Arnon sudah berada di dalam kamar mandi. Pria itu langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
Badannya terasa panas oleh gairah. Ia tak menyangka pengaruh Melati begitu besar padanya, bahkan selama berpacaran dengan Clara ia tak pernah seperti ini.
"Ah! kenapa aku bisa terpancing olehnya."
Arnon terus mengguyur tubuhnya dengan air dingin agar kabut gairah yang menyelimutinya cepat enyah dari tubuh jangkung itu.
Sedangkan Melati menyandarkan tubuhnya di pintu kamar.
Gadis itu terus menyentuh benda kenyal miliknya. Pergerakan bibir Arnon masih terasa olehnya, ia memejamkan mata dan terbayang saat suaminya memakan habis benda kenyal itu.
Melati sadar dari lamunannya. Ia menepuk-nepuk pipinya kasar.
"Melati sadarlah! dia mungkin hanya terbawa suasana, kau tahu sendiri bukan, jika pria itu sudah punya kekasih? tadi saja di setelah melakukan itu padamu ... dia meminta maaf." Masih terus menepuk-nepuk pipinya.
Gadis itu berjalan menuju wastafel dan membasahi wajahnya dengan air.
"Sadar Melati! kau hanya istri sementaranya, buang jauh-jauh pemikiran dangkalmu itu." Menatap pantulan wajahnya yang berada di cermin.
"Kau dan dia teman dan akan selalu begitu, sampai kalian berpisah pun akan selalu menjadi teman," gumam Melati pada pantulan dirinya di cermin.
Arnon telah selesai melakukan ritual mandinya. Ia keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah segar.
Saat bola mata pria itu menatap ke arah ranjang, di sana tampak penuh dengan tumpukan baju. Satu detik kemudian bibir pria itu menampilkan senyumnya.
"Seharusnya dia yang memasukkan baju-baju itu ke dalam koper, dasar gadis aneh!" sambil terus tersenyum.
Kepala pelayan Mirna berjalan menuju kamar Melati dan mengetuk pintu kamar Nonanya.
Tok tok tok
Tok tok tok
Namun tetap tak ada sahutan dari dalam kamar Nona mudanya.
Arnon keluar dari kamarnya hendak turun kebawah, namun pria itu melihat Mirna tengah berada di depan pintu kamar istrinya.
"Kepala pelayan Mirna? apa yang kau lakukan di situ?" tanya Arnon.
"Saya ingin memberikan barang kiriman dari nyonya untuk Nona Melati," jawabnya.
"Oh, kiriman dari, Mommy! biar aku yang memberikannya, ada dimana barangnya sekarang?"
"Ada di bawah, Tuan muda! biar saya ambilkan." Berjalan mengambil barang yang di kirim oleh Susan.
Mirna membawa 5 paper bag berukuran besar di tangannya. Di sana sudah tersedia dari mulai baju, sandal, sepatu, tas, dan alat makeup bermerk tentunya.
Arnon membuka pintu kamar Melati.
"Letakkan di dalam saja." Melangkah masuk ke dalam kamar Melati.
Mirna mengekori Tuan mudanya dan meletakkan semua barang-barang itu di dekat ranjang Melati kemudian pergi dari ruangan tersebut.
Kalau Arnon tak usah ditanya lagi, pria itu masih ingin melihat gadis yang tengah tertidur pulas di atas ranjang dengan posisi meringkuk seperti bayi.
Arnon menarik selimut untuk menyelimuti tubuh istrinya. Pria itu terus memandangi wajah Melati yang nampak polos saat tertidur.
"Saat kau tertidur begini, kau terlihat seperti anak kucing yang sangat lucu, tapi saat bangun ... kau seperti burung yang baru selesai di beri makan sangat cerewet sekali."
Arnon duduk di samping Melati, ia ingin melihat wajah polos itu lebih dekat lagi. Entah kenapa hatinya terdorong ingin melakukan hal itu.
Ponsel Melati yang berada di atas nakas tiba-tiba berbunyi.
Arnon melihat kearah ponsel istrinya dan di sana tertera nama "Papa".
"Halo Mel?"
"Maaf Pa ini Arnon bukan Melati," jawab Arnon sopan pada mertuanya.
"Istrimu kemana, Nak?"
"Melati masih tidur Pa."
"Sampaikan saja pada istrimu, Papa rindu padanya," jelas Hadi pada menantunya.
"Baik Pa," jawab Arnon kemudian panggilan diputus oleh Hadi.
Arnon meletakkan kembali ponsel Melati ke tempat semula. Pria itu hendak bangun namun suara Melati menghentikannya dan ia menatap ke arah sang istri.
"Ma jangan tinggalkan aku, aku rindu, Mama!" dengan mata yang tetap terpejam.
"Ternyata dia mengigau." Tersenyum dengan tingkah konyol istrinya.
"Ma hiks hiks hiks, jangan tinggalkan aku hiks hiks hiks." Air mata Melati mulai menetes.
Arnon mendekat kearah istrinya hendak menghapus air mata itu, namun saat tangannya menyentuh wajah Melati. Gadis itu langsung menarik tangan Arnon dan memeluknya erat.
Pria itu terkejut dengan perlakuan Melati padanya. Ia berusaha melepaskan tangan istrinya, namun usahanya tak membuahkan hasil. Yang ada Melati semakin erat memeluk tangannya.
"Apa yang dia lakukan? lepaskan aku gadis aneh," gumam Arnon yang ingin gadis itu melepaskan pelukannya pada tangannya.
"Hiks hiks hiks hiks." Tangis Melati terdengar kembali.
Arnon memutar bola matanya jengah. Mau tak mau ia harus pasrah dengan keadaan ini. Perlahan pria itu mulai berbaring di samping Melati dan meng-sejajarkan dirinya dengan sang istri.
Melati bukan hanya memeluk tangan Arnon, namun ia juga meletakkan kepalanya di dada bidang suaminya sesaat setelah pria itu berbaring di sampingnya..
"Jangan pergi Ma hiks hiks," ucap Melati di luar alam bawah sadarnya sambil meneteskan air mata.
"Aku tak akan pergi, tidurlah yang nyenyak," ucap Arnon menenangkan istrinya sambil mengusap punggung Melati dengan lembut.
Tanpa sadar Arnon juga tertidur dan mereka berdua berbaring dalam satu ranjang yang sama dan kasur yang sama.
Susan tersenyum merekah masuk ke dalam rumah mewahnya. Ia nampak sangat bahagia sekali.
"Arnon dan Melati ada dimana, Kepala Pelayan Mirna?" tanya Susan.
"Mereka berdua ada di atas, Nyonya!"
Tanpa pikir panjang Susan langsung menuju kamar putranya. Saat ia membuka pintu kamar itu tak ada siapapun di sana.
"Kemana anak itu? apa mungkin ada di kamar mandi? Sudahlah aku ke kamar Melati saja." Menuju kamar menantunya.
Saat pintu terbuka, Susan di buat terkejut dengan pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Dua manusia yang tak saling suka bisa berada di dalam satu ranjang yang sama bahkan mereka berdua terlihat sangat intim sekali.
Senyum Susan mengembangkan sempurna. Baginya ini merupakan perkembangan yang sangat cepat, bagaimana tidak, putranya yang sangat tergila-gila dengan Clara bisa berada dalam satu ranjang yang sama dengan istri yang di jodohkan olehnya.
"Arnon Mommy tahu, suatu saat nanti kau pasti akan jatuh pada pesona istrimu, Sayang! dia yang setiap hari ada di dekatmu dan dia juga yang akan memenangkan hatimu." Tersenyum merekah.
Susan kembali menutup pintu kamar menantunya dengan sangat pelan karena takut mengejutkan pasangan muda yang tengah saling berbagi ranjang itu.
Jarum jam telah berada di angka 5 sore,dua manusia beda jenis itu masih belum ada tanda-tanda akan terbangun dari tidur mereka.
Melati perlahan menggerakkan kepalanya yang berada tepat di dada bidang Arnon. Ia masih belum membuka matanya, namun wangi dari tubuh Arnon menyeruak masuk kedalam rongga hidungnya.
Gadis itu membuka matanya dan menatap kearah Arnon yang tengah tertidur pulas.
Tak ada reaksi apapun karena kesadaran Melati masih ada di level 50 persen. Saat kesadaran itu mulai kembali terisi penuh,ia melihat tangannya sedang memeluk tangan Arnon dan kepalanya berada sangat dekat dengan dada bidang pria itu, kemudian ....
"Aaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk," teriak Melati sambil menjauhkan dirinya dari tubuh Arnon.
Pria itu tersentak dengan teriakan istrinya. Ia menatap Melati dengan tatapan kesal.
"Kenapa kau selalu berteriak! bisa-bisa aku terserang penyakit jantung jika kau setiap hari mengagetkanku," sungut Arnon sambil merebahkan tubuhnya kembali.
"Kenapa kau masih tidur lagi? cepat bangun dan keluar dari kamarku," usir Melati pada suaminya.
"Kau saja yang keluar, aku mau tidur."
"Ini kamarku, cepat keluar!" berusaha mendorong tubuh Arnon.
"Kau sedang apa sih! aku masih mengantuk." Menarik selimut menutupi tubuhnya.
"Cepat keluar! ini kamarku! ayo bangun Arnon," teriak Melati agar pria itu bangun.
"Ini kamar ...." Arnon membuka matanya lebar-lebar.
"Kenapa berhenti berbicara! ini kamar siapa?" Melati menatap suaminya penuh intimidasi.
Pria itu langsung beranjak dari ranjang istrinya dan berjalan menuju kearah pintu, namun sebelum keluar ia membalikkan badannya.
"Aku tak akan tidur disini jika kau tak memeluk tanganku dengan erat, jadi ini semua salahmu bukan salahku dan satu lagi jangan suka berteriak nanti orang di dekatmu pasti akan pingsan mendengarnya." Tersenyum kemudian keluar dari kamar itu.
"Dasar pria aneh! jika kau memang tak ingin tidur disini, kenapa kau tak melepaskan tanganku? kenapa kau malah pasrah," gerutu Melati sambil memukul bantal yang ada di depannya.
Melati terus memukul bantal dan guling yang berada di dekatnya. Ia membayangkan jika semua benda yang ia pukul itu wajah Arnon. Bahkan bukan hanya memukul, ia juga mencekik guling dan menginjak-injak bantal itu untuk menyalurkan emosinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
😆😆😆😆😆
2022-06-12
0
Taz
Melati benar benar lucu
2021-10-27
0
Taz
Melati benar benar lucu
2021-10-27
1