Perceraian

Hari itu Cahaya sedang menyuapi Ali ketika makan malam. Bu Wahida pun mendekati mereka sambil melajukan kursi rodanya.

"Ali lagi ngapain?" tanya Bu Wahida sambil tersenyum. Cahaya langsung menundukan wajahnya, menyembunyikan luka lebam diwajahnya namun Bu Wahida rupanya curiga.

"Kau kenapa Aya?, apa Saka menyakitimu lagi?" tanya Bu Wahida. Seketika itu pula Cahaya langsung berlinang air mata.

"Bu, aku sudah cape hidup berumah tangga seperti ini. Mas Saka tidak pernah menghargai ku sama sekali" ucap Cahaya. Bu Wahida langsung terdiam.

"Maafkan ibu, semua gara gara ibu menjodohkanmu dengan Saka, hidupmu jadi menderita seperti ini"

Tiba tiba Saka datang dengan marahnya tanpa ada sebab yang jelas. Saka marah marah dan memukuli Cahaya di depan ibunya.

"Dasar perempuan terkutuk. Untuk apa tadi pagi kau datang ke kantorku. Kau mau mempermalukan ku dihadapan semua karyawan ku" teriak Saka sambil menjambak kerudung Cahaya. Cahaya pun meringis kesakitan, sementara Bu Wahida sudah berteriak teriak agar Saka tidak berbuat kasar pada istrinya.

"Sakit mas"

"Saka lepas kan Cahaya, jangan sakiti dia" teriak Bu Wahida. Namun saka tak menghiraukan ringisan dan tangis Cahaya, apalagi teriakan ibunya.

"Mati saja kau perempuan terkutuk" ucap Saka sambil mencekik Cahaya. Seketika itu pula Bu Wahida langsung mengambil fas bunga dan memukulkannya ke kepala Saka.

"AAAAAA" teriak Saka sambil memegangi kepalanya yang kini terluka dan berdarah. Cahaya namak terkejut, apalagi Ali langsung menangis. Tiba tiba Saka tergeletak pingsan.

"Mas Saka"

"Aya, sebaiknya kau tinggalkan rumah ini" pinta Bu Wahida. Cahaya pun terdiam kebingungan.

"Tapi Bu"

"Tidak ada tapi tapian Cahaya. Pergilah, carilah kebahagiaanmu nak, maafkan ibu. Ayo pergi sebelum Saka sadar dan menyakitimu lagi. Saka itu pikirannya sakit, dia bisa saja membunuhmu" tutur Bu Wahida.

"Tapi aku harus pergi kemana Bu?" tanya Cahaya bingung.

"Pergilah ke rumahnya pak Anwar, dia adalah orang kepercayaan ibu. Nanti dia yang akan mengurus perceraian mu dengan Saka" ucap Bu Wahida. Cahaya pun mengangguk dan langsung menggendong Ali dan pergi dari rumahnya Bu Wahida.

Cahaya pun mendatangi rumah nya pak Anwar yang sebelumnya di beri alamatnya oleh ibu mertuanya.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Kini berdirilah seorang pria paruh baya di hadapannya Cahaya, dialah pak Anwar orang kepercayaannya Bu Wahida.

"Kau pasti Cahaya kan?" tanya pak Anwar. Cahaya pun mengangguk.

"Ayo masuk, Bu Wahida sudah bicara sebelumnya dengan saya" ucap pak Anwar. Lalu datanglah istri pak Anwar menghampiri mereka.

"Siapa ini pak?" tanya istrinya pak Anwar.

"Ini Cahaya menantunya Bu Wahida" jawab Pak Anwar. Dilihatnya Cahaya nampak kelelahan, apalagi ia menggendong Ali yang tertidur.

"Ayo masuk nak, nanti ibu obati lukamu" ucap istrinya pak Anwar. Selama beberapa hari terakhir, Cahaya dan Ali tinggal sementara di rumah nya pak Anwar. Pak Anwar dan Bu Wahida telah mengurus perceraian Cahaya dan Saka.

Sidang demi sidang Cahaya dan Saka lewati. Hingga mereka sah bercerai. Cahaya pun berhasil mendapatkan hak asuh atas putranya karena memang Saka tidak pernah perduli dengan Ali. Tangis kebahagiaan nampak jelas di raut wajah cantiknya Cahaya. Ia merasa sudah terbebas dari rumah tangga yang penuh dengan derita. Kini ia menerima dengan ikhlas setatusnya yang menjadi seorang janda.

"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Aku sudah terbebas dari mas Saka. Berilah aku dan putraku kebahagiaan. Aamiin" batin Cahaya.

Sebelum pergi dari pengadilan, Saka pun sempat menghampiri Cahaya dan memberikan tatapan hina pada mantan istrinya itu.

"Aku tidak yakin kau dengan Ali bisa hidup bahagia tanpa diriku" ucap Saka dengan sombongnya. Cahaya pun tersenyum.

"Insya Allah aku dan Ali bisa bahagia tanpa dirimu mas Saka" jawab Cahaya. Saka malah tersenyum mengejek.

"Setatusmu sebagai seorang janda membuatmu akan semakin terhina" ucap Saka sambil berlalu pergi.

"Ayah" panggil Ali.

Saka tak memperdulikan panggilan putranya itu, ia terus berjalan dan pergi. Cahaya pun langsung memeluk Ali.

"Ali jangan sedih ya, Ali akan tinggal berdua sama ibu. Ibu yakin kita bisa bahagia tanpa ayah" ucap Cahaya menghibur putranya. Tiba tiba Bu Wahida menghampirinya bersama pak Anwar.

"Aya, ibu minta kau pergi sejauh mungkin dari Jakarta. Ibu tidak mau Saka menyakitimu lagi. Ibu juga yakin, Saka tidak akan membiarkan mu hidup bahagia. Jadi sebaiknya kau pergi dari sini, pergilah sejauh mungkin. Jangan sampai kau bertemu lagi dengan putraku. Putraku itu sakit jiwa, dia mewarisi sikap ayahnya" tutur Bu Wahida.

"Bu, boleh aku tanya, siapa sebenarnya ayah mertuaku itu?" ucap Cahaya. Bu Wahida langsung terdiam.

"Kau tidak perlu tau siapa ayahnya Saka. Yang penting sekarang kau pergi sejauh mungkin. Jagalah Ali sebaik mungkin, jagalah cucuku. Dengarkan aku Cahaya, berjanjilah kau tidak akan meninggalkan Ali. Karena suatu saat Saka pasti akan mencarinya"

"Kenapa memangnya Bu?" tanya Cahaya tak mengerti.

"Ibu sudah mewariskan semua harta ibu untuk Ali. Jadi jagalah Ali sebaik mungkin, karena Ibu yakin Saka tidak akan terima dan akan mengambil Ali darimu agar harta warisan ibu bisa dikuasainya" tutur Bu Wahida. Cahaya pun terdiam. Bu Wahida memberikan sebuah hape dan kalung serta anting yang dikenakannya.

"Pegang lah ini untuk bekalmu ke depannya. Ibu tidak bisa memberimu uang sekarang. Saka telah mengatur semua keuangan perusahaan. Pergilah nak, kalau ada apa apa hubungi ibu" tutur Bu Wahida. Seketika itu Cahaya menangis lalu memeluk Bu Wahida begitu pun dengan Ali.

"Maafkan ibu nak. Jagalah cucu ibu, jangan biarkan dia jatuh ke tangannya Saka" ucap Bu Wahida. Cahaya pun mengangguk ngangguk.

"Aku pergi Bu, asalamualaikum" pamit Cahaya dan Ali.

"Waalaikum salam"

"Ya Allah berikanlah kebahagiaan untuk Cahaya dan cucuku" batin Bu Wahida.

Kini Cahaya sudah pergi ke stasiun kereta. Ia bingung harus pergi kemana. Ia tidak punya keluarga dan teman dekat. Tiba tiba hape yang diberi Bu Wahida berbunyi. Cahaya pun langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum Bu" jawab Cahaya.

"Cahaya kau dan Ali sekarang ada dimana nak?" tanya Bu Wahida khawatir.

"Aku masih ada di Jakarta Bu, ini lgi di stasiun"

"Cepat pergi Aya, ternyata Saka sudah tau kalau ibu mewariskan semua harta ibu untuk Ali, dan sekarang Saka sedang mencari Ali. Dia akan melakukan apa saja untuk merebut Ali darimu. Pergilah sejauh mungkin Aya, ibu yakin sekarang anak buahnya Saka sedang mencari mu dan Ali ke setiap penjuru Jakarta" tutur Bu Wahida.

Saat Cahaya melihat anak buahnya Saka di stasiun itu, Cahaya langsung masuk ke sebuah kereta untuk bersembunyi tanpa tau tujuan kereta itu mau kemana. Saka dan anak buahnya sudah mencari cari. Hingga kereta itu berjalan dan pergi dari Jakarta. Hingga hampir tiga jam diperjalanan, Cahaya terus memeluk putranya, ia hanya membawa sebuah hape dan perhiasan pemberian Bu Wahida serta uang seadanya yang ia taruh di tas kecilnya.

Ketika kereta berhenti di sebuah stasiun di kota A, semua penumpang pun turun. Cahaya sudah menggendong Ali. Ia mulai kebingungan harus pergi kemana. Ia berjalan tanpa tujuan, hanya membawa tas kecil yang isinya perhiasan dan hape.

"Bu, kita mau kemana?" tanya Ali. Cahaya pun terdiam, lalu tersenyum untuk menghibur putranya itu.

"Kita akan menjemput kebahagiaan kita nak. Sabar ya, semoga Allah memberikan kita jalan yang terbaik" ucap Cahaya.

Daerah asing itu membuatnya kebingungan. Cahaya sudah celingak celinguk.

"Bu, Ali haus" ucap Ali.

Cahaya pun tersenyum melihat diseberang stasiun ada sebuah pasar. Cahaya pun pergi ke pasar untuk membeli minuman serta makan untuk dirinya dan Ali, tak lupa juga Cahaya menjual perhiasan yang diberi Bu Wahida padanya.

Saat Cahaya berjalan keluar dari pasar, tiba tiba ada seorang pencuri yang menjambret tas kecilnya. Seketika Cahaya langsung berteriak minta tolong.

"Tolong ada copet, tas ku diambil" teriak Cahaya. Seketika itu pula orang orang di pasar itu membantu Cahaya termasuk Aisyah dan Bi Ratna yang kebetulan sedang berbelanja di pasar.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Aisyah pada Cahaya.

"Tas ku dicopet" jawab Cahaya.

Untung saja para tukang ojek disana berhasil meringkuk copet itu dan mengembalikan tas Cahaya.

"Terimakasih untuk semua karena telah menolong saya" ucap Cahaya.

"Siapa namamu?, dan kau mau pulang kemana?" tanya Aisyah.

"Namaku Cahaya. Aku baru datang dari Jakarta, hanya saja aku belum tau mau kemana. Ini aku mencari rumah kontrakan" jawab Cahaya. Aisyah dan Bi Ratna pun terdiam.

"Aku Bi Ratna, dan ini Aisyah. Bagaimana jika kau ikut dengan kami, kita tinggal disebuah pesantren. Kebetulan disana ada sebuah kontrakan milik Fadil dan Syifa, kau bisa mengontrak disana sekalian kau pun bisa memasukan putramu untuk jadi santri baru di pesantren. Itu juga jika kau mau" tutur Bi Ratna. Cahaya malah terdiam.

"Apa aku harus ikut dengan mereka?. Tapi sepertinya aku bisa bersembunyi di pesantren itu dari kejarannya Saka. Mudah mudahan disana bisa membuat aku dan Ali aman dari kejarannya Saka" batin Cahaya.

"Aku mau ikut dengan kalian"

_

_

_

_

_

_

_

*Sedikit prakata dari author ya. Maaf jika sebagian reader merasa kecewa dengan sosok Cahaya yang hanya seorang janda untuk didampingkan bersama Adam.

Disini aku memberi sedikit cerita berbeda dari sebelumnya. Karena cerita pasangan yang sempurna sudah sering kita baca di novel novel yang lain. Dari laki laki sempurna dipasangkan dengan perempuan sempurna.

Author hanya mau bicara sedikit. Janda juga manusia. Tidak ada perempuan yang bercita cita menjadi janda, hanya saja keadaan yang memaksa. Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan melainkan sebuah keadaan.

Lebih baik menjadi janda terhormat dari pada menjadi perawan laknat. Di zaman seperti ini sudah susah untuk mencari perawan yang kesuciannya masih terjaga. Janganlah pandang seorang janda dengan sebelah mata, mereka juga manusia biasa, punya hati dan perasaan. Tidak semua janda mempunyai perilaku buruk. Ingat ya Rasulullah yang sempurna saja mau menikahi seorang janda, apalagi Adam yang hanya manusia biasa.

Maaf ya jadi kepanjangan bicaranya. Semoga semua terhibur dengan ceritanya. Terima kasih. Salam manis dari Author*.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

next

2022-11-17

1

Nugroho

Nugroho

siapa ssssss😄😄😄

2022-10-21

1

Ulfa Riady

Ulfa Riady

setuju banget thor...

2022-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!