Arnon berjalan menuju kearah kamarnya. Saat hendak membuka handel pintu, Kepala pelayan Mirna memanggilnya.
"Maaf, Tuan muda! Nyonya menunggu anda di ruang keluarga."
"Baiklah! tolong masukkan semua bajuku yang ada di atas tempat tidur ke dalam koper." Melangkah menuju ruang keluarga.
Arnon duduk di sofa tepat di samping sang ibu. Ia melihat ibunya tengah tersenyum-senyum sendiri saat melihat sebuah kotak kecil di tangannya. Sampai kedatangannya pun tak di ketahui oleh Susan karena wanita itu sedang asyik dengan imajinasinya sendiri.
"Mom," panggil Arnon.
Susan tersadar dari lamunannya. Ia menatap sang putra sambil tersenyum kikuk.
"Sejak kapan kau datang, Ar?"
"Sejak Mommy sibuk dengan kotak kecil itu." Dengan nada sedikit kesal.
"Hehehe ... maaf ya, Sayang!"
"Ada apa Mommy memanggilku kemari!" menatap kotak kecil yang ada di tangan ibunya.
"Ini untukmu dan Melati, kau tidak boleh menolak apa yang sudah Mommy atur! bukalah, Nak!" tersenyum ke arah putranya.
Arnon menerima kotak kecil yang di berikan oleh Susan. Saat pria itu membuka dan melihat isinya, ia mengerutkan keningnya.
"Ini tiket pesawat dan kunci? untuk apa Mom?" tanya Arnon bingung.
"Itu kunci Villa keluarga kita yang ada di Bali dan tiket pesawat itu untukmu dan Melati," jelas Susan.
"Kenapa harus di Villa Mom! aku tidak ingin menginap di sana, aku ingin di hotel yang sama dengan yang lain dan tiket pesawat ini juga aku tidak perlu, Mom! Clara sudah mengurus semuanya " Dengan wajah kesal tingkat akut.
"Jika kau menolak semua itu? kau tak perlu ikut mereka, lagi pula apa gunanya kau berlibur bersama teman-temanmu jika istrimu kau tinggal di sini dan yang pasti media akan menulis artikel jika kau berselingkuh dengan mantan pacarmu di Bali," jelas Susan dengan tatapan dingin.
"Kenapa Mommy selalu mengaturku! bukankah kita sudah sepakat jika aku masih tetap boleh berhubungan dengan Clara meskipun aku sudah menikahi, Melati? bukankah pernikahan ini hanya formalitas," ucap Arnon dengan nada sedikit meninggi.
"Kau benar, Arnon! pernikahan ini hanya formalitas dan kau tenang saja, Mommy akan segera mencarikan suami penggantimu setelah kalian berdua berpisah! bukankah kalian hanya berencana menikah selama sebulan?" tanya Susan menatap Arnon tajam.
Wajah pria itu menegang ketika sang ibu mengetahui perjanjiannya dan Melati.
"M-Mommy tahu dari mana tentang perjanjian kami?" dengan wajah yang sudah memucat.
"Kau tidak perlu tahu Mommy tahu darimana, yang jelas setelah perjanjian kalian sudah selesai, Mommy akan mencarikan suami untuk Melati yang bisa menjaganya sampai ia tua, bahkan jika perlu Mommy akan mencarikannya mulai dari sekarang! jadi saat kalian telah sah bercerai, Melati bisa langsung menikah dengan pria beruntung itu," jelas Susan dengan nada sedikit mengancam.
Dada Arnon terlonjak mendengar ucapan sang ibu, ia seakan tidak ingin miliknya di ambil oleh orang lain, namun pria itu lagi-lagi mengabaikan perasaannya.
"Baiklah aku akan menerima apa yang sudah Mommy rencanakan, tapi ini hanya sebatas aku tak ingin nama baikku tercoreng karena pemberitaan media." Dengan wajah datar kemudian melangkah menuju kamarnya.
"Mommy akan terus berusaha agar kau bisa sadar jika Melati penting bagimu, Nak! Mommy melakukan ini semua demi kebaikanmu kelak. Mommy tak akan memberitahumu tentang Clara yang sebenarnya, biar kau mengetahuinya sendiri." Sambil menatap punggung putranya yang perlahan lenyap.
Melati menatap semua barang pemberian mertuanya dengan wajah tak dapat di artikan lagi.
"Kenapa banyak sekali? astaga, Mommy! kenapa harus selengkap ini, aku hanya berlibur bukan ingin pergi pemotretan! sampai alat makeupnya juga selengkap ini." Sambil menepuk jidatnya karena pusing dengan semua barang yang berada di hadapannya saat sekarang.
Gadis itu hanya memasukkan beberapa dress dan dua setel baju serta sepatu dan sandal masing-masing hanya sepasang.
Keesokan harinya Melati sudah bersiap karena kepala pelayan Mirna telah memberitahunya jika jadwal keberangkatan ke Bali jam 7 pagi.
Arnon juga telah selesai bersiap.Ia membawa kopernya dan menyuruh salah satu pelayan untuk membawanya ke mobil.
Pria itu sudah berada di meja makan. Ia hanya sarapan roti dan selai coklat serta satu gelas susu hangat.
Melati menuruni tangga sambil menggendong ransel yang berukuran sedang. Ia berjalan menuju meja makan untuk sarapan.
Di sana tak ada perbincangan apapun, keduanya asyik dengan sarapannya masing-masing.
"Tuan muda sekarang waktunya berangkat ke bandara," ucap Mirna.
"Tapi aku belum selesai," celetuk Melati.
"Makan saja di mobil, jangan lupa susunya habiskan dulu." Arnon melangkah menuju mobil.
Melati mengekori langkah kaki suaminya sambil memakan sisa roti yang tinggal separuh.
"Kau bisa pelan-pelan tidak? aku susah mengikuti langkahmu," ucap Melati sambil berlari kecil.
"Kakimu saja yang pendek tak bisa mengejar langkah kakiku," ledek Arnon.
Gadis itu hanya bisa memanyunkan bibirnya. Mereka berdua masuk kedalam mobil dan berangkat menuju bandara.
Keduanya telah sampai di bandara. Melati masih setia menggendong ranselnya, sementara Arnon tampil dengan gaya kasual nya dengan kacamata hitam bertengger di kedua matanya, sedangkan kopernya di bawakan oleh supir.
Semua orang menatap pria itu dengan tatapan kagum bahkan ada yang sampai meneriaki namanya.
Melati hanya bisa mengamati itu semua tanpa bisa berkata apa-apa karena dunia ke-artisan di luar dunianya.
Mereka berdua sudah duduk di dalam pesawat yang tengah mengudara.
Melati diam saja saat berada di dalam pesawat, wajahnya pucat dan berkeringat dingin.
Gadis itu duduk tepat di samping suaminya. Ia sebenarnya ingin memberitahu Arnon jika perutnya terasa tak enak.
Arnon asik dengan earphone yang menempel di kedua telinganya tanpa tahu kondisi Melati.
Saat Arnon tak sengaja menoleh kearah istrinya, ia merasa aneh dengan wajah Melati yang nampak pucat.
"Kau kenapa? apa kau sakit?" tanya Arnon sambil membuka earphone di telinganya.
"Perutku terasa tak enak." Sambil memegang perutnya.
"Apa kau baru pertama kali ini naik pesawat?" tanya Arnon dengan tatapan tak percaya.
Melati hanya bisa menganggukkan kepalanya. Kepalanya terasa pusing sedangkan tangannya sudah berkeringat dingin.
"Astaga! apa gadis ini mabuk? huh! jangan sampai dia muntah di sini."
"Kau istirahatlah dulu, jika sudah sampai aku akan membangunkanmu," pinta Arnon.
Tanpa pikir panjang gadis itu mulai memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tidur meski dirinya tak ingin tidur.
Arnon masih menatap Melati. Ia tahu jika Melati tak bisa tidur. Tak ada cara lain, ia harus turun tangan sendiri.
"Kemarilah!" menarik pundak Melati dan meletakkan kepala gadis itu di pundaknya sambil mengusap kepala istrinya lembut.
Perlahan gadis itu mulai tenang. Aroma tubuh Arnon seakan menghipnotisnya untuk segera tidur dan tak lama kemudian gadis itu tidur bersandar di pundak Arnon.
Arnon tak merasakan pergerakan Melati sama sekali, saat pria itu melihat kearahnya, benar saja istrinya sudah tertidur pulas.
"Kenapa kau tak bilang padaku jika ini baru pertama kali kau naik pesawat." Menatap wajah Melati.
Arnon bergeser lebih dekat dengan Melati agar kepala gadis itu tak terlalu jauh dari pundaknya.
Pria itu hanya bisa tersenyum saat menatap Melati yang tengah tertidur pulas di pundaknya.
"Semoga kau tak menyusahkan aku saat kita sudah sampai," gumam Arnon sambil terus mengusap kepala istrinya lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
sayang tapi gengsi
2022-06-12
0
Zainab Ddi
wah bulan madu ni yee
2022-03-15
0
Taz
Clara melakukan apa ya????
Apakah Arnold akan mengetahui?? Dengan cara apa?
2021-10-27
0