Pingsan

Keesokan harinya, Cahaya sudah membeli perlengkapan nyantri untuk putranya. Cahaya juga sudah membeli beberapa baju untuk dirinya dan Ali dari uang penjualan perhiasan yang diberi Bu Wahida.

Pagi pagi sekali Ali sudah memakai seragamnya. Anak berusia 5 tahun itu nampak ceria, ia belum paham tentang orang tuanya yang baru saja bercerai.

"Ayo ibu antar ke kelasmu. Nanti pulangnya ibu jemput. Satu pesan ibu ya Ali, Ali gak boleh keluar gerbang pesantren tanpa didampingi ibu, jangan pergi sama orang yang belum dikenal. Ali ngerti kan?" tutur Cahaya. Ali pun mengangguk ngangguk.

Cahaya pun berjalan berdua menuju kelasnya Ali. Di jalan mereka bertemu dengan Syifa dan Fadil.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Cahaya pun tersenyum.

"Pagi Aya, pagi Ali" sapa Syifa.

"Pagi Tante Syifa" jawab Ali.

Syifa pun tersenyum, ia merasa gemas pada Ali. Pasangan Syifa dan Fadil selalu sabar menanti buah hati mereka. Tiba tiba Syifa berbisik.

"Abang, jangan memandang si Cahaya, pandang aku saja" bisik Syifa.

"Istriku suka mendadak cemburu kalau ketemu si Cahaya" batin Fadil.

"Abang, besok besok kalau ketemu si Aya, Abang merem ya" pinta Syifa. Fadil pun mengangguk ngangguk pasrah.

"Aya kalian pagi pagi mau kemana?" tanya Syifa.

"Aku mau nganterin Ali, ini hari pertama dia masuk kelas" jawab Cahaya. Syifa pun mengangguk.

"Semangat belajarnya ya Ali" ucap Syifa sambil mengelus kepalanya Ali. Cahaya pun tersenyum, ia merasa Syifa sangat menyayangi putranya.

"Kudo'akan semoga mba Syifa cepat hamil" ucap Cahaya.

"Terima kasih Aya, do'akan juga semoga aku punya anak kembar 4, dua laki laki dan dua perempuan biar rame" tutur Syifa.

Cahaya pun melanjutkan kembali perjalanannya. Hingga sampailah ia didepan gerbang sekolah putra. Cahaya sudah celingak celinguk bingung. Karena perempuan dilarang masuk.

Tiba tiba datanglah Ustad Usman dan ustad Soleh menghampiri.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Alibaba udah masuk kelas ya hari ini" ucap Ustad Usman. Ali hanya tertawa kecil sementara ustad Soleh sudah menepuk pundak adiknya itu.

"Kalau manggil nama orang itu yang bener" ucap ustad Soleh.

"Cuma dilebihin Be A Be Aba doang" jawab ustad Usman.

"Aya, biar putramu kami yang antar ke kelas, kau tidak perlu masuk, nanti kalau kau masuk bisa heboh santri santri ku" tutur ustad Usman. Cahaya pun mengangguk.

"Ali, ikut sama ustad Usman ya, nanti pulangnya ibu jemput" ucap Cahaya. Ali pun mengangguk.

"Ustad Usman, aku titip putraku, asalamualaikum" pamit Cahaya.

"Waalaikumsalam"

Cahaya pun pergi ke rumah makannya Erika dan Hasan, sebelumnya Bi Ratna sudah bicara pada Erika, dan kebetulan Erika sedang mencari pegawai baru di rumah makannya.

Sementara ustad Usman yang mengantarkan Ali ke kelas anak anak yang seusianya kelasnya Adam.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Adam pun mendekati Ustad Usman yang kini berdiri bersama Ali.

"Ada apa pakde?" tanya Adam.

"Ini ada santri baru, namanya Ali, dia akan masuk kelasmu" ucap ustad Usman. Adam pun tersenyum lalu mengajak Ali masuk.

"Itu si Alibaba suruh intro dulu, biar teman temannya tau" pinta ustad Usman.

"Ali, perkenalkan diri dulu ya" ucap Adam. Ali pun mengangguk.

"Namaku Ali, aku dari Jakarta, usiaku 5 tahun" ucap Ali dengan polosnya. Adam pun tersenyum, lalu menyuruhnya duduk. Ali merasa senang bisa belajar disana, semua teman temannya pun menerima nya dengan baik. Hingga tibalah ketika pelajaran selesai, semua santri bubar dari kelas, sebagian ada yang pulang ke asrama, dan sebagian ada yang pulang ke rumahnya yang masih dilingkungan pesantren.

Ali sudah berdiri di depan gerbang menunggu Cahaya menjemputnya, namun sepertinya Cahaya datang terlambat. Adam pun menghampirinya.

"Ali kenapa kau belum pulang?" tanya Adam.

"Ali belum dijemput ustad" jawab Ali.

"Ali tinggal di asrama apa di rumah?" tanya Adam kembali.

"Tinggal di kontrakannya tante Syifa"

"Oh, ya sudah ayo dianterin sama ustad Adam mau gak?" tanya Adam. Ali pun mengangguk ngangguk. Adam malah berjongkok dihadapan anak lelaki itu. Ali yang mengerti pun langsung naik ke punggungnya Adam. Adam sudah menggendong Ali, di jalan mereka sempat berbincang.

Sementara dengan Cahaya yang kini sedang berlari tergesa gesa karena ia terlambat menjemput putranya, kecemasannya tiba tiba memuncak teringat dengan kejahatannya Saka yang ingin membawa Ali.

"Ali tunggu ibu nak" batin Cahaya sambil berlari.

Sesampainya cahaya di gerbang, disana nampak sepi, ia sudah memanggil manggil putranya.

"Ali, , , Ali dimana kau nak?" teriak Cahaya.

Tiba tiba ada seseorang yang lewat, Cahaya pun bertanya padanya.

"Maaf pak, apa bapak melihat anak kecil berusia 5 tahun, namanya Ali, dia santri baru disini?" tanya Cahaya. Si bapak itu pun menjawab.

"Tadi bapak lihat dia dibawa sama laki laki kearah sana" tunjuk si bapak itu. Cahaya langsung terkejut, ia benar benar khawatir takut putranya itu di culik anak buahnya Saka. Bu Wahida sudah sering memperingatinya agar hati hati menjaga Ali karena Saka kini sedang mencari keberadaannya. Seketika itu pula Cahaya berlari untuk mencari Ali.

Dari kejauhan Cahaya melihat Ali sedang digendong seorang laki laki. Cahaya mengira Adam adalah anak buahnya Saka yang mau menculik Ali.

"Astaghfirullah Ali, dia diculik siapa itu?" batin Cahaya.

Cahaya mengejar Adam dan putranya. Di pinggir jalan ia menemukan balok kayu, Cahaya langsung mengambilnya lalu berlari kembali mengejar Adam.

"ALI" teriak Cahaya. Seketika itu pula Adam langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Cahaya yang kini sudah berjarak 5 meter dari dia berdiri, tak lupa Adam pun menurunkan Ali dari gendongannya. Cahaya sudah menyembunyikan balok kayu itu dibelakang tubuhnya.

Saat Adam menatap Cahaya, tiba tiba ia tersenyum menatap janda muda berparas cantik itu, serasa ada bunga bunga berterbangan diiringi getaran getaran aneh di dadanya, mungkin itulah yang namanya cinta pada pandangan pertama.

"Subhanallah, wanita surga bidadari dunia" batin Adam sambil tersenyum.

Tak bisa dibohongi kalau Adam terpesona melihat Cahaya. Cahaya sudah ketakutan, ia menyangka kalau Adam adalah anak buahnya Saka. Perlahan Cahaya mendekati Adam yang kini masih setia tersenyum padanya. Tiba tiba, Cahaya langsung memukulkan balok kayu itu ke pundaknya Adam dengan sekuat tenaga nya.

BUUUUGH.

"Awwww"

Adam merasa kesakitan sambil memegangi pundaknya, seketika itu pula Adam langsung tergeletak pingsan. Cahaya langsung membuang balok kayu itu, dia pun langsung menarik Ali dan mendekapnya erat.

"Kau tidak apa apa Ali, ibu sudah sering bilang, ku jangan mau dibawa pergi sama orang yang tidak dikenal, mereka mau berbuat jahat sayang" ucap Cahaya sambil mengelus kepalanya Ali.

"Ibu, kenapa ibu pukul ustad Adam" ucap Ali.

"Ustad Adam???, kau mengenalnya?" tanya Cahaya. Ali pun mengangguk.

"Dia guru pembimbing nya Ali di kelas, namanya ustad Adam" jawab Ali. Cahaya pun terkejut.

"Kenapa dia membawa Ali pergi?" tanya Cahaya.

"Ustad Adam mau mengantar Ali pulang ke kontrakan" jawab Ali.

"Astaghfirullah alazim, jadi dia pengajar disini?. Ya Allah ampuni aku, apa yang telah aku lakukan, aku telah bersuudzon padanya" batin Cahaya menyesal.

Cahaya pun mendekati Adam.

"Ustad, bangun" Cahaya mencoba membangunkan, namun Adam tidak sadarkan diri, pukulan balok kayu itu membuat Adam tidak sadarkan diri. Cahaya pun panik dan ketakutan.

"Ya Allah apa yang harus aku lakukan?, dia pingsan"

Cahaya pun berlari untuk mencari bantuan, dia bertemu dengan Zahira dan putranya Fawaaz yang kini berusia 16 tahun.

"Asalamualaikum. Mba tolong ada orang pingsan" ucap Cahaya. Zahira pun terkejut, ia dan Fawwaz langsung mengikuti Cahaya. Zahira dan Fawwaz nampak terkejut saat melihat Adam sudah tergeletak dijalan.

"Astaghfirullah alazim Adam kau kenapa?" tanya Zahira sambil membangunkan keponakan nya itu. Cahaya sudah nampak ketakutan, ia hanya berdiri menjauh sambil memeluk Ali.

"Adam bangun" Zahira mencoba membangunkan namun Adam masih belum sadarkan diri.

"Mommy umi, itu kak Adam inalillahi ya Mi?" ucap Fawwaz. Cahaya yang mendengar pun semakin ketakutan.

"Ka Adam masih hidup AZ, dia masih ada nafasnya, tapi kenapa dia pingsan ya?" ucap Zahira heran, lalu Zahira menatap Cahaya, ini pertama kali mereka bertemu.

"Siapa kau?" tanya Zahira.

"Aku, Aku Cahaya" jawab Cahaya takut takut.

"Ini si Adam kenapa bisa pingsan begini?" tanya Zahira. Cahaya hanya diam, ia tidak berani mengakui kalau dirinyalah yang telah memukul Adam dengan balok kayu. Cahaya takut dia akan diusir dari pesantren itu kalau dirinyalah yang telah menyelakai Adam. Cahaya sudah merasa aman tinggal di pesantren itu, hingga ia menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

"Ampuni aku ya Allah, demi menyelamatkan diriku aku telah berbohong dan lari dari tanggung jawab" batin Cahaya.

Zahira kembali membangunkan Adam.

"Adam bangun"

"Mommy keningnya kak Adam tempelin uang 100 ribu" ucap Fawwaz.

"AZ, ini kak Adam bukan Tante Dewi" jawab Zahira. Tiba tiba Zahira teringat sesuatu dan langsung berdiri menjauh sambil menarik Fawwaz.

"Astaghfirullah. Jangan deket Deket AZ, jaga jarak aman" ucap Zahira.

"Kenapa mommy umi, Ka Adam kena Corona ya?" tanya Fawwaz.

"Kurang tau AZ, tapi jangan deket deket dulu"

Zahira langsung menghubungi Riziq. Namun Zahira salah menekan nama hingga ia menghubungi ustad Usman.

"Asalamualaikum, ka Riziq si Adam tumbang" ucap Zahira.

"Eh selebor ini aku ustad Usman. Siapa yang membabad si Adam hingga tumbang begitu?" ucap ustad Usman. Zahira langsung mengernyit.

"Maaf om ustad Salah sambung" Zahira langsung mematikan sambungan teleponnya membuat ustad Usman heran. Zahira kembali menghubungi Riziq, dan seketika itu pula Riziq datang bersama Aisyah dengan tergesa gesa.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Riziq dan Aisyah terkejut melihat putranya sedang tergeletak di jalan.

"Adam putraku, kau kenapa?" tanya Aisyah. Cahaya pun terkejut.

"Jadi Adam ini putranya Tante Aisyah?" gumam Cahaya. Cahaya semakin ketakutan.

"Ira, Adam kenapa?, ko dia bisa pingsan disini?" tanya Riziq.

"Gak tau ka, aku datang dia sudah bobo di jalan" jawab Zahira.

"Kenapa kau tidak bangunkan dan bawa dia ke klinik" gerutu Aisyah.

"Ka Aisyah tidak lihat ya badannya si Adam tinggi besar begitu, mana kuat aku bangunin dia" gerutu Zahira.

Seketika itu pula Riziq dan Aisyah membawa Adam ke klinik dengan dibantu oleh ustad Ibrahim yang kebetulan lewat. Cahaya sudah semakin ketakutan, ia ingin bertanggung jawab, namun takut diusir dari pesantren itu, baru saja sehari tinggal disana sudah membuat masalah.

"Maafkan aku ustad Adam, kalau aku sudah siap, aku akan menemuimu untuk minta maaf" batin Cahaya.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

Come on Adam wake up

2022-11-17

1

chue

chue

gemesh banget sama fawwas😂😂😂

2021-10-31

1

Akhwat Qalbi

Akhwat Qalbi

sukses selalu Thor

2021-07-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!