Arnon keluar dari kamar mandi. Pria itu tak langsung mengambil ponselnya. Ia masih sibuk dengan laptopnya.
Setelah 1 jam kemudian, pria itu mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
Saat ia membuka kunci ponsel tersebut, dirinya langsung terkejut.
Di sana tertulis 32 panggilan tak terjawab dari "My Clara".
Arnon langsung menelpon Clara. Ia sadar jika kekasihnya itu tahu tentang berita pernikahannya dengan gadis pilihan ibunya.
5 kali ia menelepon kekasihnya, namun tak kunjung ada jawaban.
Setelah keenam kalinya baru Clara menjawab panggilannya.
"Kau jahat padaku Arnon," teriak Clara dari seberang telepon tersebut.
"Honey! ada apa? kenapa kau berteriak padaku?" dengan suara lembut tanpa ada rasa ingin membalas teriakan kekasihnya itu.
"Kenapa kau akan menikah dengan wanita lain? apa kau sudah bosan atau sudah tak cinta lagi padaku hah?" lagi-lagi dengan suara berteriak.
"Hei, Honey! kau dengarkan aku dulu, memang benar aku akan menikah 2 hari lagi, tapi ini semua hanya sebuah status saja! wanita yang akan dijodohkan padaku anak dari sahabat, Mommy! agar dia bisa masuk ke dalam keluarga kami dan Mommy bisa melindunginya, aku harus menikah dengannya, tapi hubungan itu hanya sebuah status saja, karena mommy sudah terlanjur menjodohkan aku dan dia saat Mommy kuliah."
"Jadi kau tak perlu khawatir! aku dan mommy sudah sepakat jika kita masih bisa tetap menjalin hubungan, media boleh tahu aku sudah menikah, namun semua itu hanya status saja! orang yang aku cintai hanya kau Clara Davidson." Dengan suara lembutnya.
"Kau sungguh dengan semua ucapanmu itu, Honey?"
"Iya, Honey! besok gadis itu akan datang kemari, mommy dan Papi akan menjemputnya," jelas Arnon.
"Besok aku pasti tiba disana, kau tunggu aku, Honey!"
"Kau tidak akan ...." Ucapan Arnon terpotong.
"Aku akan berangkat kesana sekarang! tunggulah aku." Menutup panggilan dari Arnon.
"Clara! kenapa kau senekat ini? tapi dengan begini aku tahu kau sangat mencintaiku." Tersenyum dengan perkataannya sendiri.
Keesokan harinya Susan dan Sandi telah berada di perjalanan menuju rumah Melati.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai.
Hadi menyambut keduanya dan mempersilahkan mereka masuk.
"Apa Melati sudah bersiap-siap?" tanya Susan pada Hadi.
"Iya, dia sudah bersiap! sebentar lagi pasti keluar."
Berselang beberapa detik, gadis itu keluar dari kamarnya dengan menggunakan dress berwarna aprikot selutut dengan rambut yang di kuncir kuda, kacamata tebalnya tetap menghiasi kedua matanya yang memiliki bulu mata lentik.
"Nah, ini dia! baru saja di bicarakan sudah datang," ucap Hadi tersenyum ke arah putrinya.
"Ayo, Sayang! kita berangkat sekarang," ajak Susan pada calon menantunya itu.
"Iya, Mom!"
"Pa! aku berangkat dulu ya? Papa harus jaga kesehatan,j ika ada waktu, aku pasti menjenguk Papa." Memeluk ayahnya.
"Iya, Nak! kau juga jaga kesehatan ya disana, dan ... aku titip putriku Susan, Sandi." Menatap besannya bergantian.
"Kau tenang saja, Hadi! kami sudah menganggap, Melati! seperti anak kami sendiri," jawab Sandi pada Hadi.
"Terimakasih!"
"Kalau begitu kami berangkat dulu ya," pamit Susan pada Hadi.
"Mama Anggi kemana, Pa?" tanya Melati.
"Mama masih pergi arisan."
"Aku berangkat dulu ya, Pa!" Melangkah menuju mobil keluarga Gafin yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, mereka sampai dirumah besar yang sangat mewah.
"Ayo, Sayang! kita turun," ajak Susan pada calon menantunya.
Semua pelayan memberi hormat kepada Susan, Melati, dan Sandi.
"Saya ingin memperkenalkan seseorang kepada kalian semua! ini Melati calon istri Arnon dan dia akan menjadi Nyonya muda di keluarga Gafin! apa kalian semua paham?" dengan suara lembut namun tegas.
"Kami paham Nyonya," jawab para pelayan serempak yang berjumlah 9 orang.
"Melati? Mommy akan memperkenalkan kepala pelayan padamu! ini kepala pelayan Mirna, kami semua memanggil pelayan dengan sebutan "Mbak", kecuali, Kepala Pelayan Mirna! entah itu tua atau muda semua sama, supaya lebih akrab! apa kau paham, Sayang?"
"Iya, Mom! aku paham." Menganggukan kepalanya.
"Kalian semua boleh kembali bekerja," ucap Susan.
"Baik Nyonya." Dengan serempak.
Suara para pelayan menggema sampai terdengar ke kamar Arnon.
"Ada apa sih dih bawah? kenapa berisik sekali." Melangkah keluar dari kamarnya kemudian melihat dari lantai atas.
"Ada apa ...."ucapan pria itu terpotong saat Melati menoleh ke arahnya.
"Kau," teriak Melati pada Arnon.
"Kalian sudah saling kenal bukan?" tanya Susan berlagak tak tahu apa-apa tentang keduanya.
"Iya," jawab Arnon singkat.
"Jadi dia calon suamiku?" menatap Susan penuh kebingungan.
"Iya, Sayang! dia Arnon anak, Mommy!" Tersenyum kikuk.
"Arnon! ayo turun, bawakan koper Melati ke atas," pinta Susan pada putranya.
Dengan langkah tak bersemangat pria itu turun mendekat ke arah Melati.
"Kemarikan kopermu! aku akan membawanya ke atas." Mengulurkan tangannya.
"Tidak perlu! aku bisa membawanya sendiri," tolaknya tanpa basa basi.
"Baguslah kau tahu diri juga rupanya," Celetuk Arnon lagi.
"Arnon bersikaplah sopan pada calon menantu Papi." Dengan tatapan mengintimidasi.
"Iya, Pi! maaf."
Tiba-tiba suara seorang wanita mengagetkan mereka semua.
"Honey! aku pulang." Berlari memeluk Arnon di depan kedua orang tuanya.
"Honey! aku juga sangat merindukanmu." Membalas pelukan wanita itu yang tak lain adalah Clara.
Perlahan pelukan mereka berdua terlepas.
"Halo, Mommy dan Papi," sapa Clara pada orang tua Arnon.
Melati masih bingung siapa gadis ini? dan kenapa ia memeluk Arnon.
"Mana calon istri palsumu, Honey?" tanya Clara yang to the poin tanpa berbelit-belit.
"Apa maksud wanita ini," gumam Melati dalam hati.
"Ini calon istri Arnon," ucap Susan pada Clara sambil tersenyum.
"Mommy tak salah? Ini yang ingin Mommy jodohkan dengan putra, Mommy? ayolah Mom? jangan bercanda, dia bukan tipe Arnon sama sekali, carilah yang lebih baik darinya," ucap Clara tanpa memikirkan perasaan orang yang sedang ia bicarakan.
Hati Melati terasa sakit mendengar semua perkataan Clara. Ia merasa dirinya tak pantas berada di sekitar Arnon, bahkan menjadi istrinya pun ia tak pantas.
Belum juga Susan menjawab pertanyaannya, Clara lagi-lagi mengoceh.
"Uppsssss! aku lupa jika dia hanya istri palsu saja ya, Mom!" dengan nada mengejek.
"Mom apa maksud dari Nona ini?" tanya Melati dengan suara lembutnya.
"Emmmmm! begini, Sayang! ...." Perkataan Susan terpotong oleh Clara.
"Biar aku yang menjelaskan, Mom! kau memang menikah dengan, Arnon! tapi itu hanya status saja, Arnon masih tetap menjalin hubungan denganku! perkenalkan, aku Clara Davidson kekasih Arnon Marvion Gafin." Dengan nada sombongnya.
Melati benar-benar syok mendengar kenyataan itu, jadi dirinya hanya berstatus istri, namun tak bisa memiliki suaminya sendiri, dan pria itu masih tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.
"Jadi pernikahan ini bisa dikatakan sebuah kepalsuan?" tanya Melati sambil menggenggam erat koper yang ia pegang.
"Iya bisa dikatakan begitu," jawab Clara sekenanya.
"Maafkan Mommy, Mel! ini cara satu-satunya agar Mommy bisa menjagamu sesuai dengan janji Mommy dan mamamu." Dengan wajah penuh rasa bersalah.
Sandi tak ingin ikut campur, dia hanya bisa mendengarkan semua pembicaraan mereka.
"Tidak apa-apa, Mom! mungkin ini memang jalan hidupku! Mommy tak perlu merasa bersalah,i ni sudah takdir dan aku yakin suatu saat pasti kebahagiaan akan datang padaku." Menatap ke arah Susan sambil tersenyum.
Arnon yang mendengar semua perkataan Melati terkejut. Ia berpikir gadis itu mungkin akan membuat kekacauan untuknya dan Clara, ternyata itu berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan.
"Dan kau, Nona? kau sangat cantik sekali! kau juga sempurna, jadi tidak salah jika calon suamiku jatuh cinta padamu." Tersenyum ke arah Arnon dan Clara.
"Kenapa gadis ini seperti orang yang sedang merelakan kekasih untuk orang lain," gumam Arnon dalam hati.
"Dia tak akan tertarik pada gadis jelek sepertiku, jadi kau tenang saja," ucap Melati meyakinkan Clara.
"Mom! kamarku di sebelah mana?" tanya Melati yang sedari tadi sudah menahan air matanya.
"Di sebelah kamar, Arnon! kamar paling tengah," jawab Susan dengan raut wajah merasa bersalah.
"Aku ke atas dulu." Melangkah menuju kamarnya.
Saat gadis itu sudah berada di kamarnya, ia sudah tak sanggup lagi menahan air mata yang dari tadi ingin sekali jatuh.
Melati menangis sejadi-jadinya. Ia tak menyangka ternyata nasibnya benar-benar tak beruntung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Ita Sinta
Clara astaga🤦
2022-11-02
0
dite
emak bapaknya arnon gak dihargai si clara ui, gilak gak ada etikanya itu cewe wkwkwkw
kok mau ya si susan ama si sandi diinjek di rmh sendiri
2022-06-27
0
Noer Anisa Noerma
sabar melatii
2022-06-12
0