Khawatir.

Pagi itu, Adam sudah berangkat mengajar bersama Hawa. Perasaan Adam masih merasa kecewa. Ia sudah berusaha dan berusaha untuk melupakan Cahaya namun hasilnya nihil. Adam sudah bingung sendiri, bahkan dirinya sudah menghindar jika dirinya berpapasan dengan Cahaya.

"Hatimu masih remuk kak?" tanya Hawa.

"Hmmm"

Tiba tiba mereka bertemu dengan AL yang juga mau berangkat kuliah di luar pesantren.

"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Hawa sudah membuang muka.

"Pagi Hawa" sapa AL sambil tersenyum.

"Pagi" jawab Hawa sedikit judes hingga AL malah tersenyum.

"Jangan judes judes gitu Hawa. Kata orang benci sama cinta itu bedanya tipis, setipis baju lingrienya umi Anisa" ucap AL.

"Usiaku lebih tua darimu, jadi panggil aku kakak. Dan tidak usah menggodaku" ucap Hawa. AL malah tertawa.

"Baiklah kakak Hawa yang cantik. Besok aku akan pindah ke Jakarta untuk meneruskan sekolahku disana. Kalau kak Hawa rindu telepon aku ya" tutur AL.

"Alhamdulillah si AL pergi, jadi gak ada yang gangguin aku lagi yes yes" batin Hawa.

"Kakak Hawa cantik. Kalau suatu saat aku mengkhitbah mu apa kau mau?" tanya AL. Seketika itu pula Hawa langsung menggeleng.

"Terima kasih Al, maaf aku tidak suka berondong" jawab Hawa hingga Adam tertawa tawa kecil. AL pun langsung mengerucutkan bibirnya.

"Berondong itu lebih menyenangkan loh. Kalau kau tidak percaya tanya saja sama Tante Aisyah" ucap AL. Hawa langsung mengernyit.

"Kenapa harus bawa bawa Umi ku" protes Hawa.

"Kan Tante Aisyah lebih berpengalaman"

"Aku sudah punya calon" jawab Hawa bohong. Adam hanya tersenyum senyum saja melihat perdebatan mereka.

"Pasti nama calonnya itu AKMAL MALIK IBRAHIM ya" goda AL. Hawa langsung mengernyit.

"Idiiih percaya diri banget" gerutu Hawa.

"Sssttth jangan berantem. AL, kau sekolahlah yang rajin. Kalau kau sudah resmi berseragam seperti kakek mu, barulah kau temui Abi ku untuk melamar sodara kembarku ini" tutur Adam. Hawa langsung mencubit lengannya Adam sambil berbisik.

"Aku tidak suka berondong" bisik Hawa. Adam malah tersenyum senyum.

"Sekarang kau boleh bilang tidak suka berondong, tapi suatu saat nanti kau pasti tergila gila padanya. Kau tidak lihat, si AL nampak Maco dan gagah seperti ustad Ibrahim, apalagi saat nanti dia berseragam polisi, pasti kau kelepek kelepek" tutur Adam sambil berbisik. Hawa hanya mengerucutkan bibirnya.

"Kak Adam, apa kau merestuiku jadi adik iparmu?" tanya AL.

"Tergantung ya. Kalau kau masuk kriteria calon imam yang baik, akan aku pikirkan" ucap Adam. AL malah tertawa.

"Kak Adam, kalau aku sudah masuk kriteria tapi kakak Hawa yang cantik ini masih menolaku aku akan menangkap mu" goda AL.

Adam malah tertawa. Namun Hawa malah marah.

"Jadi jika kau sudah berseragam. Apa kau berani menangkap kak Adam?" tanya Hawa.

"Tentu saja. Kalau kakakmu membuat salah aku pasti menangkapnya" tegas AL. Hawa langsung menggeram.

"Ingat kata-kata ku ya AL. Simpan dalam ingatanmu baik baik. JIKA SUATU SAAT KAU SAMPAI MENANGKAP KAK ADAM, DENGAN ALASAN APA PUN MAKA AKU AKAN MEMBENCIMU. Kau ingat itu Akmal Malik Ibrahim" tegas Hawa. AL malah tersenyum.

"Assalamualaikum" pamit Hawa sambil menarik Adam pergi.

"Tidak boleh bersikap begitu, benci dan cinta itu bedanya tipis" ucap Adam.

Hawa pun masuk ke kelasnya, sementara Adam berjalan menuju gerbang santri putra. Dilihatnya Cahaya baru datang mengantarkan Ali.

"Assalamualaikum" Cahaya mengucap salam.

"Waalaikum salam" jawab Adam. Adam hanya senyum sewajarnya lalu masuk meninggalkan Cahaya dan Ali. Cahaya langsung terdiam, ia merasa aneh dengan sikapnya Adam.

"Semenjak ustad Adam tau kalau Ali adalah putraku, tiba tiba sikapnya berubah acuh. Apa karena aku ini seorang janda jadi sikap ustad Adam berubah" batin Cahaya.

Adam sudah masuk keruangannya sambil mengelus ngelus dadanya.

"Duuh hati, kumohon kau jangan berkhianat. Cahaya itu istrinya orang, jangan suka berdebat debar kalau bertemu dengannya. Aku gak mau ya jadi pebinor" batin Adam yang sedang berusaha berdamai dengan hatinya.

Adam hanya diam sambil melamun di kursi hingga membuat para ustad ustad yang lain merasa heran terutama ustad Usman. Ustad Usman pun mendekati Adam.

"Tumben kau datang datang wajahmu sudah kusut seperti baju belum digosok. Biasanya wajahmu terlihat manis dan berbunga bunga" tutur Ustad Usman.

"Aku kan sudah bilang kalau aku ini sedang patah hati Pakde. Wajahku mendadak pahit, bunga bungaku pun mendadak layu" jawab Adam.

"Waah kalau itu masalahnya sih gampang, hatimu tinggal disiram sama dikasih pupuk biar bunga bunganya mekar lagi" ucap Ustad Usman. Adam sudah menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Tidak segampang itu masalahnya Pakde. Cinta ku ini bisa dibilang cinta terlarang" Jawab Adam. Ustad Usman malah mengernyit.

"Pakde semakin penasaran, sebenarnya siapa perempuan yang sedang kau sukai itu?"

"Itu loh pakde, kakaknya si Ali" jawab Adam yang sengaja tidak menyebutkan ibunya Ali. Lagi lagi Ustad Usman mengernyit kan keningnya.

"Emang si Cahaya punya anak berapa?. Ko si Adam naksir kakaknya si Ali, kakaknya si Ali itu artinya anaknya si Cahaya. Si Cahaya nya saja masih muda, pasti anaknya si Cahaya pun masih kecil. Waah gak bener nih si Adam" batin Ustad Usman.

"Dam kau mau jadi pedofil suka sama anaknya si Sinar?" tanya ustad Usman sedikit menggerutu. Adam langsung mengernyit.

"Pakde jangan bikin aku pusing deh" Adam ikut menggerutu.

Setelah jam istirahat masuk, Adam pun melihat Ali sedang memakan bekal yang dibawanya dari rumah. Adam pun tersenyum lalu mendekati Ali yang sedang duduk.

"Enak?" tanya Adam hingga Ali mengangguk ngangguk. Adam pun ikut duduk disebelahnya Ali.

"Boleh ustad Adam tanya sesuatu?"

Ali pun mengangguk ngangguk.

"Ayahnya Ali siapa namanya?" tanya Adam.

"Ayah Saka" jawab Ali.

"Jadi suami Cahaya namanya Saka. Beruntung sekali dia" batin Adam. Adam pun tersenyum melihat Ali memakan bekalnya dengan lahap.

"Ayah Saka sepertinya sayang banget ya sama Ali" ucap Adam. Ali malah menggeleng.

"Ayah itu jahat" jawab Ali hingga Adam mengernyit.

"Jahat?, jahat kenapa?" tanya Adam penasaran.

"Ayah suka mukulin ibu sampai nangis" jawab Ali. Adam langsung terdiam.

"Apa maksud ucapannya Ali, apa Cahaya menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga?. Kalau itu benar, kasihan sekali Cahaya" batin Adam.

Sebenarnya Adam ingin bertanya tanya lebih jauh lagi, namun ia urungkan ia tidak mau terlalu ikut campur urusan rumah tangga orang lain.

"Semoga kau selalu bahagia" ucap Adam sambil mengelus kepalanya Ali.

Setelah jam pelajaran berakhir, Cahaya sudah menunggu Ali didepan gerbang. Santri putri sudah pada bubar hingga Cahaya bertemu dengan Syifa.

"Assalamualaikum. Aya apa kau sedang menunggu Ali?" tanya Syifa.

"Waalaikum salam. Iya mbak Syifa, aku lagi jemput Ali" jawab Cahaya.

"Kau sudah pulang kerja?" tanya Syifa kembali. Cahaya menggeleng.

"Ini masih jam istirahat, nanti aku akan ajak Ali ke rumah makan, kasihan kalau di kontrakan sendirian" jawab Cahaya.

"Ali titipin padaku saja Aya, kasihan kalau dia dibawa bawa kerja. Lagi pula Ali harus mengikuti pelajaran mengaji, takutnya nanti dia terlambat" ucap Syifa. Cahaya pun tersenyum.

"Aku takut merepotkan mba Syifa" jawab Cahaya.

"Tidak apa apa Aya, justru aku senang bisa menjaga Ali, selama ini aku merindukan seorang anak. Dengan bermain bersama Ali rinduku sedikit terobati" jawab Syifa.

Tidak lama kemudian Ali keluar bersama Adam.

"Assalamualaikum ibu" Ali langsung memeluk Cahaya.

"Eh Ali udah pulang"

Ali pun mencium tangannya Cahaya dan Syifa. Adam hanya diam menunduk.

"Ayo kita pulang Ali"

Cahaya pun menatap Adam.

"Kita duluan ustad Adam, asalamualaikum" pamit Cahaya.

"Waalaikum salam"

Sebelum Cahaya pergi, Adam pun memanggilnya.

"Cahaya"

Cahaya langsung berbalik menatap Adam.

"Apa kau baik baik saja?" tanya Adam khawatir ketika ia tau kalau Saka sering memukulnya. Cahaya pun terdiam lalu mengangguk.

"Mendengar kau disakiti kenapa aku tidak rela" batin Adam.

Cahaya kembali melanjutkan langkahnya. Ali sudah digendong oleh Syifa. Cahaya terus diam sambil memikirkan pertanyaan Adam barusan.

"Kenapa ustad Adam bertanya seperti itu padaku. Entah kenapa aku melihat kekhawatiran yang teramat sangat diraut wajahnya ustad Adam" batin Cahaya.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

usullaly feelings like right

2022-11-17

1

❁︎⃞⃟ʂ𝘈𝘯𝘪𝘯𝘥𝘪𝘵𝘩𝘢

❁︎⃞⃟ʂ𝘈𝘯𝘪𝘯𝘥𝘪𝘵𝘩𝘢

hawa.. aku peringatin ya, jan benci" bgt apa lagi sama berondong, bukan apa" takutnya kek aku kemakan karma sendiri, dari benci malah saling melengkapi🙊🙈😅

2021-04-14

1

Yani Ist Kristiani

Yani Ist Kristiani

lebih khawatir sama omongan nya Hawa ke Al.. hadeuhhh jangan berat" ya Thor masalah nya.. cukup Dewi aja yang udah berat di cerita ini.. hehehe😁😁

2021-03-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!