Cahaya
Cahaya adalah seorang wanita berusia 26 tahun. Orang tuanya sudah meninggal sejak ia masih duduk di bangku SMP. Karena keadaan ekonomi yang sulit membuatnya harus tinggal di panti asuhan.
Ketika Cahaya lulus SMA, ada seorang wanita paruh baya bernama ibu Wahida yang mau mengurus dan menyekolahkannya hingga ia lulus kuliah. Perlakuan ibu Wahida begitu hangat, dia adalah seorang perempuan yang sakit sakitan. Dia tinggal seorang diri di rumahnya yang begitu besar. Bu Wahida adalah orang kaya, dia hanya mempunyai seorang anak lelaki yang meneruskan sekolahnya di luar negri.
Cahaya tinggal bersama Bu Wahida, ia tidak berani menanyakan tentang putranya, apalagi tentang suaminya yang terdengar desas desus sedang mendekam di penjara. Tiba tiba setelah Cahaya lulus kuliah, Bu Wahida berencana ingin menikahkan Cahaya dengan putranya Yaitu Saka S wijaya. Huruf S yang selalu dipertanyakan pada keluarga itu, tak pernah Cahaya dapatkan jawabannya. Ia yakin huruf S itu adalah inisial ayahnya Saka, namun kenapa semua orang menutupinya begitu pun dengan Bu Wahida.
Saka awalnya menolak untuk menikahi Cahaya. Melihat Cahaya yang berhijab membuat Saka enggan untuk menikahinya, apalagi Cahaya hanya diambil dari panti asuhan sebelumnya. Cahaya hanya bisa pasrah, ia tak berani membantah Bu Wahida yang selama ini baik padanya. Ancaman Bu Wahida pada Saka membuat putranya itu tak bisa menolak untuk menikahi Cahaya.
Kini pernikahan Cahaya dan Saka sudah menginjak usia 6 tahun, mereka dikaruniai 1 orang putra bernama Ali yang kini berusia 5 tahun. Tidak bisa dibohongi, rumah tangga mereka tak nampak bahagia. Satu kesalahan Cahaya, yaitu mau menerima perjodohan itu, meskipun Cahaya sendiri tau kalau Saka tidak pernah mencintainya. Perlakuan kasar dan kata kata tak pantas sering kerap ia dapatkan dari suaminya itu. Sejak saat itulah Bu Wahida menyesal telah menjodohkan Cahaya dengan putranya. Bu Wahida sangat menyayangi Cahaya.
_ _ _ _
Ketika itu Cahaya sedang berdo'a setelah mengerjakan shalat isya. Sementara Ali sudah tertidur di kamarnya.
"Ya Allah, bukalah hati suamiku. Dekatkanlah dia padamu. Buanglah sifat jahat dan dengki yang ada pada suamiku, berikanlah rasa cinta di hatinya. Biarkan kami menjadi satu keluarga yang bahagia. Aamiin"
Setelah selesai berdo'a, Cahaya pun melepas mukenanya, ia berjalan mendekati cermin. Matanya langsung berkaca kaca melihat wajahnya terdapat lebam bekas pukulan Saka. Sudah lama Cahaya ingin lari dari rumah itu, namun ia masih memikirkan kebahagiaan putranya, ia juga tak bisa meninggalkan Bu Wahida yang kini sudah duduk di kursi roda karena penyakitnya. Saka sudah menjadi pimpinan perusahaannya Bu Wahida. Sikapnya yang sewenang wenang dan karena harta yang berlimpah membuatnya sombong.
Cahaya menghapus air matanya ketika mendengar suara langkah kaki menuju kamarnya, ia yakin kalau Saka pulang. Dan benar saja Saka pulang dengan sedikit mabuk. Cahaya mencoba tersenyum.
"Mas sudah pulang" ucap Cahaya sambil mendekati suaminya, saat Cahaya mau mencium tangan suaminya itu, tiba tiba Saka langsung menepis tangan Cahaya.
"Tidak usah berbasa basi, enyahlah kau dari hadapanku" ucap Saka. Baru saja Saka berjalan ia sudah sempoyongan dan langsung merebahkan dirinya ditempat tidur, seketika itu pula Saka langsung memejamkan matanya. Cahaya sudah berusaha sabar menghadapi suaminya itu. Perlahan ia membuka sepatu Saka, lalu melepas jas suaminya itu. Dilihatnya di kerah baju Saka yang berwarna putih terdapat noda lipstik. Cahaya sering melihat itu kalau suaminya itu pulang malam, ia tau kalau suaminya itu sering main perempuan diluar sana. Nasehat demi nasehat sering ia berikan pada Saka termasuk nasihat dari Bu Wahida. Namun bukannya menerima, Saka malah memarahi bahkan memukul Cahaya. Air mata Cahaya jatuh begitu saja.
"Ya Allah, jika mas Saka masih panjang jodohnya dengan ku, hamba mohon, rubahlah sikap mas Saka menjadi lebih baik. Tapi jika mas Saka sudah bukan jodohku lagi, tolong bebaskan aku darinya. Biarkan aku pergi dari rumah ini. Aku pun ingin bahagia meskipun bukan dengannya. Kirimkan lah aku malaikatmu, yang akan menariku dari hidupku yang suram ini" batin Cahaya.
_ _ _ _ _
Sementara di sebuah pesantren di kota A. Seorang pemuda bernama Adam 24 tahun sedang bercermin di kamarnya sambil tersenyum senyum. Dia mempunyai saudari kembar bernama Hawa dari pasangan Riziq dan Aisyah.
"Ya Allah Adam, hobby mu meracuni semua orang yang menatapmu ya. Kenapa wajahmu nampak manis begini kaya Abi berondong. Astaghfirullah alazim Adam, kenapa kau tiba tiba narsis kaya Tante Selebor sih. Ya Allah ampuni aku yang khilaf ini" batin Adam.
setelah selesai menggunakan sorban yang dipakainya menutupi kepala hingga pundaknya. Adam pun kembali tersenyum. Tiba tiba Hawa membuka pintu kamarnya.
"Ehem. Tidak usah bercermin terus, nanti banyak semut yang berterbangan. Kata kak Syakir kau cuma manis doang, tidak ada tampan tampannya" ucap Hawa. Adam hanya tertawa kecil lalu menggandeng Hawa keluar.
"Kata orang, pemuda yang wajahnya manis itu sedang diburu oleh para wanita" ucap Adam sambil tersenyum senyum.
"Iya diburu emak emak" jawab Hawa hingga Adam tertawa.
Saat mereka sampai di ruang tamu, dilihatnya Aisyah sedang mencubit gemas pipinya Riziq. Seketika itu pula Adam langsung memejamkan matanya dan tangannya langsung menutup matanya Hawa.
"Jangan lihat kita masih anak anak" ucap Adam.
"Anak anak dari mana kita sudah 24 tahun. Lagian Umi sama Abi lagi ngapain sih main cubit cubitan begitu. Abi genit Uminya ganjen" ucap Hawa sambil menepis tangannya Adam.
"Pagi Umi, pagi Abi" sapa Adam dan Hawa.
Aisyah dan Riziq pun tersenyum.
"Pagi putra putrinya Umi yang manis dan cantik" ucap Aisyah yang kini sedang menyiapkan sarapan.
"Kali kali ke aku dibilang tampan, dari dulu hingga sekarang tak ada yang bilang aku tampan, cuma bilang aku manis doang. Nasibku" batin Adam.
Mereka pun sarapan bersama. Adam kini sudah mengajar, ia menjadi guru pembimbing anak anak sudah hampir dua tahun. Sementara Hawa masih belajar termasuk kedua sahabatnya Silmi dan Anum.
Setelah selesai sarapan, Adam dan Hawa pun pergi. Adam pergi ke kelas santri putra untuk mengajar, sementara Hawa pergi ke kelasnya untuk belajar. Di tengah jalan mereka bertemu dengan pasangan Fadil dan Syifa yang kini sedang menaiki si Beky motor bebeknya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Ka Fadil ban motornya kempes" ucap Hawa. Seketika itu pula Syifa dan Fadil turun dan langsung memeriksa ban motor mereka. Dilihatnya ban motor itu tidak kempes.
"Tapi bo ong" ucap Hawa sambil cekikikan.
Fadil langsung memicingkan matanya.
"Hawa tidak boleh begitu" ucap Adam.
"Maaf kak bercanda doang"
"Semok sayang ayo kita berangkat lagi. Takutnya nanti kau terlambat. Nanti pulangnya Abang jemput ya, kita kan mau nagih uang kontrakan" tutur Fadil. Fadil di beri modal untuk membuat beberapa kontrakan di lingkungan pesantren, biasanya ia sewakan untuk para guru pembimbing atau para pedagang yang sudah lama tinggal di lingkungan itu.
"Iya Abang Fayang. Nanti kalau uangnya sudah dapat, kita soping ya ke butiknya ka Anisa" pinta Syifa.
"Belinya jangan yang mahal-mahal ya, kita kan sedang menabung" jawab Fadil.
"Iya Abang. Tapi asal Abang tau ya, kata orang kenapa baju gamis syar'i harganya mahal, karena surga tak semurah rok mini" jawab Syifa.
"Ya sudah belilah baju yang kau mau, tapi jangan lupa dilihat ukuran saiz nya. Jangan ngambil saiz M, apalagi S. Gak akan muat" jawab Fadil hingga Syifa langsung mengerucutkan bibirnya.
"Ayo naik"
Saat Syifa mau naik, tiba tiba Fadil sudah menjalankan motornya terlebih dahulu hingga Syifa menggeram.
"Abaaaaang" teriak Syifa.
Seketika Fadil langsung menghentikan motornya.
"Abang kenapa aku ditinggal" gerutu Syifa. Fadil pun tersenyum getir.
"Semok, Abang kira kau sudah naik" jawab Fadil. Adam sudah menutup mulut Hawa dengan tangannya karena sedari tadi Hawa tertawa tawa.
"Jangan ditertawakan, ayo kita jalan lagi" ucap Adam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Jusmiati
😂😂😂😂😂😂😂
2023-06-19
1
Nugroho
🤣🤣🤣🤣 perut ku sampek atitttt
2022-10-21
1
Anah Redho
hadir
2021-11-25
1