. Aku berharap mereka tidak memotret saat Rendra melakukannya. Dan... wajahku memerah, mataku membulat sempurna ketika melihat beberapa lembar foto yang diambil saat Rendra melakukan itu. Beruntung karena Abu tidak sempat melihat foto-foto ini. Aku kembali mengingat perkataan Umi tentang keberadaan foto ini yang bisa membawa dampak buruk buat keluargaku.
Perasaanku tidak menentu antara membakar foto ini atau menyimpannya. Aku tidak bisa berbohong jika fot-foto ini sudah berhasil menarik perhatianku. Akhirnya, aku memilih beberapa foto yang menurutku memalukan jika kulihat untuk kubakar.
Foto-foto yang menurutku mengandung dosa dimana aku sendiri telah berdosa karena menerima ciuman seorang lelaki yang bukan mahram. Aku memasukkan beberapa foto tersebut dalam amplop sedangkan foto yang lain aku masukkan salam kantong plastik kecil lalu kugali tanah dalam kamarku menggunakan cangkul kecil. Aku mengubur foto tersebut namun aku meninggalkan satu foto yang pertama kali Rendra kasih. Foto dia dengan pakain bebas tentu tidak terlalu berbahaya.
"Apa yang kamu bakar, Cut?" Aku gelagapan, apa yang harus aku jawab? Tidak mungkin aku berbohong pada Abu. "Foto, Abu."
"Foto apa?"
"Foto saat Cut mengambil Teuku di rumah sakit. Ada Pak Rendra di dalamnya, lebih baik tidak di simpan, Abu." Aku tidak berbohong hanya saja aku tidak menjelaskan secara rinci. Abu menganguk lalu pergi meninggalkanku di dapur.
Malam hari terasa ramai di kampungku malam ini. Ternyata para tentara itu sedang melakukan ritual perpisahan. Teuku sudah tidur bersama Umi dan Abu. Aku kembali melihat-lihat buku-buku baru yang Rendra kasih. Ada satu buku yang menarik perhatianku karena ternyata itu bukan buku melainkan sebuah novel.
Lagi-lagi dia menyelipkan surat dalam novel tersebut.
Kepada wanita terindah yang ingin saya nikahi...
Apa kabar, Cut? Seminggu sudah saya tidak melihatmu, saya benar-benar rindu padamu. Semoga surat ini bukan surat terakhir dari saya untuk kamu. Ada dua hal yang membuat kita bisa bertemu kembali. Yang pertama, Aceh segera damai dan saya bisa ke sana dengan membawa serta kedua orang tua untuk melamar kamu. Yang kedua, saya berharap jika ke depan batalyon saya kembali dikirim ke sana, mudah-mudahan saya akan ditempatkan kembali di daerah kamu walaupun itu jarang terjadi. Tujuan akhir saya dari kedua harapan tersebut adalah suatu saat nanti kita bisa bersama dalam ikatan pernikahan ditambah dengan kehadiran Rendra kecil yang begitu saya rindukan. Bagaimana Novelnya, apa kamu suka? Bidadari itu kamu, saya langsung tertarik saat melihat judulnya. 'Bidadari Itu Kamu' sangat cocok menggambarkan wanita yang sedang saya rindukan. Semoga kamu juga merindukan saya. Sekarang kita impas, saya sudah mencetak banyak foto kita dan kamu juga sudah memilikinya. Jika kamu rindu, pandangi foto saya! Saya berharap kamu menyimpan foto itu lalu kamu tunjukkan pada Rendra. Kenalkan saya padanya. Saya sungguh menyayanginya seperti saya menyayangimu. Lusa kami akan berangkat ke pelabuhan. Doakan semoga kita bertemu lagi ya! Saya yakin jika kita berjodoh karena setiap saat saya berdoa untuk berjodoh denganmu. Saya pamit pulang dulu ke tempat asal saya, jangan menangis dan doakan saya.
Sampai jumpa, dan salam sayang selalu untukmu.
Tetap hati-hati ya!
Assalamualaikum...
Aku melipat kertas surat tersebut lalu memasukkannya ke dalam novel yang belum kubaca. Apa yang aku rasakan saat ini? Entahlah, aku tidak tahu seperti apa perasaanku padanya.
1 tahun kemudian.....
Apa kabar Aceh Lon Gaseh? Jawabannya masih sama. Aceh masih dirundung konflik yang entah kapan akan berakhir. Apa kabar Rendra? Sudah setahun kami berpisah, apakah dia masih mengingatku? Maka jawabnya adalah tidak. Dia pernah mengirimkan surat untukku dua kali. Dia mengatakan bahwa dia sangat merindukan Rendra kecil. Surat tersebut dia kirimkan dua minggu setelah dia sampai di daerahnya. Sebulan kemudian dia kembali mengirim surat untukku.
Suratnya tidak pernah aku balas walaupun tentara yang mengantar surat tersebut selalu mengatakan jika aku ingin membalas maka bisa memberikan padanya. Aku tidak mungkin membalas surat Rendra dengan kondisi daerahku yang tidak menentu. Bisa-bisa keluargaku malah menjadi sasaran para pemberontak karena dikira jadi mata-mata aparat pemerintah.
Abu selalu mengatakan jika setelah abangku meninggal, para pemberontak itu bisa saja mencelakakan kami. Jika dulu mereka tidak bisa melakukannya karena abangku adalah pimpinannya. Sekarang tidak ada lagi yang perlu para pemberontak itu takuti karena abangku sudah meninggal.
"Aceh lon gaseh, saban uroe lon roe ie mata..." Batinku menatap Teuku Rendra Muhammad Nur.
***
*Aceh lon gaseh, saban uroe lon roe ie mata \= Aceh tersayang, setiap hari kumenangis.
LIKE...LIKE...LIKE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Reiva Momi
jadi sedihhh, 😢
2023-02-06
0
안니사
Nampaknya mereka bakalan masih berjodoh yaa tapi pasti gak mudah buat bersatu dan bahagia. mengingat alurnya tentang konflik yang cukup besar di jamannya. semoga ada jalan buat mereka bersama
2022-10-28
1
vidyaEng
love Abu, umi
2022-04-18
2