Setelah sekitar 1 jam bertempur di dapur, akhirnya semua masakan yang di buat oleh Melati sudah siap.
Para pelayan membawa makanan satu persatu ke meja makan dan meletakkannya dengan rapi.
Disana sudah terhidang tumis udang kangkung, telur balado, oseng tempe kecap manis, dan tahu semur kentang.
Semua makanan sudah terhidang di atas meja makan, dengan wangi yang membuat perut menjadi lapar pastinya.
"Aku panggil mommy dan papi dulu ya, Mbak!" Melangkah menuju kamar mertuanya, namun langkahnya terhenti saat mendengar perkataan pelayan yang memanggilnya.
"Tidak perlu, Nona! biar kami saja yang memanggil, Nyonya dan Tuan besar! anda panggil Tuan muda saja."
"Baiklah." Tersenyum kearah dua pelayan itu, kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar Arnon.
"Tuan muda beruntung sekali ya bisa menikah dengan, Nona Melati! dia gadis yang baik dan pintar memasak pula," ucap salah satu pelayan itu.
"Iya kau benar! aku suka sekali dengan istri, Tuan Arnon! dia tak membedakan orang lain, dia juga cepat beradaptasi dengan lingkungan baru, buktinya dia sekarang sudah akrab dengan kita," jawab pelayan satunya lagi.
"He'em"
Kedua pelayan yang sedang bergosip itu langsung menoleh je arah sember suara tersebut. Saat keduanya telah bertatap muka dengan pemilik suara, mereka berdua langsung diam, karena orang itu adalah Kepala pelayan Mirna.
"Sedang apa kalian berdua? ayo cepat kerjakan tugas masing-masing," titah Mirna pada dua bawahannya itu.
"Baik, kepala pelayan Mirna!" jawab mereka serempak.
Salah satu pelayan langsung pergi ke dapur dan satunya lagi berjalan menuju kamar Tuan besarnya.
"Ditinggal sebentar keluar saja sudah berani membicarakan, Tuannya! huh, aku harus lebih ketat pada mereka." Berjalan menuju meja makan sambil memperhatikan semua hidangan yang telah tersaji.
"Semoga saja Tuan muda suka dengan masakan ini," gumam Mirna.
Melati sudah sampai di depan kamar suaminya.
Tok tok tok
Tak ada sahutan dari dalam kamar itu.
Tok tok tok
Lagi-lagi tak ada respon apapun dari dalam kamar Arnon.
"Kemana dia? apa masih belum bangun juga." Dengan wajah kebingungan.
Melati memberanikan diri masuk kedalam kamar Arnon, namun di dalam sana tak nampak pria itu di sudut manapun.
"Kemana dia? apa mungkin sudah pergi."
Tanpa ia sadari seorang pria telah berdiri tepat di belakangnya dengan handuk yang hanya melilit di bagian pinggangnya. Pria itu tak lain adalah Arnon suaminya.
Melati membalikkan badannya dan ....
"Aaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk!"
"Hei! kenapa kau berteriak." Membungkam mulut istrinya menggunakan tangan kanannya.
Wajah keduanya berdekatan. Mata mereka juga saling menatap satu sama lain.
"Kau bisa tidak, tak membuat masalah sehari saja! kenapa kau selalu ribut saat dekat denganku." Menatap mata istri.
"Mata yang indah! kau seharusnya tak menutupinya dengan kacamata tebal ini," gumam Arnon dalam hati.
Arnon perlahan menarik kacamata yang digunakan oleh Melati. Ia ingin melihat lebih jelas lagi mata indah berwarna coklat itu.
Saat kacamata itu seutuhnya telah lepas, pria itu menyunggingkan senyumannya.
Melati mulai berontak. Ia berusaha melepas tangan Arnon yang membungkam mulutnya.
"Kau bisa diam tidak! jika kau tetap berontak, aku akan menciummu." Mendekatkan wajahnya ke arah wajah istrinya.
Melati yang tak ingin Arnon menciumnya, memilih diam mengikuti perkataan suaminya.
Dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat membuat pria itu lebih leluasa melihat setiap inci sudut wajah istrinya.
"Kenapa aku suka sekali memandangi wajah ini," gumamnya dalam hati yang diiringi senyum tampannya.
"Kenapa dia? apa sudah gila sampai tersenyum sendiri seperti itu," gumam Melati dalam hati namun mulutnya tetap di bungkam oleh suaminya.
Tok tok tok
Spontan keduanya menatap ke arah pintu dan mereka berdua langsung menjauhkan diri.
Krieetttt
Suara pintu terdengar dan seorang wanita paruh baya langsung menutup kedua matanya saat melihat Arnon dan Melati berdua di dalam kamar.
"Maaf ya, Sayang! jika Mommy mengganggu aktivitas kalian berdua." Langsung keluar dari kamar Arnon.
Keduanya masih mematung. Baik Arnon ataupun Melati masih dalam mode syok.
Saat kesadaran mereka kembali, Arnon langsung menatap istrinya. Begitu pula sebaliknya dengan Melati.
"Mom! tunggu, aku bisa menjelaskan semuanya, ini tak seperti apa yang mommy pikirkan," teriak Arnon dari dalam kamarnya.
"Ssssttttt! kau jangan teriak-teriak bisa tidak? percuma sampai urat lehermu putus, mommy tak akan mendengar," ucap istrinya.
"Salahmu juga yang keluar kamar hanya memakai handuk begitu! mommy berpikir yang tidak-tidak kan," sungut Melati pada suaminya.
"Kau juga salah! kenapa kau menyelinap masuk ke dalam kamarku." Arnon balik menyudutkan Melati dengan tatapan tajam.
"Aku ingin memanggilmu untuk sarapan, aku sudah mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban dari dalam, ya? aku masuk saja dan ternyata kau ada di dalam kamar mandi."
"Alasan! kau pasti ingin melihat tubuh indahku ini kan?"
"Hah! jangan mimpi, tubuh indah dari mana? tubuh ceking, kurus, mana mungkin aku tertarik."
Arnon mendorong tubuh istrinya sampai menempel di pintu kamarnya.
"Kau sungguh tak tertarik pada tubuhku? coba kau buktikan bagian mana yang kau bilang ceking dan kurus, Nyonya Arnon!" bisik suaminya sambil menyentuh daun telinga istrinya menggunakan hidung mancungnya itu.
Tubuh Melati langsung menegang mendapat perlakuan itu dari Arnon. Ia tak pernah berpacaran sebelumnya, jadi dirinya merasakan ada sensasi aneh yang baru pertama ia rasakan.
"Kau bilang tak tertarik padaku! tapi di sentuh sedikit saja sudah begini," gumam Arnon dalam hati.
"K-kau bisa menjauh dari hadapanku." Melati menatap mata Arnon dalam namun hatinya mulai ketar-ketir kebingungan menghadapi tingkah suaminya.
"Coba kau sentuh ini." Meletakkan telapak tangan istrinya tepat di dada bidangnya itu.
Wajah gadis itu langsung memerah. Ia merasa malu karena menyentuh dada bidang suaminya.
"Kau lucu sekali." Lagi-lagi Arnon tersenyum melihat ekspresi wajah istrinya yang memerah seperti cabai siap panen.
"Apa yang kau lakukan! aku mau keluar! cepat menyingkir dari hadapanku, aku lapar," pinta Melati.
"Sekali lagi kau mengatakan yang tidak-tidak tentangku? kau akan menerima akibatnya," ancam Arnon sambil menjauhkan dirinya dari Melati.
Gadis itu langsung berjalan dengan langkah cepat. Saat hendak membuka pintu, Arnon lagi-lagi berulah.
"Apa kau ketinggalan ini, Nona?" sambil memperlihatkan kacamata Melati yang berada di tangannya saat ini.
"Huh, kau memang suka ya mengerjaiku! kembalikan padaku! kau untuk apa sih mengambil kacamataku." Dengan bibir yang di majukan ke depan.
"Aku ingin memastikan saja matamu normal atau juling, hahahaha!" tertawa terbahak-bahak.
"Terserah kau saja! aku mau makan." Mengambil kacamata dari tangan suaminya kemudian berlari keluar dari kamar itu.
"Kenapa aku senang sekali membuatnya kesal ataupun malu ya? hahaha! ... dasar gadis aneh." Berjalan menuju walk in Kloset untuk berganti baju.
Setelah selesai berganti baju, Arnon keluar dari kamarnya menuju meja makan. Saat berjalan menuruni anak tangga, Melati juga turun tepat berada di belakang suaminya.
"Bukannya kau sudah makan dulu? kenapa baru turun?" tanya Arnon kebingungan.
"Bukan urusanmu." Melangkah lebih cepat dari langkah suaminya.
"Dasar wanita aneh," gumam pria itu sambil geleng-geleng kepala.
Kebetulan hari ini adalah hari Minggu, jadi semua keluarga Gafin ada di rumah.
"Selamat pagi, Kakak Ipar!" sapa dua adik kembar suaminya.
"Selamat pagi SaSi," balas Melati.
Semua orang yang ada di sana termasuk para pelayan di buat kebingungan dengan ucapan istri dari Arnon itu.
"SaSi?" tanya Arnon mengerutkan keningnya sambil menatap istrinya kebingungan.
"Iya SaSi? Sasa dan Sisi," jelas Melati yang mengerti jika semua orang kebingungan dengan perkataannya tadi.
"Ada-ada saja kau ini," ucap Arnon sambil mengambil makanan dan meletakkan di atas piringnya.
Saat merasakan makanan itu di suapan pertamanya, Arnon tahu jika masakan itu bukan pelayan yang memasaknya.
"Mommy yang masak?" tanya Arnon menatap ibunya.
"Kenapa? tidak enak ya." Susan balik bertanya pada putranya.
"Enak sekali, Mom! aku suka." Sambil melahap makanannya lagi.
"Kakak ipar hebat sekali, ajari aku memasak nanti ya, Kak!" pinta Sasa.
"Dia tahu apa sih! masakannya pasti tidak enak," celetuk Arnon.
"Kalau tidak enak kenapa kau memakannya sampai selahap itu." Melati menaik turunkan alisnya sambil menatap suaminya dengan tatapan meledek.
"Jadi ... ini kau yang masak?" tanya Arnon dengan mulut penuhnya.
Melati hanya bisa menganggukan kepalanya, dan semua orang tersenyum melihat tingkah konyol pasangan muda itu.
"Uhuk uhuk uhuk"
"Makanannya terlalu asin! aku sampai tersedak," ucap Arnon yang berpura-pura terbatuk-batuk kemudian mengambil segelas air dan meneguknya sampai habis.
"Mana yang asin, Kak? biar kami coba," celetuk Sisi.
"Oseng tempe itu asin! jangan dimakan." Arnon beranjak dari tempat duduknya, kemudian melangkah ke dalam kamarnya.
"Tadi bilang enak! sekarang asin! jika perutmu sudah kenyang jangan banyak bertingkah, dasar pria aneh," gumam Melati dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Habibah Qolbi
siaaap👍buat sebucin2nya Thor....biar nyahok ..
2023-05-10
0
Noer Anisa Noerma
🤣🤣🤣😊alasan yg tak berguna
2022-06-12
0
Taz
Wah sudah mulai iseng jailin, sudah mulai memuji. Pas ketahuan muji, langsung bilang yang sebaliknya.
sudah suka lihat Muka istrinya.
Hammmmm sepertinya bakal ada 💓💓💗💗💗💗💗💖💖💖💘
2021-10-27
0