Melati hendak naik ke atas tempat tidur, namun suara ketukan pintu mengurungkan niatnya.
Gadis itu berjalan kearah pintu dan menarik handel pintu tersebut.
"Ada apa lagi?" tanya Melati pada seseorang yang berkunjung ke kamarnya itu yang tak lain adalah Arnon suaminya.
"Ada sesuatu yang harus aku bicarakan padamu! boleh aku masuk?"
Gadis itu menatap suaminya dengan tatapan curiga.
"Kau tenang saja, aku tak akan macam-macam padamu! aku tak tertarik denganmu." Sambil melangkah masuk kedalam kamar istrinya.
"Siapa yang mengizinkanmu masuk."
"Terserah padaku! rumah ini rumahku, jadi aku berhak atas semuanya."
"Huh,kau benar sekali! jadi apa yang ingin kau bicarakan."
"Kau tanda tangani surat perjanjian ini." Memberikan isi dari amplop coklat yang diberikan oleh Clara tadi.
Melati membaca isi dari surat tersebut yang merupakan surat perjanjian pernikahan mereka.
Di dalamnya berisi pernikahan mereka hanya sampai 1 bulan saja, setelah itu keduanya akan bercerai dengan alasan tidak ada kecocokan dan Arnon akan memberikan sebagian hartanya untuk Melati saat keduanya sudah berpisah.
Gadis itu hanya bisa memandang kertas yang ia pegang dengan tatapan yang tak dapat di jabarkan lagi.
Hatinya benar-benar remuk ketika membaca isi dari perjanjian itu.
Ia berharap ini pernikahan pertama dan terakhir baginya, meskipun diantara mereka berdua tak ada rasa cinta. Dirinya berharap suatu saat nanti di antara ia dan suaminya bisa tumbuh rasa cinta meskipun itu tak mungkin terjadi. Keinginannya tak akan pernah terwujud, karena pernikahan pertamanya akan berakhir setelah 1 bulan kedepan.
Rasanya, ia ingin menangis di hadapan suaminya, namun apalah daya, dia tak ingin terlihat lemah di hadapan Arnon.
"Baiklah! tapi izinkan aku memenuhi kewajibanku sebagai istri untuk memenuhi kebutuhanmu setiap harinya." Dengan sekuat tenaga menahan air matanya.
"Oke! tapi untuk hubungan intim tidak," jelas Arnon dengan mantapnya.
"Aku juga tahu kau tak akan mungkin mau denganku."
"Bagaimana kalok kita mulai sekarang ... menjadi teman, aku tak ingin saat kita berpisah, hubungan kita menjadi orang asing, aku ingin kita tetap berhubungan meskipun hanya sebatas teman." Melati mengulurkan tangannya pada Arnon.
Pria itu masih berpikir, tak lama kemudian, ia menerima uluran tangan istrinya dan keduanya tersenyum.
"Hanya ini yang dapat aku lakukan agar kau bisa menerima semua apa yang menjadi hakmu sebagai suamiku dan melakukan kewajibanku sebagai istrimu, aku juga bisa mewujudkan keinginan papa agar selalu patuh padamu meskipun waktuku hanya 1 bulan," gumam Melati dalam hatinya sambil menatap wajah Arnon.
Gadis itu langsung menandatangani surat perjanjian yang di berikan oleh suaminya.
"Aku sudah menandatanganinya, ini kau yang simpan saja." Memberikan surat perjanjian itu kepada Arnon.
"Baiklah! aku akan kembali ke kamarku." Sambil tersenyum-senyum karena surat perjanjian itu sudah ditandatangani oleh Melati.
Gadis itu menutup pintu kamarnya kemudian menguncinya.
Air mata yang sedari tadi ia tahan mulai tumpah membasahi wajah cantiknya.
"Ma! aku minta maaf, aku tidak bisa mempertahankan rumah tanggaku, aku tak bisa memaksa seseorang untuk mencintaiku, aku tahu ... mungkin pernikahan ini sejak awal sudah salah, karena diantara kami tak ada rasa satu sama lain! maafkan aku, ma!" Badannya mulai luruh ke lantai sambil bersandar di pintu kamarnya.
"Tapi aku akan menunjukkan tanda baktiku padanya, agar aku tak berdosa karena tak melayani suamiku sendiri, aku akan melakukan semua tugasku sebagai istri." Sambil menundukkan kepalanya namun air mata itu terus mengalir di wajahnya.
Karena terlalu lelah, Melati sampai tak sadar ia tertidur dengan posisi terduduk di lantai dengan badan dan kepala bersandar di pintu kamarnya.
Berbeda dengan Arnon yang merasa senang karena setelah 1 bulan, ia akan terbebas dari pernikahan yang tak diinginkannya itu.
"Hanya 1 bulan saja, aku pasti bisa melewatinya dengan baik! lagi pula, kami hidup masing-masing tanpa harus melakukan hal layaknya pasangan suami istri pada umumnya dan aku masih tetap bersama Clara." Menjatuhkan diri di atas kasur yang sangat empuk itu.
Keesokan harinya semua berita heboh dengan pemberitaan tentang pernikahan Arnon dan istrinya beserta hadirnya Clara dalam acara pernikahan mereka berdua.
Para wartawan mulai berdesak-desakan untuk meminta konfirmasi kepada 2 belah pihak yaitu Arnon dan Clara, apakah mereka berdua masih saling mencintai karena para awak media tahu jika pernikahan ini diawali oleh perjodohan keluarga.
Di depan rumah 2 artis papan atas itu tengah di banjiri para wartawan yang ingin tahu lebih detail tentang hubungan mereka bertiga.
Clara tak ingin menanggapi para paparazi itu, karena saat ini posisinya belum aman untuk muncul kepermukaan, namun saat Arnon dan istrinya sudah sah berpisah, baru ia akan mengkonfirmasi semuanya.
"Kalian tenang saja! satu bulan lagi aku dan Arnon akan segera menikah dan kalian semua bisa dengan sesuka hati meliput acara pernikahan kami." Tersenyum sambil memandangi para wartawan dari dalam kamarnya yang tengah berdesak-desakan di depan pintu gerbang rumahnya.
Acara pernikahan Arnon dan Melati memang tak mengizinkan para media hadir untuk meliput pernikahan mereka, karena keluarga Gafin ingin pesta itu terlaksana dengan private tanpa adanya media.
Tak berbeda jauh dengan keadaan di rumah keluarga Gafin, para wartawan bahkan terlihat lebih banyak dari jumlah yang ada di kediaman Clara, mereka masih senantiasa menunggu salah satu anggota keluarga Gafin keluar dari rumahnya agar dapat meminta penjelasan kepada salah satu anggota keluarga mereka.
Melati perlahan membuka kelopak matanya, badannya terasa sakit dan pegal-pegal.
"Akhhhhhh! kenapa badanku terasa sakit semua." Sambil memijit punggungnya yang terasa pegal.
Saat kesadarannya mulai kembali secara perlahan, ia mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah di kamarnya.
"Astaga! pantas saja badanku terasa pegal semua, kenapa aku sampai ketiduran di lantai." Berdiri berjalan ke arah ranjangnya.
"Huh, nyaman sekali rasanya." Sambil memejamkan mata menikmati empuknya kasur yang menjadi tempat tidurnya saat ini.
"Lebih baik aku berendam saja! agar badanku lebih segar." Berjalan ke arah kamar mandi.
Sementara Arnon sudah bangun dari tadi. Pria itu lagi-lagi memandangi para paparazi dari dalam kamarnya yang berada di lantai atas.
"Hah, benar-benar tak ada puasnya kalian semua! apa yang ingin kalian ketahui lagi? bukankah sudah jelas, jika aku telah menikah! hah, dasar! satu berita besar saja tidak cukup untuk kalian, sekarang masih mengincar apa lagi." Sambil memijit pelipisnya yang terasa pusing dengan kelakuan para wartawan itu.
Setelah sekitar 1 jam berada di kamar mandi, akhirnya gadis itu keluar dan berganti baju. Tak lupa pula ia memakai kacamata tebalnya dan berjalan keluar menuju dapur.
Saat sampai di dapur, kedua pelayan sedang sibuk memasak.
"Apa aku boleh membantu kalian?" tanya Melati pada kedua pelayan tersebut.
"Tidak perlu, Nyonya muda!" jawab salah satu pelayan tersebut.
"Tidak usah memanggilku, Nyonya! aku masih muda." Tersenyum ke arah dua pelayan itu.
"Tapi kami harus sopan pada anda."
"Terserah kalian ingin memanggilku apa, asalkan jangan, Nyonya! aku masih muda dan masih belum punya anak, jadi panggil Nona saja ya," pinta Melati pada mereka.
"Baik, Nona!" mereka berdua menjawab serempak.
"Hahahaha! kalian kompak sekali, mmmmmm ... ada yang bisa aku bantu? aku ingin memasak sesuatu untuk, suamiku! apa makanan kesukaannya?"
"Makanan kesukaan Tuan muda tidak terlalu susah, Nona? dia lebih suka makanan yang sederhana, seperti sayur asam, sayur bayam, telur mata sapi, udang crispy, sambal gorengan, dan masakan sederhana lainnya," jelas pelayan itu.
"Baiklah kalau begitu! hari ini aku yang akan masak semuanya, tapi mereka kalau sarapan, makan roti apa makanan berat?" tanya Melati lagi.
"Tergantung, Nona! kadang hanya roti dan selai, kadang makanan berat seperti nasi dan lauk."
"Baiklah aku akan membuat sarapan nasi dan lauk saja! tadi malam mereka semua pasti lelah belum sempat makan malam! saat di pesta juga pasti sibuk dengan para tamu, bagaimana menurut kalian?" tanya Melati pada para pelayan.
"Benar sekali, Nona!"
"Kalau begitu kita lanjut masak ya? kalian masak apa sebelum aku datang?"
"Kami memasak tumis kangkung, Nona! tapi masih belum matang."
"Baiklah! sekarang tugas kalian aku yang ambil alih! tolong bantu aku siapkan udang, telur, tempe, dan tahu," pinta Melati.
"Baik, Nona!" Pelayan itu hendak melangkah ke arah kulkas,namun terhenti karena suara Melati.
"Tunggu, Mbak! bumbunya ada dimana ya?"
"Ada di lemari tepat di atas, Nona!"
"Baiklah, terimakasih! ayo kita mulai bertempur di dapur." Tersenyum sambil memulai ritual memasaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
alvika cahyawati
waah masa artis makanan kesukaan nya sangat sederhana ....
2022-10-03
1
Noer Anisa Noerma
bikin dia bucin Mel
2022-06-12
0
༄༅⃟𝐐 ˙❥YanG💋 👉🏻H14T
yeeeyyy semangat Melati... Cayo 💪💪💪
2022-03-03
0