Masih dengan Cahaya yang ikut ke Pesantren bersama Aisyah dan Bi Ratna. Ketika masuk gerbang utama, tak lupa Cahaya membaca do'a terlebih dahulu.
"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah semoga tempat ini menjadi tempat yang aman untuku dan Ali, semoga di tempat yang baru ini aku bisa mendapatkan kebahagiaan. Aamiin" batin Cahaya.
Sebelum Cahaya pergi untuk melihat kontrakan milik Syifa, ia pun diajak dulu ke rumahnya Bi Ratna.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" jawab Mang Ilham suami tercintanya Bi Ratna yang kini sudah mulai beruban. Mang Ilham pun terdiam ketika melihat Cahaya bersama Ali.
"Ini siapa Bu?" tanya Mang Ilham.
"Ini Cahaya dan ini Ali putranya" jawab Bi Ratna. Mereka pun duduk duduk sambil beristirahat.
"Aya, boleh Tante Aisyah tanya, dimana suamimu?" ucap Aisyah. Cahaya langsung terdiam menunduk, membuat Aisyah dan Bi Ratna saling lirik.
"Aku ini seorang janda. Aku baru saja bercerai dengan suamiku" jawab Cahaya.
"Tidak apa apa, kami tidak mempermasalah kan hal itu. Ngomong ngomong kau mau mengontrak disini atau mau cari tempat yang lain?" tanya Bi Ratna.
"Aku ingin mengontrak saja di lingkungan pesantren ini. Aku tidak punya saudara, mungkin tempat baru ini bisa membuatku nyaman" tutur Cahaya. Aisyah dan Bi Ratna pun tersenyum.
"Nanti Bi Ratna antar kau ke kontrakan nya Syifa. Apa kau ingin memasukan Ali menjadi santrinya kiyai Husen?" tanya Bi Ratna.
Cahaya langsung menatap putranya.
"Ali mau belajar disini?" tanya Cahaya. Ali langsung mengangguk ngangguk.
"Nanti aku bantu daftarin Ali" ucap Aisyah.
"Terima kasih Tante Aisyah. Tapi kalau seandainya aku kerja diluar, boleh aku keluar masuk pesantren ini?" tanya Cahaya.
"Memangnya kau mau kerja dimana Aya?"
Cahaya langsung terdiam.
"Aku tidak tau mau kerja dimana, aku juga tau pasti Bu Wahida akan menunjang kehidupanku dan Ali, tapi tidak mungkin aku hanya berdiam diri disini" batin Cahaya.
"Aku belum tau mau kerja dimana" jawab Cahaya.
"Kau bisa memasak?" tanya bi Ratna. Cahaya pun mengangguk.
"Kalau kau bisa masak, nanti Bi Ratna tanya sama Erika dan Hasan, mereka mempunyai rumah makan tidak jauh dari sini, siapa tau mereka membutuhkan karyawan" tutur Bi Ratna. Cahaya pun tersenyum.
"Terimakasih ya Bi Ratna, Tante Aisyah, kalian sudah mau membantuku" ucap Cahaya.
"Sama sama Aya, maaf Tante Aisyah harus pulang dulu, takut anak anak sudah pulang, nanti kau diantar ke kontrakan nya sama Bi Ratna saja ya" tutur Aisyah. Cahaya pun mengangguk.
Setelah kepergian Aisyah. Cahaya pun diantar untuk melihat kontrakannya Syifa, sebelum itu Bi Ratna juga sudah menghubungi sepasang suami istri itu.
Sesampainya disana, kebetulan rumah Syifa dan kontrakan yang ada 12 petak itu berdekatan. Sebelumnya mereka melihat lihat kontrakan itu terlebih dahulu kebetulan kontrakannya ada 4 lagi yang belum terisi. Kontrakan itu terlihat sederhana namun terasa nyaman.
"Aku suka Bi kontrakannya" ucap Cahaya. Bi Ratna pun tersenyum.
"Ayo kita temui Syifa dan mas Fadil" ajak bi Ratna.
Tok tok tok.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam" jawab Syifa sambil membuka pintu. Syifa pun tersenyum begitu pun dengan Cahaya.
"Mari masuk" ajak Syifa.
Cahaya, Ali dan Bi Ratna pun duduk diruang tamu rumahnya Syifa. Fadil pun datang menghampiri.
"Oh jadi ini yang mau ngontrak itu" ucap Fadil. Cahaya pun mengangguk. Tak lupa Syifa memberikan minum pada Cahaya dan Bi Ratna.
"Silahkan diminum, sudah lihat kontrakannya?" tanya Syifa.
"Sudah mba, aku suka kontrakannya" jawab Cahaya. Syifa dan Fadil pun tersenyum.
"Suamimu ikut tinggal di sini juga?" tanya Syifa. Cahaya langsung terdiam.
"Maaf mba Syifa, aku akan tinggal berdua bersama Ali" jawab Cahaya.
"Cahaya ini seorang janda, jadi dia akan tinggal berdua saja bersama putranya. Kebetulan Ali juga mau nyantri disini" ucap Bi Ratna. Syifa dan Fadil langsung terdiam.
"Ya Allah, kasihan Cahaya, masih muda tapi sudah menjadi janda. Waah bahaya nih buat si Abang, pandangan Bang Fadil harus di jaga nih, takutnya dia kecantol" batin Syifa.
Syifa seketika langsung berbisik pada Fadil.
"Abang kondisikan matanya ya, jangan lirik lirik si Aya, nanti aku cemburu. Kalau mau lirik lirikan sama Bi Ratna saja" bisik Syifa. Fadil langsung mengernyit.
"Idiiih si semok tumben tumbenan cemburu, kupikir dia cuma cemburu sama si Beky doang, ternyata dia cemburu sama si Aya. Masa aku harus lirik lirikan sama Bi Ratna, nanti aku dibabad mang Ilham" batin Fadil.
Setelah Cahaya membayar uang muka untuk menyewa kontrakan itu, Syifa pun memberikan kunci kontrakan nya.
"Kalau mau mindahin barang barang punyamu, nanti kubantu" ucap Fadil. Seketika Syifa langsung mencubit pinggang suaminya dari belakang.
"Awwwww" ringis Fadil.
"Jangan genit" bisik Syifa. Bi Ratna dan Cahaya pun mengernyit heran melihat Fadil meringis kesakitan. Sementara Ali malah tertawa kecil karena dia melihat Syifa mencubit.
"Kenapa mas Fadil?" tanya Bi Ratna.
"Asam urat ku kambuh Bi" jawab Fadil bohong.
"Aya, biar aku saja yang membantumu beres beres" ucap Syifa. Cahaya pun tersenyum.
"Terima kasih mba Syifa, tapi aku tidak bawa barang apa apa kesini" jawab Cahaya. Syifa kembali terdiam.
"Penampilan si Cahaya itu sepertinya dia orang kaya, tapi ko dia gak bawa apa apa, jangan jangan dia kabur dari rumah" batin Syifa.
Syifa pun tersenyum ketika melihat Ali.
"Duuh putranya lucu ya, boleh aku menggendongnya?" ucap Syifa.
"Tentu"
Syifa sudah lama menikah namun dia dan Fadil belum dikaruniai keturunan. Kini Syifa sudah menggendong Ali.
"Abang, aku ingin punya anak" ucap Syifa.
"Ayo semok kita bikin" ucap Fadil. Cahaya dan Bi Ratna sudah menunduk menahan tawanya.
"Ikh Abang, ngomongnya bisik bisik aja, malu didengar Aya sama Bi Ratna" ucap Syifa.
Setelah berberes beres di kontrakan, Bi Ratna menyarankan agar Cahaya segera mendaftarkan Ali menjadi santri baru, sekalian juga dia bisa melihat sekeliling lingkungan itu. Kini Syifa sudah mengantar Cahaya dan Ali ke rumahnya ustad Usman.
"Ustad Usman itu siapa?" tanya Cahaya sambil berjalan menuju rumahnya Ustad Usman.
"Ustad Usman itu ayah mertuaku, dia yang memimpin pesantren bersama ustad Soleh. Yang punya pesantren itu kiyai Husen" tutur Syifa.
Sesampainya di rumahnya ustad Usman.
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
jawab Silmi sambil membuka pintu.
"Eh ka Syifa, masuk ka" Silmi mempersilahkan.
"Kita duduk di depan saja, Abi ada gak, bilangin ada tamu" ucap Syifa. Silmi mengangguk dan langsung memberitahu Abi nya. Seketika itu pula Ustad Usman langsung menemui mereka di depan rumah.
"Assalamualaikum Bi"
"Waalaikum salam"
Ustad Usman pun duduk bersama mereka.
"Ini Cahaya Bi, dan ini putranya Ali, mereka datang dari Jakarta. Cahaya ingin mendaftarkan Ali untuk jadi santri disini. Kebetulan Cahaya dan Ali akan tinggal disini, mereka sudah mengontrak salah satu dari kontrakan Abang Fayang" tutur Syifa. Ustad Usman pun mengangguk lalu menatap Ali.
"Alibaba sini, kenalan dulu sama om ustad" ucap ustad Usman.
"Namanya Ali Wijaya, bukan Alibaba" ucap Cahaya.
"Aku cuma bercanda Sinar" jawab ustad Usman. Cahaya pun langsung mengernyit.
"Namaku Cahaya, bukan Sinar" ucap Cahaya sedikit protes.
"Sinar itu kan kakaknya Cahaya, jadi sama saja" ucap Ustad Usman. Cahaya kembali mengernyit lalu menatap Syifa.
"Yang sabar ya menghadapi ayah mertuaku" bisik Syifa. Cahaya pun mengangguk pasrah.
Setelah mengurus ini itu, Ali pun resmi menjadi santri baru di sana.
"Besok Ali boleh langsung ikut belajar, dia akan tinggal di asrama atau tinggal di kontrakan bersamamu?" tanya ustad Usman.
"Ali akan tinggal bersamaku di kontrakan"
Ustad Usman pun mengangguk.
"Suamimu kerja dimana?" tanya ustad Usman.
"Aku sudah tidak punya suami" jawab Cahaya.
Ustad Usman pun terdiam.
"Tragedi dokter Ikbal akan terjadi kembali. Dulu saat Dokter Ikbal berada disini, para suami mendadak cemburu. Dan sekarang ada Cahaya, janda muda berparas cantik, pasti para istri istri mendadak cemburu" batin ustad Usman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Neulis Saja
🙂
2022-11-17
1
aiko
ak sukaaaaa.......
2022-08-26
1
chue
wkwkkwkk om ustad
2021-10-31
1