Susan terlihat begitu cemas dengan keadaan putra dan menantunya. Ia terus mondar mandir di dalam kamarnya sambil menangkup kedua tangannya di dada.
"Mommy jangan mencemaskan mereka, Papi yakin mereka berdua akan baik-baik saja," ucap Sandi pada istrinya.
"Papi bisa saja berkata seperti itu jika sekarang tidak turun hujan, Papi lihat saja sendiri, hujannya sangat lebat, Mommy sangat mengkhawatirkan mereka, Pi!"
"Mommy tenang dulu ya." Menghampiri Susan dan memeluknya erat.
"Nona dan Tuan muda sudah kembali, Nyonya! mereka sudah ada di kamar masing-masing," ucap Mirna pada majikannya.
Susan langsung berlari kecil menuju kamar Arnon setelah mendengar ucapan Mirna, begitu pula dengan Sandi yang mengekori istrinya.
Semua pelayan dirumah itu tak ada yang tahu jika Melati dan Arnon tidur di kamar yang berbeda, kecuali kepala pelayan Mirna, karena ia merupakan tangan kanan Susan di rumah itu.
Susan sudah sampai di kamar anaknya. Ia langsung menghampiri Arnon yang tengah berbaring di atas ranjangnya.
"Apa kau baik-baik saja, Nak?" tanya Susan dengan raut wajah sangat cemas.
"Iya, Mom! aku baik-baik saja ... mmmmmm ... keadaan gadis itu bagaimana?"
"Mommy masih belum menjenguknya, Nak! setelah dari sini, Mommy akan ke kamar, Istrimu!"
"Mommy kesana sekarang saja! dia lebih membutuhkan Mommy dari pada aku." Dengan raut wajah cemas.
"Apa kau cemas padanya, Nak? raut wajahmu itu tak bisa di sembunyikan, Arnon! hihihi! kita lihat saja sampai kapan kau akan kuat menahan rasa itu pada istrimu sendiri."
"Baiklah! Mommy akan ke kamar istrimu sekarang." Berjalan menuju kamar menantunya.
Saat Susan sudah keluar dari kamar Arnon, pria itu masih menatap sang ayah yang tak beranjak dari sofa yang berada di kamarnya.
"Papi kenapa tidak ikut dengan, Mommy? apa Papi tak ingin melihat keadaan menantu ...." Perkataan Arnon terhenti saat ia menyadari jika dirinya baru saja mengakui Melati adalah istrinya yang tak lain menantu dari keluarga Gafin.
"Maksudmu menantu Papi?" tanya Sandi dengan tatapan meledek putranya.
"Ah, sudahlah, Pi! aku tadi hanya salah bicara saja! lebih baik Papi keluar dari kamarku, aku ingin istirahat." Mengalihkan pembicaraan.
"Kau ingin istirahat atau kau malu karena telah mengakui Melati sebagai istrimu."
"Pi! aku mohon, aku ingin istirahat."
"Dasar kau, Arnon! jelas-jelas kau mulai perhatian padanya, Nak? tapi kau mungkin tak sadar jika sudah mulai ada celah di hatimu untuk Melati."
"Baiklah! Papi akan keluar, istirahatlah, Nak!" tersenyum ke arah Arnon kemudian melangkah keluar dari kamar putranya.
Susan telah sampai di depan pintu kamar menantunya. Ia membuka pintu kamar itu secara perlahan.
"Kau sudah tidur rupanya, Nak! Mommy tak akan menganggumu, istirahatlah." Kembali menutup pintu kamar Melati.
Saat berbalik, Susan dibuat terkejut oleh kehadiran suaminya.
"Astaga, Papi!" Sambil mengelus dadanya.
"Mommy kenapa?" tanya Sandi berlagak tak tahu apa-apa.
"Papi mengejutkan, Mommy! untung saja Mommy tak ada riwayat penyakit jantung, kan bahaya, Pi!"
"Iya Mom maaf." Tersenyum kikuk ke arah istrinya.
"Apa Mommy tahu jika Arnon ...."
"Iya Mommy tahu," sahut Susan yang sudah dapat menebak pikiran sang suami.
"Kenapa Mommy bisa membaca pikiran Papi sih?"
"Karena Mommy juga merasa jika putra kita sudah ada sedikit rasa pada menantu kesayangan, Mommy!" tersenyum bahagia.
"Melati juga menantu, Papi! ingat itu." Dengan wajahnya datar.
"Iya Mommy tahu, tapi Mommy lebih berhak atas dia karena dia anak sahabat Mommy."
"Terserah istriku saja, karena aku suami yang baik jadi Mommy ... menang." Sambil tersenyum ke arah istrinya.
Mereka berdua tertawa bersama dalam suasana hati yang sangat bahagia.
"Terimakasih, Tuhan! engkau telah membuat putraku sedikit demi sedikit bisa membuka hati untuk istrinya sendiri, Marry! ... doakan mereka dari sana, agar kedua anak kita bisa selamanya bersama sampai maut memisahkan mereka berdua." Sambil memejamkan matanya.
Hadi dan keluarganya ada di rumah, karena hari ini hari libur. Mereka semua berkumpul dirumah tanpa ada yang boleh keluar untuk satu hari itu saja.
Anggi sibuk dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci baju, menyapu, dan lainnya.
Semenjak ia ketahuan telah berkata kasar pada anak tirinya, semua pekerjaan rumah tangga di lakukan oleh Anggi sebagai hukuman atas kesalahannya.
Berbeda dengan Agnez yang sibuk mengecat kuku tangan dan kakinya.
Gadis itu memang saat hari libur sibuk melakukan perawatan pada kuku dan kulitnya.Ia tak melakukannya di salon, namun melakukannya di rumah menggunakan produk dari dokter kecantikan langganannya.
Hadi masih berada di kebun mininya. Kebun itu di buat oleh Melati saat gadis itu masih kuliah. Melati ingin menghemat pengeluaran sehari-hari untuk berbelanja, dan akhirnya ia menanam beberapa sayuran di sana seperti bayam, tomat, cabai, kangkung, kemangi, dan lainnya.
"Papa sangat merindukanmu, Nak!" Hadi sambil memandangi sayuran yang ditanam oleh putrinya.
"Pa! ayo masuk! hari sudah semakin sore!" panggil Anggi pada suaminya.
"Iya, Ma!" ucap Hadi sambil meninggalkan kebun mininya itu.
Setelah Hadi membersihkan diri, ia menuju ruang tamu untuk mengecek beberapa laporan bahan bangunan yang kurang untuk gedung yang ia bangun saat ini.
Agnez yang melihat ayah tirinya tengah berada di ruang tamu langsung mendekat.
"Apa yang Papa kerjakan?"
"Papa sedang melihat laporan beberapa bahan yang sudah habis, nanti Papa akan menyerahkan laporan ini pada atasan Papa."
"Ohhh! Melati tak menghubungi Papa?" tanya Agnez dengan raut wajah sedang ingin mencari tahu sesuatu.
"Tidak! mungkin mereka sedang bulan madu."
"Bulan madu dari mana! aku tak yakin jika Arnon suka padanya, lagi pula pernikahan itu karena perjodohan, jadi aku harus terus mencari tahu hubungan mereka." Dengan wajah sinisnya.
"Enak sekali ya Pa? Melati bisa punya suami dan mertua yang kaya! suaminya artis terkenal dan di gilai para kaum wanita," sindir Agnez.
"Apa betul menantu Papa seorang artis?" tanya Hadi tak percaya.
"Iyalah, Pa! dia itu artis papan atas Negeri ini."
"Baguslah! jika dia seorang artis dan mertuanya juga kaya, jadi Papa tak perlu cemas jika ada orang yang ingin berniat jahat padanya, karena keluarga barunya akan membereskan pengacau itu sampai tak tersisa." Dengan raut wajah yang mengisyaratkan akan sindiran pada Agnez.
"Kau pikir bisa memancing kemarahanku, Agnez! tak semudah itu, karena aku sudah tahu hatimu dan ibumu seperti apa pada putriku."
"Iya Papa benar juga ya." Tersenyum kikuk.
"Sial! kenapa Papa tidak terpancing dengan ucapanku, aku berharap Papa marah dan ingin Melati berpisah dengan, Arnon! tapi ... malah berpihak padanya, benar-benar sial," umpatnya.
"Jadi kapan mertua Melati akan membelikan kita rumah baru," celetuk Anggi yang baru bergabung dengan mereka.
"Apa yang ada di dalam kepalamu hanya rumah?" tanya Hadi menaikkan volume suaranya.
"Ya begitulah, Pa! aku tak betah tinggal di rumah pengap ini lebih lama lagi! Papa tahu kan? sejak perusahaan Papa bangkrut, keluarga kita jadi hidup menderita," ujar Anggi.
"Ya kau benar! sejak perusahaanku bangkrut kita hidup menderita, tapi apa kau sudah hilang ingatan siapa yang membuatnya bangkrut?" tanya Hadi sambil menyindir istrinya itu.
"Sudahlah! aku lelah, Agnez Mama malam ini tidur denganmu, di kamarmu ada AC nya bukan? jadi Mama lebih nyenyak jika tidur disana." Berjalan ke arah kamar Agnez.
"Maafkan Mama ya, Pa? mungkin Mama terlalu lelah seharian mengurus rumah."
"Iya tak apa, kau istirahat, Nak!" pinta Hadi pada anak tirinya.
Agnez langsung mengejar sang ibu menuju kamarnya.
"Mama sudah gila ya? apa yang Mama katakan pada Papa tadi? apa Mama tidak sadar jika Mama tengah menggali aib yang harus Mama kubur," celoteh Agnez.
"Mama terbawa emosi, Mama ingin rumah baru dan Mama sudah tak betah tinggal d irumah jelek seperti ini."
"Mama harus sabar dong! jangan gegabah! bisa-bisa Mama yang akan malu jika terus mengungkit masalah perusahaan yang bangkrut."
"Iya Mama tahu! lain kali akan lebih berhati-hati lagi." Membaringkan tubuhnya di atas kasur Agnez.
"Huh, Mama hanya bisa janji saja, ujung-ujungnya jika sudah terpancing emosi pasti akan mengungkitnya lagi! terserah Mama sajalah! aku tak perduli." Berbaring di samping sang ibu dengan posisi membelakanginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 291 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
rasain tuh emang gampang mengerjakan rumah
2022-06-12
0
Lusia Tanti
hemmmmm....bibit.bibit pelakor dan perusak rumah tangga.....sabar.....sabar....🤔🤔
2020-12-16
0
Yeyen Dhevan
hm
2020-12-06
0