Makan

Keesokan harinya. Cahaya masih sibuk di rumah makannya Erika. Pengunjung terlihat ramai hingga Cahaya sulit untuk minta izin menjemput Ali. Cahaya sudah gelisah sendiri. Erika juga tidak bisa membantunya karena keadaan rumah makan yang terlihat ramai.

"Kau mau menjemput Ali ya?" tanya Erika. Cahaya pun mengangguk. Erika langsung terdiam. Sebenarnya ia berat untuk memberi izin karena ini bukan waktunya Cahaya istirahat.

"Ya sudah kau boleh menjemput putramu tapi nanti kesini lagi ya, soalnya ini lagi ramai pengunjung" ucap Erika.

"Iya mba Erika, terima kasih aku pamit dulu Assalamualaikum" ucap Cahaya langsung bergegas pergi karena ia sudah terlambat menjemput Ali. Biasanya ia selalu menitipkan Ali pada Syifa, namun kali ini Syifa sedang sibuk.

Baru saja Cahaya membuka pintu keluar rumah makan, tiba tiba ia melihat Ali berdiri bersama Adam didepan rumah makan itu.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

"Ali"

Cahaya langsung menarik Ali masuk kedalam rumah makan itu dengan sedikit ketakutan membuat Adam merasa aneh. Perlahan Adam pun ikut masuk kedalam.

"Ali, kenapa Ali kesini?. Ibu kan sering bilang, Ali gak boleh keluar gerbang pesantren. Bahaya sayang" tutur Cahaya begitu cemas. Lagi lagi Adam terdiam heran, ia merasa Cahaya seperti menyembunyikan sesuatu.

"Maaf Aya, yang bawa Ali kesini aku, dia sendirian menunggumu, karena khawatir aku jadi mengantarnya kemari" ucap Adam. Cahaya pun terdiam.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Adam penasaran. Lagi lagi Cahaya terdiam.

"Nanti aku cerita, tapi sekarang aku lagi sibuk, banyak pengunjung yang datang, kasihan mba Erika kerepotan" jawab Cahaya.

Dan pada akhirnya Adam pun membantu pekerjaan Cahaya disana. Erika hanya tersenyum saja, ia merasa curiga dengan sikapnya Adam yang begitu perhatian pada Cahaya.

"Ehem. Ada angin apa seorang Adam Alfiqri datang ke rumah makanku untuk membantu bantu pekerjaan disini. Jangan jangan minta bayaran ya?" goda Erika. Adam malah tersenyum senyum.

"Aku tidak meminta bayaran pada ka Erika, tapi aku minta do'a restu" ucap Adam.

"Do'a restu buat????"

Adam menjawabnya dengan melirikan matanya yang mengarah pada Cahaya.

"Cieeeee" goda Erika.

Lalu datanglah Hasan mendekati.

"Kau cie cie pada siapa?" tanya Hasan.

Erika pun menunjuk pada Adam.

"Nih, putranya ustad Riziq rupanya sedang jatuh cinta hingga ia bela belain membantu pekerjaan disini" jawab Erika. Hasan pun tersenyum.

"Maju terus pantang menyerah" ucap Hasan sambil menepuk pundaknya Adam. Lagi lagi Adam tersenyum.

Setelah suasana nampak sepi, Cahaya pun menyediakan makan siang untuk Ali dan Adam yang ia taruh disalah satu meja rumah makan itu. Erika dan Hasan sedang sibuk menghitung keuangan.

"Ini kau yang masak?" tanya Adam.

"Hmmm"

"Kau tidak ikut makan?" tanya Adam kembali.

"Aku sudah makan. Habiskan saja makananmu" pinta Cahaya. Adam pun mengangguk ngangguk. Adam dan Ali makan dengan lahapnya. Cahaya hanya diam menunduk. Adam hanya tersenyum saja. Sejak ia mengenal Cahaya, senyum selalu menghiasi bibirnya hingga tidak salah jika banyak yang bilang Adam terkena gangguan saraf. Setelah maknannya habis.

"Makanannya Enak?" tanya Cahaya.

"Cantik" jawab Adam hingga Cahaya langsung mengernyit heran.

"Apanya yang cantik?" tanya Cahaya.

Adam langsung menatap Cahaya.

"Yang masaknya cantik" jawab Adam. Seketika itu pula Cahaya langsung tersipu malu. Selama ini Saka tidak pernah mengatakan dia cantik, Saka juga tidak pernah merayunya hingga saat Adam merayunya ada sedikit rasa yang berbeda. Cahaya terus menunduk malu hingga Adam tersenyum.

"Ya Allah ampuni aku. Sejak aku jatuh hati pada Cahaya, sejak itu pula aku sering berbuat dosa. Aku sudah tidak kuasa menjaga pandanganku terhadapnya. Untuk itu ridhoi aku untuk menghalalkan nya. Aamiin" batin Adam.

Saat Cahaya mau membawa piring piring kotor bekas makan Adam dan Ali, Adam langsung menarik ujung lengan bajunya Cahaya melarangnya untuk pergi.

"Apa?"

"Duduk dulu" pinta Adam.

Cahaya kembali duduk.

"Aku ingin mendengar langsung darimu, sepertinya kau menyembunyikan sesuatu dariku. Kenapa kau nampak khawatir yang begitu besar saat aku membawa Ali keluar dari pesantren" tutur Adam meminta jawaban. Cahaya langsung menunduk terdiam.

"Aya, ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?, siapa tau aku bisa bantu" ucap Adam kembali. Perlahan Cahaya pun menceritakan semuanya dari awal.

"Sebenarnya aku datang kesini untuk bersembunyi dari mantan suamiku. Dia sedang mencari Ali karena ibu mertua ku mewariskan 90% hartanya pada Ali. Dan mantan suamiku hanya mendapatkan 10% saja. Ia tidak terima dan sekarang sedang berusaha mencari Ali untuk menguasai seluruh harta warisan itu. Kudengar dia sedang mencari kami diberbagai daerah, ia kerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari Ali. Makanya sekarang aku sedang berhati hati menjaga Ali, aku takut mereka berhasil membawa Ali dariku" tutur Cahaya. Adam pun terdiam, ia mulai mengerti dengan sikap kekhawatiran Cahaya pada putranya.

"Aku juga minta maaf lagi soal pemukulan waktu itu terhadap mu. Aku hanya seorang ibu yang sedang berusaha menjaga putranya. Aku takut waktu itu kau mau menculik Ali dariku. Aku pikir kau anak buahnya Saka" ucap Cahaya.

"Aya, aku kan pernah bilang padamu kalau kau butuh bantuan, kau harus ingat kalau di pesantren ini ada siberondong bersorban yang selalu siap kapan saja jika kau membutuhkan bantuan" tutur Adam. Cahaya pun tersenyum.

"Terima kasih Adam"

Cahaya pun membereskan piring piring itu kebelakang dan mencucinya. Tiba tiba datang lah Fadil dan Syifa.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Erika pun tersenyum dengan kedatangan sahabatnya itu.

"Selamat datang Semok. Aku tau kau datang kesini untuk membantu pekerjaanku kan?" ucap Erika.

"Ikh kak Erika, aku mau makan tau, bukan mau bantuin kerja" jawab Syifa.

"Semok sayang, bukankah kau sudah makan tadi di rumah, masa mau makan lagi, katanya mau diet" protes Fadil.

"Sssttthhh Abang Fayang jangan protes. Tidak tau kenapa beberapa hari ini aku suka mendadak laper, apalagi saat melihat Abang Fadil yang tampan seperti Shahrukh Khan, mendadak nafsu makan ku bertambah" tutur Syifa. Erika sudah tertawa sementara Fadil sudah mengerucutkan bibirnya.

Syifa pun tersenyum melihat Ali sedang duduk bersama Adam. Syifa langsung duduk satu meja dengan mereka.

"Eh ada Ali, pantasan saja Tante Syifa cari ke kontrakan Ali tidak ada, taunya lagi disinih" ucap Syifa.

Fadil pun ikut duduk bersama mereka. Ia langsung mengernyit ketika melihat Adam.

"Waah wah wah, ternyata ada sepupuku disini, curiga nih" ucap Fadil. Adam hanya tersenyum.

"Kau sedang apa Dam disini?" tanya Fadil.

"Sedang karokean" jawab Adam hingga Fadil mengernyit kembali.

"Ikh si Abang pake nanya, ya tentu saja si Adam kesini mau makan masa mau shoping" ucap Syifa.

"Syifa kau mau makan apa?" tanya Erika yang kini melayani karena Cahaya sedang berberes di dapur.

"Aku pesan semua menu yang ada" ucap Syifa. Fadil langsung menganga.

"Astaghfirullah alazim, Semok, istighfar Mok. Masa kau pesan semuanya" protes Fadil.

"Ssttthhhh Abang Fayang jangan protes, aku sedang berselera makan" jawab Syifa. Fadil langsung diam sambil mengerucutkan bibirnya.

"Fadil mau pesan apa?" tanya Erika.

Seketika Syifa langsung menjawab.

"Sayur toge aja" jawab Syifa.

Fadil langsung menganga.

"Astaghfirullah alazim. Sendirinya pesan semua menu yang ada, giliran suaminya cuma dipesanin sayur toge doang. Nasib nasib" batin Fadil.

Tidak beberapa lama pesanan pun datang dengan berbagai menu yang kini sudah tersaji dimeja itu. Syifa sudah tersenyum senyum. Sementara Fadil menganga hampir tak percaya ketika melihat makanan yang begitu banyak.

"Semok sayang, apa kau yakin bisa ngabisin makanan sebanyak ini sendirian?" tanya Fadil. Syifa pun mengangguk ngangguk.

"Akan kuhabiskan, kalau perutku gak muat, akan kupinjam perutnya si Adam" jawab Syifa.

"Enak saja" gerutu Adam.

"Abang Fayang suapin" pinta Syifa dengan manjanya. Fadil pun dengan senang hati menyuapi istrinya. Namun tiba-tiba Fadil langsung memejamkan matanya saat melihat Cahaya berjalan mendekati Ali, dan repleks Fadil menyuapi makanan itu kehidungnya Syifa. Seketika itu pula Syifa langsung menepuk tangannya Fadil.

"Abang Fayang ko nyuapinnya ke hidung sih" protes Syifa.

"Maaf semok sayang, Abang gak lihat, Abang kan tutup mata" jawab Fadil. Syifa pun mengangguk ngangguk ketika melihat Cahaya dihadapannya sedang mengelus kepalanya Ali.

"Abang nunduk aja gak usah merem" pinta Syifa.

"Ini orang dua, gila apa gimana ya, geli aku lihatnya" batin Adam.

Terpopuler

Comments

Jusmiati

Jusmiati

😂😂😂😂

2023-06-20

1

Neulis Saja

Neulis Saja

i hope there is the way to you with all his problem

2022-11-17

1

Tutihadiatun

Tutihadiatun

jauh jauh datang jerumah makan cuma pesen sayur toge buat bang fayang...
aduh kasian bnget sih anaknya om ustad..

2021-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!