Tepat jam 4 sore Melati tiba dirumahnya.
Anggi dan Agnez sedang berada di ruang keluarga, letak kamar Melati harus melewati ruangan itu.
Saat gadis itu melintas suara Anggi mulai menggelegar.
"Heh,kamu kesini," pinta Anggi pada Melati dengan nada memerintah.
Melati menoleh kearah sumber suara itu.
"Mama memanggilku." Dengan nada suara tak yakin.
"Iyalah,memang siapa lagi jika bukan kamu." Dengan nada ketusnya.
Melati mendekat kearah Anggi dan Agnez yang sedang asyik berbincang sambil di temani oleh setoples camilan.
"Iya, Ma! ada apa?"
"Kamu sengaja ya tadi pagi tidak membuatkan kami sarapan." Sambil menatap Melati dengan tatapan sadisnya.
"Maaf, Ma! tadi aku harus ke makam Mama Marry dan di kantor juga ada breafing."
"Hah,orang kalau sudah meninggal tidak perlu sering di kunjungi, dia tidak akan hidup lagi."
Deg deg deg
Hati Melati seakan di serang oleh ribuan anak panah.
"Tuhan! kuatkan aku," ucapnya dalam hati.
"Aku tidak sering mengunjungi makam Mama Marry, Ma! hari ini tepat meninggalnya beliau, aku hanya rindu dengan Mamaku." Menahan air mata yang hendak keluar dari pelupuk matanya.
"Halah! tidak usah banyak alasan! kau sebenarnya sudah bosan kan setiap hari harus memasak untuk kami." Dengan nada super ketusnya.
"Aku tidak pernah ada pemikiran seperti itu, aku tak pernah bosan memasak untuk keluarga ini, apalagi memang tugas seorang wanita untuk memasak kan, Ma? disini juga ada papa yang harus aku perhatikan, tadi pagi memang waktuku tak mencukupi untuk membuat sarapan." Berusaha menjelaskan agar ibu tirinya itu mengerti.
"Kenapa kau tak bangun lebih pagi! kau bisa kan?"
"Aku ingin bangun lebih pagi, Ma! tapi tubuhku juga harus cukup istirahat, Mama tahu sendiri kan jika aku harus bekerja."
"Banyak alasan kau rupanya ya!" berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah Melati.
"Kenapa tidak Mama atau Kak Agnez saja yang menggantikan aku memasak jika aku tidak bisa, Ma! kenapa Mama seakan tak suka padaku! aku salah apa?" dengan nada sedikit berteriak namun masih terdengar lembut.
"Kau mulai berani ya melawanku, apa kau berpikir kau sudah cukup dewasa untuk membantah perintahku! kau harus ingat, jika papamu itu tidak bangkrut, hidupku dan putriku tak akan seperti sekarang ini," jelasnya tanpa rasa malu.
Melati sudah cukup sabar mendengar ucapan ibu tirinya itu, Sekarang kesabarannya sudah diambang batas. Ia tak ingin ayahnya seakan menjadi penyebab penderitaan mereka saat ini yang hidup seadanya tanpa bergelimang harta.
"Cukup, Ma! aku tak ingin melawan, Mama! aku sudah menganggap Mama sebagai ibuku sendiri, tapi Mama selalu membedakan aku dan Kak Agnez, perusahaan bangkrut karena ulah Mama yang selalu berfoya-foya dengan teman sosialita, Mama! jadi jangan salahkan papa jika perusahaan kita bangkrut." Sambil menaik turunkan dadanya yang mulai terasa sesak.
"Hei, Melati! kau diam saja! kau ini anak kemarin sore tidak perlu menceramahi, Mamaku! kenapa kau tak ikut saja sekalian dengan Mamamu itu," ucap Agnez yang membela sang Mama untuk menutupi kebohongan ibunya.
"Cukup!" suara teriakan seseorang.
"Melati kau masuk ke kamar dulu," Pinta seseorang yang berteriak tadi yang tak lain adalah Hadi.
Gadis itu langsung berlari menuju kamarnya.
Ia langsung menumpahkan segala emosi yang ia tahan sedari tadi dengan menangis.
"Kenapa kalian tak suka padaku? aku salah apa? aku selama ini tak melawan karena aku ingin kalian bersikap baik padaku dan bisa berubah, tapi kenapa kalian masih tetap seperti itu." Sambil terus meneteskan air matanya.
Di ruang tamu Anggi dan Agnez tak percaya jika Hadi akan pulang lebih cepat dari jadwalnya hari ini.
"Jadi begini ya sikap kalian terhadap Melati selama ini? aku sungguh tak percaya kau bisa setega ini pada anakku, Anggi! aku menyayangi Agnez sama seperti aku menyayangi putriku sendiri, tapi kau ...." Hadi sudah kehabisan kata-kata karena mengetahui kenyataan yang selama ini tak pernah ia duga.
"Maaf, Pa! Mama janji tidak akan seperti itu pada, Melati!" Berlutut dihadapan suaminya.
"Iya, Pa! aku juga minta maaf, aku salah," ucap Agnez sambil meneteskan air matanya.
"Aku tidak percaya dengan kalian," berkata tanpa melihat kearah keduanya.
"Kami janji, Pa! akan berubah, Tuhan saja maha pengampun, jadi tolong maafkan kami Pa," Bujuk Anggi pada suaminya.
"Huh, baiklah! aku akan memaafkan kalian, tapi dengan satu syarat.mulai sekarang kalian berdua yang harus mengerjakan pekerjaan rumah." Melangkah pergi meninggalkan dua wanita jahat itu.
"Ini semua gara-gara si Melati itu, Ma!" ucap Agnez dengan nada kesal.
"Kau tenang saja, Sayang! kita akan membalas perbuatan gadis itu." Dengan raut wajah penuh kebencian.
Di rumah keluarga Gafin, Susan tengah menunggu putranya pulang.
"Arnon kemana ya? kenapa belum pulang juga." Sambil melihat kearah jam dinding.
Setelah menunggu 20 menit akhirnya orang yang ditunggu-tunggu oleh Susan datang.
"Kau sudah pulang, Nak?" tanya Susan tersenyum ke arah putranya.
"Iya, Mom! kenapa Mommy masih belum tidur?" menghampiri ibunya dan memeluk sang ibu.
"Mommy sedang menunggumu, Nak! ada yang ingin Mommy bicarakan padamu." Dengan raut wajah serius.
"Masalah apa, Mom?" tanya Arnon duduk disamping ibunya.
"Mommy ingin kau segera menikah."
"Oh, masalah itu, Mommy tenang saja ya? saat Clara sudah pulang kami akan segera menikah." Dengan wajah bahagia.
"Bukan dengan dia, Ar! tapi dengan anak sahabat Mommy."
Bagai disambar petir, wajah Arnon yang semula menyunggingkan senyum, langsung menghilang saat mendengar perkataan sang ibu.
"Apa maksud, Mommy! aku dan Clara sudah bertahun-tahun pacaran, Mom? jadi aku tak bisa menerima perjodohan ini." Dengan raut wajah kacau.
"Sebelum kalian pacaran, Mommy dan Tante Marry sudah menjodohkan kalian berdua, Sayang." Menyentuh pundak anaknya.
"Maaf, Mom! aku tak bisa." Beranjak menuju kamarnya.
"Arnon! Mommy mohon padamu, ini keinginan terakhir tante Marry," teriaknya sambil menatap punggung putranya yang menaiki tiap anak tangga.
Arnon sesaat berhenti mendengar ucapan sang ibu, namun pria itu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.
Pria itu langsung menjatuhkan badannya ke ranjang yang berukuran king size.
"Cobaan apalagi ini Tuhan! kenapa aku tak bisa bahagia bersama orang yang aku cintai." Sambil mengusap wajahnya kasar.
Pria itu mengambil foto Clara yang ia pajang di atas nakasnya.
"Clara! aku harap kau cepat kembali, agar perjodohan ini bisa dibatalkan."
"Aku hanya mencintaimu, aku tak bisa bersama wanita lain." Memeluk foto kekasihnya.
Keesokan harinya Arnon dan asisten pribadi makan di sebuah restoran bintang lima, kebetulan sekali hari ini dia tak ada jadwal pemotretan.
"Anda ingin pesan apa, Tuan?" tanya Pram pada bosnya.
"Spaghetti dan lemon tea, dessertnya puding coklat."
"Baik, Tuan!" sambil memanggil seorang pelayan.
Pelayan wanita itu datang.
"Mau pesan apa, Tuan?" tanya pelayan wanita itu yang tak lain adalah Melati.
"Spaghetti, lemon tea, dan puding coklat," ucap Pram.
"Masing-masing 1 porsi atau 2?"
"1 porsi saja, Mbak!" Pram menjawab pertanyaan Melati sambil tersenyum kearahnya.
Arnon terus menatap kepergian Melati.
Gadis itu tak menyadari jika pria yang duduk memakai masker dan berkacamata hitam itu adalah Arnon.
"Gadis bermata empat itu lagi? kenapa aku selalu saja bertemu dengannya? hah,hariku pasti sial," gumamnya namun dapat di dengar oleh Pram meski volume suara Arnon sudah terdengar seperti orang berbisik.
"Siapa yang dimaksud anda, Tuan?"
"Siapa lagi jika bukan pelayanan bermata empat tadi." Dengan nada kesal.
"Anda mengenalnya, Tuan?"
"Tidak! dan aku tak ingin mengenalnya,jika aku bertemu dengannya pasti hariku akan sial," jawabnya dengan ketus.
Pram hanya bisa tersenyum dengan tingkah bosnya. Pasalnya sejak dia menjadi Asisten Arnon, ia tak pernah melihat pria itu kesal kepada seorang wanita manapun. Hanya Pelayan tadi yang membuatnya seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Ita Sinta
itu jodoh mu ganteng😁
2022-11-02
0
Noer Anisa Noerma
itu tanda tanda
2022-06-12
0
Maura
visual dong thor
2022-06-07
0