Pulau Tengkorak

Dinginnya desiran angin laut menembus hingga tulang sumsum. Sama seperti malam sebelumnya, mendung tebal menutupi permukaan langit memaksa rembulan untuk kembali bersembunyi.

Perlahan namun pasti, kapal yang ditumpangi Mahesa melaju membelah gelapnya lautan. Nampak dari kejauhan lampu-lampu kecil berasal dari kapal para nelayan yang sedang mencari ikan. Sebenarnya, cuaca sedang tidak mendukung untuk melaut. Akan tetapi mereka masih nekad berangkat. Ah, kebutuhan dapur memang tidak bisa diajak kompromi.

Hampir lima jam diatas kapal. Memandang hamparan laut yang berwarna hitam. Malam terasa sangat gelap, ternyata diatas air lebih menyeramkan. Para penumpang sudah banyak yang terlelap. Mahesa berjalan menghampiri sekelompok petani yang masih berbincang.

Melihat kehadiran Mahesa, para petani segera memberi tempat mempersilakan Mahesa duduk. Pakaian yang dikenakan Mahesa memang berbandrol tinggi menunjukkan dia bukan berasal dari golongan ekonomi rendah sehingga para petani terlihat begitu gugup. Mahesa jadi agak kikuh juga.

"Tuan-Tuan jangan terlalu sungkan, saya sama seperti kalian. Hanya seorang rakyat biasa. Mohon untuk beri saya muka." Mahesa tersenyum ramah. Suaranya begitu lembut dan menenangkan.

Para petani yang tadi merasa takut jadi berubah sikap. Mereka tidak lagi menganggap Mahesa sebagai suatu ancaman atau bahaya. Penampilan Mahesa yang memakai topeng, layaknya Pendekar yang sengaja menyembunyikan jati diri merupakan alasan kuat bagi orang biasa untuk merasa dalam bahaya. Sudah pemandangan yang sangat lumrah, ketika seorang pendekar dipandang seperti malaikat pembunuh. Bagaimana tidak, dengan sekali gerakan saja, dengan mudah bisa mengambil kepala petani biasa seperti mereka.

"Maaf den, kalau boleh kami tahu sebenarnya kemana tujuan aden?" tanya seorang bapak yang berusia sekitar 50 tahun.

"Tuan Muda ... Ah, kiranya Tuan ada disini." Puspita Dewi muncul. Nampaknya gadis itu sejak tadi mencari-cari keberadaan Mahesa.

Mendengar cara Puspita memanggil dan melihat sikap gadis yang baru datang itu sangat sopan serta berhati-hati saat berbicara dengan pemuda bertopeng perak, para petani yang tadi mulai mencair kini terlihat jadi serba salah.

Mahesa memahami yang dirasakan para petani.

"Tuan-Tuan, perkenalkan. Dia adalah teman saya. Ditempat kami, sebutan Tuan Muda biasa diucapkan oleh seorang adik pada kakaknya. Saya harap Tuan-Tuan bisa mengerti." Mahesa kembali memasang senyum ramah. Tangannya menepuk tempat duduk memberi kode pada Puspita agar segera bergabung. Dengan senyum yang sedikit dipaksakan Puspita duduk disamping Mahesa.

Para petani saling pandang.

"Maaf den, kalau boleh kami tahu, dari mana aden dan nini berasal?" petani tua yang memperkenalkan diri bernama Dirun memberanikan diri untuk bertanya.

"Kami berasal dari Utara pak, kami sama sekali tidak tahu mengenai Pulau Tengkorak. Mohon kiranya bapak menegur jika kami terdapat khilaf." Jawab Mahesa enteng.

Wajah dirun dan teman-temannya menjadi pucat. Dari utara cuma berdua saja? Orang biasa tidak mungkin berani melakukannya.

Sejak zaman nenek moyang, hubungan wilayah Utara dan Selatan tidak kunjung membaik. Persahabatan Padepokan Rajawali dari Utara dan Padepokan Pring Wulung dari selatan adalah satu-satunya yang selalu dijadikan contoh dan kebanggaan. Namun, setelah tersiar kabar kematian Tapak Wulung yang dibunuh oleh Belibis Putih, ketegangan semakin menjadi. Boleh dikatakan telah berkibar bendera perang antara Pendekar maupun padepokan utara dan selatan. Sudah tidak terhitung korban yang berjatuhan, hampir setiap hari darah mengalir.

Mahesa bisa mengerti. Dia tidak berniat menyinggung apapun tentang dunia persilatan. Dia mengarahkan pembicaraan seputar ladang dan perkebunan. Juga harga-harga bahan pokok yang semakin meroket naik. Sebagai pengumpul informasi keluarga Belibis Putih, Puspita Dewi tentu tidak kesulitan mengikuti alur pembicaraan.

"Hahahaha." Sesekali terdengar tawa lepas dari kesemuanya. Tidak ada batas lagi antara Mahesa dan para petani. seolah melupakan mereka berasal dari daerah yang sedang bertikai.

Dari cerita mereka, Pulau Tengkorak merupakan pulau yang besar. Terdapat Tiga kota besar yang menghidupi banyak padepokan didalamnya. Meski telah dipisahkan oleh laut, Pulau Tengkorak masih termasuk dalam wilayah selatan. Tidak ada yang mengetahui secara pasti mengapa pulau itu dinamakan Pulau Tengkorak. Namanya telah turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Akan tetapi, ada satu cerita menarik.

Sekitar dua puluh lima tahun silam, telah terjadi pertempuran maha dahsyat di Pulau Tengkorak. Tepatnya di Lembah Tengkorak. Konon, jumlah tengkorak manusia disana hampir menyerupai gunung kecil. Seorang pendekar sakti yang berasal dari selatan membantai beberapa kelompok Padepokan di Lembah itu.

Katanya, akar masalahnya disebabkan hubungan pendekar tersebut dengan seorang wanita dari utara. Mereka saling mencintai dan telah mengembara bersama lebih dari dua puluh tahun. Sang pendekar membawa kekasihnya kembali ke Pulau Tengkorak untuk menikahi sang wanita secara resmi didepan kedua orang tuanya dan disaksikan seluruh anggota padepokan tempatnya menimba ilmu.

Apa hendak dikata, pihak keluarga pria menolak keras keinginan itu. Padepokan juga melakukan hal serupa. Alasan mereka sama yaitu karena wanita yang akan dinikahi sang pendekar merupakan orang utara. Selamanya orang utara itu jahat dan tidak pantas bersanding dengan keturunan dari selatan.

Cinta yang telah membutakan mata membuat sang pendekar sakti tidak menerima. Dia tidak mengindahkan penolakan keluarga dan padepokan. Tekadnya akan tetap menikahi kekasihnya. Jika selatan menolak dia akan menikah di Utara.

Keputusan tersebut menempatkan Pendekar sakti pada tuduhan Penghianat Bangsa. Hukum bagi penghianat adalah Hukum Mati. Pulau Tengkorak berencana tidak membiarkan sepasang kekasih dimabuk asmara tersebut keluar hidup-hidup. Keluarga dibantu beberapa Padepokan mengepung pendekar sakti dan kekasihnya.

Sampai di Lembah Tengkorak, pertempuran besar tidak terelakkan. Sepasang pendekar yang merupakan Pendekar pilih tanding, sulit menemukan lawan. Dan pada akhirnya mereka terpaksa membantai siapapun yang datang ke Lembah Tengkorak. Meski dengan segala cara, pihak pulau tengkorak tidak bisa menghalangi sepasang pendekar untuk meninggalkan pulau. Dengan luka yang cukup parah, sepasang pendekar berhasil melarikan diri. Meninggalkan segunung bangkai manusia.

Tersiar kabar setelah menikah, sang pendekar bersama istrinya hilang bagai ditelan bumi. Ada yang menduga mereka tewas akibat terkena racun ganas pada pertempuran di Lembah Tengkorak. Hingga kini, setelah dua puluh lima tahun, kabar tentang Pendekar tersebut semakin terlupakan.

Banyak orang berkaca dari cerita itu hingga menimbulkan kesan 'seram' akan persepsi orang terhadap pulau tengkorak.

"Apa bapak mengetahui siapa nama sepasang pendekar dari Utara tersebut?" tanya Mahesa penasaran. Napasnya menderu ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Pak Dirun menarik napas berat lalu menggelengkan kepalanya.

"Pihak Pulau Tengkorak melarang untuk sekedar menyebut nama sepasang pendekar itu. barang siapa saja yang diketahui menyebutkan salah satu nama didepan umum, maka hukuman mati sudah ditetapkan sebagai ganjaran."

"Pendekar pria memiliki ilmu tapak tak tertandingi. Sementara Pendekar wanita merupakan ahli pedang."

°°

Dikejauhan, lampu-lampu yang berasal dari perahu kecil bergerak mendekat. Semakin lama semakin dekat. Bukan. Itu bukan kapal nelayan.

Puluhan kapal kecil telah mengepung kapal yang ditumpangi Mahesa. Tidak lama berselang, puluhan orang bergerak lincah menaiki kapal. Sepertinya mereka perompak.

"Bajak laut !!! Bajak laut !!!" teriak awak kapal mengejutkan seluruh penumpang.

Sudah cukup lama tidak ada perompak. Mengapa tiba-tiba muncul??

Para penumpang yang merupakan Pendekar bergegas menyambut kedatangan para perompak. Akan tetapi jumlahnya kalah jauh. Ditambah bertarung diatas air, tentu perompak lebih diuntungkan.

Sambil menunggu pimpinan perompak muncul, Mahesa mencoba menenangkan para petani yang mulai sangat ketakutan.

Pedagang dan saudagar kaya terlihat sangat panik. Semuanya diperingatkan untuk berkumpul di tempat Mahesa dan temannya duduk. Dalam waktu singkat tempat itu dipenuhi para penumpang.

Kusuma Gandawati bergabung bersama Mahesa dan Puspita Dewi.

"Apa bajak laut sering beroperasi di sini?" tanya Mahesa pada Kusuma Gandawati.

Kusuma Gandawati menggeleng.

"Mereka bukan bajak laut Tuan Muda. Saya mengenali mereka berasal dari Padepokan Kemuning Senja. Sepertinya mereka sedang mengejar buronan."

Mahesa memperhatikan seluruh penumpang kapal. Banyak anak kecil dan ibu-ibu, saudagar dan pedagang. Buronan?

Melihat peta kekuatan musuh, Para pendekar yang tadi berniat melawan jadi ciut nyalinya. Padepokan Kemuning Senja mengerahkan cukup banyak pasukan. Tentu ada hal penting yang mereka cari.

Pimpinan perompak berjalan mendekat.

"Tanpa melihat, aku bisa tahu ada berapa jumlah calon pendekar di kapal ini. Sekarang siapa saja yang mempunyai ilmu tapak silahkan berdiri !!!" bentaknya.

Beberapa Pendekar berdiri. Termasuk Mahesa.

"Kami mendapat perintah untuk membunuh semua pendekar tapak yang melintas di perairan ini. Sekarang kalian bisa pilih untuk menghabisi nyawa sendiri atau kami terpaksa mengotori tangan." Satu pilihan mengejutkan keluar dari bibir pimpinan rompak.

Mahesa memberi hormat sebelum bicara.

"Ilmu tenaga dalam kami sangat rendah tidak cukup mampu untuk mencelakai diri sendiri. Bisakah kiranya tuan menjelaskan perihal kesalahan yang telah kami perbuat?" suara Mahesa terdengar sangat tenang.

"Hahahah!!!" Pimpinan rompak tertawa nyaring diiringi tawa anak buahnya.

Mahesa melanjutkan perkataannya.

"Sangat menyedihkan, saya bertanya akan tetapi tidak mendapatkan jawaban. Seekor kerbau tidak mungkin menelan ayam meski perutnya sangat lapar. Tegakah seorang pendekar hebat seperti Tuan mencelakai Pendekar lain tanpa kesalahan yang pasti?"

"Tega ?? Hahaha!!! Dalam dunia persilatan tidak ada kata tega dan kasihan." Jawab pimpinan rompak.

Dia memberi kode pada prajuritnya yang berada didekat anak kecil. Dengan kasar prajurit itu menarik tubuh anak berusia sekitar tujuh tahun tersebut dan melemparkan kedepan pimpinannya.

Tangis si anak pecah, begitu juga ibunya memohon pengampunan atas anaknya.

"Hahahaha ...." Sekali lagi Pimpinan pasukan tertawa lantang.

Seorang anak buahnya menghunus pedang. Sambil menatap kearah mahesa dia mengayunkan pedangnya kearah leher bocah yang menangis ketakutan.

Jaraknya dengan Mahesa cukup jauh, tidak ada kesempatan untuk Mahesa mendekat.

Mahesa memutarkan pergelangan tangannya, kekuatan energi tenaga dalamnya menahan pedang yang hampir memisahkan kepala bocah kecil.

"Hufftt ...." Suara prajurit itu menjerit tertahan saat dia merasakan kulitnya menyentuh sesuatu yang dingin. Air. Beberapa detik kemudian dia sadar bahwa tubuhnya telah terlempar kedalam laut.

Pimpinan pasukan terbelalak. Dia hampir mati tersedak.

"Bunuh semua orang yang ada disini !!!" teriaknya kemudian.

Sehebat apapun pemuda bertopeng perak, dia seorang diri tidak akan mampu melindungi seluruh penumpang kapal. Senyum kemenangan tersungging dibibirnya.

Para pendekar yang berada di kapal berusaha melawan semampu mereka. Puspita Dewi dan Endang Kusuma Gandawati bergabung menghalau serangan pasukan padepokan kemuning senja. Prajurit yang kesetanan mengarahkan mata pedang mereka pada ibu-ibu dan anak kecil. Sepertinya mereka berniat membantai seluruh penumpang kapal.

Mahesa mengernyitkan dahi. Dia baru menyadari sedang berhadapan dengan kelompok yang sangat kejam. Tidak ada kesempatan untuk bermain-main. Mahesa mengalirkan tenaga dalamnya. Dia menghentakkan keras kedua tangannya. Seketika seekor bayangan naga putih berkelebat menghantam seluruh pasukan Padepokan Kemuning Senja hingga tubuh mereka terpental jauh sebelum akhirnya jatuh kelaut.

Mahesa mengulang gerakan yang sama satu kali lagi. Kali ini tujuannya adalah perahu kecil yang digunakan pasukan Padepokan Kemuning Senja. Dengan mudah, bayangan naga wujud tenaga dalam Mahesa merobohkan perahu-perahu milik anggota Padepokan Kemuning Senja.

"Jurus Naga Terbang di awan?!" desis dirun.

Petani itu mengenali jurus yang digunakan Mahesa. Salah satu jurus yang ikut ambil bagian saat membuat kehancuran di Pulau Tengkorak beberapa puluh tahun silam.

Terpopuler

Comments

Mas Vin

Mas Vin

Bapak dan mamak nya sendiri

2023-06-19

1

Thomas Andreas

Thomas Andreas

sadis

2022-04-22

0

Thomas Andreas

Thomas Andreas

kembalinya jurus lama

2022-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 Padepokan Rajawali
2 Teka-teki Pembunuh Misterius
3 Kado Spesial
4 Celurit Beracun
5 Tiga Serigala
6 Racun Jamur Upas
7 Pertandingan Pedang
8 Keadaan Giling Wesi
9 Malam Satu Bintang
10 Ilmu Manglih Rupa
11 Menuju Pulau Tengkorak
12 Pulau Tengkorak
13 Pendekar Topeng Perak
14 Sumur Batu
15 Pengemis Tua
16 Pertarungan di Sumur Batu
17 Hancurnya Gelang Tali Sukma
18 Hancurnya Gelang Tali Sukma ll
19 Ilmu Tapak Naga
20 Pertarungan di Sumur Batu ll
21 Racun Tengkorak
22 Tabib Wang Yun
23 Kabar
24 Janji
25 Rencana Penyamaran
26 Seorang Anak Kecil
27 Padepokan Inti Naga
28 Wanita Bercadar
29 Hilangnya Puspita Dewi
30 Hilangnya Puspita Dewi ll
31 Penjahat Gunung
32 Pheromone
33 Pheromone ll
34 Pheromone lll
35 Di Markas Penjahat Gunung
36 Serbuk Penghilang Tenaga
37 Pengobatan
38 Buah Apel Ungu
39 Racun Waktu
40 Kitab Sakti Driya
41 Kitab Sakti Driya ll
42 Gajah di Balik Batu
43 Bergabung
44 Kelompok Laskar Hitam
45 Ketua Baru
46 Pertemuan
47 Jadian
48 Pendekar Selatan dari Utara
49 Batu Mustika Naga
50 Kekuatan Baru
51 Saudara yang Terpisah
52 Perebutan Kitab Sakti Driya
53 Perebutan Kitab Sakti Driya ll
54 Taktik Selasih Wungu
55 Syarat Perdamaian
56 Jarak
57 Pertarungan Selasih Wungu
58 Kembali Bersama
59 Bayangan Ghoib
60 Pulang Kampung (end)
61 Di Tengah Laut 21+
62 Badai
63 Membeli Kuda
64 Pondok Penginapan
65 Markas Perampok
66 Misteri Pendekar Utara
67 Pasukan Kuda Hitam
68 Panah Bidadari
69 Panah Bidadari ll
70 Kemunculan Dewi Srikandi
71 Tuan Baru Panah Bidadari
72 Pertarungan di Depan Gua
73 Bertemu Teman Lama
74 Menyerang Pasukan Kuda Hitam
75 Hancurnya Pasukan Kuda Hitam
76 Dendam dan Benci
77 Rombongan Pedagang
78 Peramal Tua
79 Pertarungan di Restoran
80 Misi di balik Dendam
81 Permainan Racun
82 Kemampuan Panah Bidadari
83 Ruang Penyimpanan Harta
84 Mustika Kangguru
85 Aji Pengasihan Semar Putih
86 Mimpi 21+
87 Tabib Arjun
88 Putri Tirta Maya
89 Tanaman Obat
90 Penyakit Sang Permaisuri
91 Pangeran Selatan
92 Siang, di Penginapan
93 Pertemuan Para Pendekar
94 Di Tepi Danau Payau
95 Berjalan, Bergandengan
96 Tembok Tebing Kenangan
97 Tembok Tebing Kenangan ll
98 Dunia Ilusi
99 Biji Api Suci
100 Kunci Penyelaras
101 Perjalanan Galih Sindu
102 Teror Ular Berbisa
103 Kerajaan Siluman Ular
104 Kerajaan Siluman Ular ll
105 Pemuja Siluman Ular
106 Perjanjian dengan Siluman Ular
107 Sesejuk Air Telaga 21+
108 Kedai Arak
109 Hilangnya Kubus Misteri
110 Rencana Selanjutnya
111 Mata-mata Aliran Sesat
112 Dua Setan Darah
113 Akhir Kisah Dua Setan Darah
114 Awan Misterius
115 Dewa Hujan
116 Lembah Perangkap
117 Perang dimulai
118 Pertarungan Belibis Putih
119 Kekuatan yang Berkurang
120 Pertempuran Padepokan Giling Wesi
121 Kekuatan Pendekar Selatan
122 Kemunculan Pedang Rembulan
123 Perang Usai
124 Luka Dewi Api
125 Pesta Kemenangan
126 Siluman Rubah
127 Pembawa Energi Negatif
128 Pembawa Energi Negatif ll
129 Menuju Hutan Kerinduan
130 Darah Perawan
131 Segel Pembawa Energi Negatif
132 Kepergian Kolo Ireng
133 Lenyapnya Siluman Rubah
134 Kampung Juru Sembuh
135 Mencari Tanaman Obat
136 Akibat Racun Waktu
137 Mata-mata
138 Rencana Besar Ketua Galih
139 Penyamaran Nyi Sugiwara
140 Nasib buruk Anjani
141 Penginapan Desa Lanting
142 Menuju Padepokan Kalajengking Hitam
143 Rencana yang Gagal
144 Masa Lalu Galih
145 Pendekar Bayangan Naga
146 Pendekar Bayangan Naga ll
147 Putri Senja
148 Di tengah Kemelut
149 Putri Senja ll
150 Jadi Rebutan
151 Pertarungan di Pintu Gerbang
152 Tawaran Dewi Api
153 Ratna Juita
154 Teror Ratna Juita
155 Keturunan Padepokan Inti Naga
156 Apa Dia Ayahku?
157 Pertarungan Terakhir Belibis Putih
158 Pertemuan dan Bencana
159 Raditya, Rengganis dan Hancurnya Gua Suci
160 Balada Cinta Elang Putih (End)
161 Bayu Samudera
162 Penyusup
163 Tanda Lahir?
164 Memulai Perjalanan Baru
165 Rahasia Bawah Laut
166 Perkelahian di Batas Desa
167 Rompak Tengkorak Merah
168 Ular Sisik Berlian
169 Kesepakatan Bisnis
170 Bertarung di Atas Air
171 Selendang Bidadari
172 Salah Paham
173 Serangan Mendadak
174 Perebutan Pusaka
175 Dejavu
176 Jejak di Gua Suci
177 Kemenangan
178 Prajurit Kerajaan Selatan
179 Teror Siluman
180 Padang Tabah
181 Ki Daya Edan
182 Kekuatan Tapak Naga
183 Musnahnya Siluman Pengacau
184 Rasa Kehilangan
185 Binatang Buas
186 Akar Masalah
187 Ingin Bertemu Raja
188 Rasa Itu Lagi
189 Telaga Biru
190 Organisasi Naga Emas
191 Bertolak dari Pesisir
192 Penyampai Pesan Istana Selatan
193 Pilihan yang Sulit
194 Bunga Cipta Rasa
195 Sekarang, Bukan yang Dulu
196 Kedai, Di Perjalanan
197 Penginapan Keluarga Raja
198 Kembalinya Pangeran Selatan
199 Tiga Pendekar Pengembara
200 Setan Jadi-jadian
201 Bertengkar Sepanjang Jalan
202 Keinginan Kecil
203 Markas Perampok
204 Markas Perampok ll
205 Sukma Dewa
206 Sukma Dewa ll
207 Sukma Dewa lll
208 Cahaya dari Langit
209 Pertemuan yang Tidak diinginkan
210 Permintaan Bekas Pacar
211 Ilmu Transparansi Mimpi
212 Memulai Transparansi Mimpi
213 Kembalinya Mahesa
214 Perjalanan Menuju Lembah
215 Jalan untuk Siluman Lily
216 Amarah Citra Genjing
217 Pertempuran Menjelang Malam
218 Pertempuran Menjelang Malam ll
219 Hilangnya Citra Ningrum
220 Amukan Dewi Cahaya Langit
221 Puspita yang Malang
222 Teknik Pernapasan Kura-kura
223 Permintaan Sukma Dewa
224 Api di Lembah Cahaya Surga
225 Pembebasan Citra Ningrum
226 Pembebasan Citra Ningrum ll
227 Energi Fatamorgana
228 Energi Fatamorgana ll
229 Terpedaya oleh Dunia
230 Titik Lemah Energi Fatamorgana
231 Teman Lebih Baik
232 Mustika Kecubung Biru
233 Mustika Kecubung Biru ll
234 Pusaka yang Hilang
235 Serangan Kelompok Aliran Sesat
236 Rencana Penyerangan
237 Serangan Mendadak
238 Akhir Kisah Pendekar Fatamorgana
239 Kabar Aliansi Bunga Suci
240 Termakan Hasutan
241 Kemenangan Tak Terduga
242 Perjalanan Menuju Pulau Tengkorak
243 Pertarungan Terakhir Gandring Calaka
244 Akhir Kisah Gandring Calaka
245 Makam Gandring Calaka
246 Di Lembah Tengkorak
247 Waktu Bersama Keluarga
248 Menyerang Markas Aliansi Bunga Suci
249 Hancurnya Aliansi Bunga Suci
250 Lembah Belerang
251 Siluman Gonggo
252 Siluman Gonggo ll
253 Siluman Gonggo lll
254 Luka Dewi Api
255 Luka Dewi Api ll
256 Pencuri
257 Pencuri ll
258 Tanah Kelahiran
259 Keris Megalamat
260 Keris Megalamat ll
261 Tiga Penjahat
262 Pertarungan Galih
263 Kepergian Galih
264 Padepokan Jati Asih
265 Keputusan Sulit
266 Rencana Cahaya Langit
267 Siluman Kelelawar
268 Tabib Muda
269 Mengobati Putri
270 Tuduhan Tak Beralasan
271 Ratu Kegelapan
272 Terhanyut
273 Sejenak Beralih
274 Lima Pilar Geledek
275 Hancurnya Lima Pilar Geledek
276 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci
277 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci ll
278 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci lll
279 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci lV
280 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci V
281 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci Vl
282 Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci Vll (end)
283 Dewa Sejagat
284 Boneka Beruang
285 Kedai Baru
286 Kedok Kelompok Pengemis
287 Gerbang Pintu Hitam
288 Gerbang Pintu Hitam ll
289 Dewa Sejagat vs Gadis Pembaca Pikiran
290 Pertarungan Tiga Pendekar
291 Pertarungan Tiga Pendekar ll
292 Melanjutkan Perjalanan
293 Negeri Para Wanita
294 'Menantu' Yang Baik
295 Gunung Berapi
296 Pembebasan Gunung Berapi
297 Siluman Buaya Putih
298 Gelang Naga Biru
299 Makan Malam
300 Mak Comblang 'Jempolan'
301 Gerbang Pintu Hitam Kedua
302 Wujud Kekuatan Hitam
303 Pasukan Bayangan
304 Pasukan Bayangan ll
305 Darah Gadis Perawan
306 Darah Gadis Perawan ll
307 Tubuh Baru Cahaya Langit
308 Kepergian Cahaya Langit
309 Serangan Perguruan Gunung Saba
310 Hancurnya Perguruan Gunung Saba
311 Keikhlasan Hati (end)
312 Terima Kasih
Episodes

Updated 312 Episodes

1
Padepokan Rajawali
2
Teka-teki Pembunuh Misterius
3
Kado Spesial
4
Celurit Beracun
5
Tiga Serigala
6
Racun Jamur Upas
7
Pertandingan Pedang
8
Keadaan Giling Wesi
9
Malam Satu Bintang
10
Ilmu Manglih Rupa
11
Menuju Pulau Tengkorak
12
Pulau Tengkorak
13
Pendekar Topeng Perak
14
Sumur Batu
15
Pengemis Tua
16
Pertarungan di Sumur Batu
17
Hancurnya Gelang Tali Sukma
18
Hancurnya Gelang Tali Sukma ll
19
Ilmu Tapak Naga
20
Pertarungan di Sumur Batu ll
21
Racun Tengkorak
22
Tabib Wang Yun
23
Kabar
24
Janji
25
Rencana Penyamaran
26
Seorang Anak Kecil
27
Padepokan Inti Naga
28
Wanita Bercadar
29
Hilangnya Puspita Dewi
30
Hilangnya Puspita Dewi ll
31
Penjahat Gunung
32
Pheromone
33
Pheromone ll
34
Pheromone lll
35
Di Markas Penjahat Gunung
36
Serbuk Penghilang Tenaga
37
Pengobatan
38
Buah Apel Ungu
39
Racun Waktu
40
Kitab Sakti Driya
41
Kitab Sakti Driya ll
42
Gajah di Balik Batu
43
Bergabung
44
Kelompok Laskar Hitam
45
Ketua Baru
46
Pertemuan
47
Jadian
48
Pendekar Selatan dari Utara
49
Batu Mustika Naga
50
Kekuatan Baru
51
Saudara yang Terpisah
52
Perebutan Kitab Sakti Driya
53
Perebutan Kitab Sakti Driya ll
54
Taktik Selasih Wungu
55
Syarat Perdamaian
56
Jarak
57
Pertarungan Selasih Wungu
58
Kembali Bersama
59
Bayangan Ghoib
60
Pulang Kampung (end)
61
Di Tengah Laut 21+
62
Badai
63
Membeli Kuda
64
Pondok Penginapan
65
Markas Perampok
66
Misteri Pendekar Utara
67
Pasukan Kuda Hitam
68
Panah Bidadari
69
Panah Bidadari ll
70
Kemunculan Dewi Srikandi
71
Tuan Baru Panah Bidadari
72
Pertarungan di Depan Gua
73
Bertemu Teman Lama
74
Menyerang Pasukan Kuda Hitam
75
Hancurnya Pasukan Kuda Hitam
76
Dendam dan Benci
77
Rombongan Pedagang
78
Peramal Tua
79
Pertarungan di Restoran
80
Misi di balik Dendam
81
Permainan Racun
82
Kemampuan Panah Bidadari
83
Ruang Penyimpanan Harta
84
Mustika Kangguru
85
Aji Pengasihan Semar Putih
86
Mimpi 21+
87
Tabib Arjun
88
Putri Tirta Maya
89
Tanaman Obat
90
Penyakit Sang Permaisuri
91
Pangeran Selatan
92
Siang, di Penginapan
93
Pertemuan Para Pendekar
94
Di Tepi Danau Payau
95
Berjalan, Bergandengan
96
Tembok Tebing Kenangan
97
Tembok Tebing Kenangan ll
98
Dunia Ilusi
99
Biji Api Suci
100
Kunci Penyelaras
101
Perjalanan Galih Sindu
102
Teror Ular Berbisa
103
Kerajaan Siluman Ular
104
Kerajaan Siluman Ular ll
105
Pemuja Siluman Ular
106
Perjanjian dengan Siluman Ular
107
Sesejuk Air Telaga 21+
108
Kedai Arak
109
Hilangnya Kubus Misteri
110
Rencana Selanjutnya
111
Mata-mata Aliran Sesat
112
Dua Setan Darah
113
Akhir Kisah Dua Setan Darah
114
Awan Misterius
115
Dewa Hujan
116
Lembah Perangkap
117
Perang dimulai
118
Pertarungan Belibis Putih
119
Kekuatan yang Berkurang
120
Pertempuran Padepokan Giling Wesi
121
Kekuatan Pendekar Selatan
122
Kemunculan Pedang Rembulan
123
Perang Usai
124
Luka Dewi Api
125
Pesta Kemenangan
126
Siluman Rubah
127
Pembawa Energi Negatif
128
Pembawa Energi Negatif ll
129
Menuju Hutan Kerinduan
130
Darah Perawan
131
Segel Pembawa Energi Negatif
132
Kepergian Kolo Ireng
133
Lenyapnya Siluman Rubah
134
Kampung Juru Sembuh
135
Mencari Tanaman Obat
136
Akibat Racun Waktu
137
Mata-mata
138
Rencana Besar Ketua Galih
139
Penyamaran Nyi Sugiwara
140
Nasib buruk Anjani
141
Penginapan Desa Lanting
142
Menuju Padepokan Kalajengking Hitam
143
Rencana yang Gagal
144
Masa Lalu Galih
145
Pendekar Bayangan Naga
146
Pendekar Bayangan Naga ll
147
Putri Senja
148
Di tengah Kemelut
149
Putri Senja ll
150
Jadi Rebutan
151
Pertarungan di Pintu Gerbang
152
Tawaran Dewi Api
153
Ratna Juita
154
Teror Ratna Juita
155
Keturunan Padepokan Inti Naga
156
Apa Dia Ayahku?
157
Pertarungan Terakhir Belibis Putih
158
Pertemuan dan Bencana
159
Raditya, Rengganis dan Hancurnya Gua Suci
160
Balada Cinta Elang Putih (End)
161
Bayu Samudera
162
Penyusup
163
Tanda Lahir?
164
Memulai Perjalanan Baru
165
Rahasia Bawah Laut
166
Perkelahian di Batas Desa
167
Rompak Tengkorak Merah
168
Ular Sisik Berlian
169
Kesepakatan Bisnis
170
Bertarung di Atas Air
171
Selendang Bidadari
172
Salah Paham
173
Serangan Mendadak
174
Perebutan Pusaka
175
Dejavu
176
Jejak di Gua Suci
177
Kemenangan
178
Prajurit Kerajaan Selatan
179
Teror Siluman
180
Padang Tabah
181
Ki Daya Edan
182
Kekuatan Tapak Naga
183
Musnahnya Siluman Pengacau
184
Rasa Kehilangan
185
Binatang Buas
186
Akar Masalah
187
Ingin Bertemu Raja
188
Rasa Itu Lagi
189
Telaga Biru
190
Organisasi Naga Emas
191
Bertolak dari Pesisir
192
Penyampai Pesan Istana Selatan
193
Pilihan yang Sulit
194
Bunga Cipta Rasa
195
Sekarang, Bukan yang Dulu
196
Kedai, Di Perjalanan
197
Penginapan Keluarga Raja
198
Kembalinya Pangeran Selatan
199
Tiga Pendekar Pengembara
200
Setan Jadi-jadian
201
Bertengkar Sepanjang Jalan
202
Keinginan Kecil
203
Markas Perampok
204
Markas Perampok ll
205
Sukma Dewa
206
Sukma Dewa ll
207
Sukma Dewa lll
208
Cahaya dari Langit
209
Pertemuan yang Tidak diinginkan
210
Permintaan Bekas Pacar
211
Ilmu Transparansi Mimpi
212
Memulai Transparansi Mimpi
213
Kembalinya Mahesa
214
Perjalanan Menuju Lembah
215
Jalan untuk Siluman Lily
216
Amarah Citra Genjing
217
Pertempuran Menjelang Malam
218
Pertempuran Menjelang Malam ll
219
Hilangnya Citra Ningrum
220
Amukan Dewi Cahaya Langit
221
Puspita yang Malang
222
Teknik Pernapasan Kura-kura
223
Permintaan Sukma Dewa
224
Api di Lembah Cahaya Surga
225
Pembebasan Citra Ningrum
226
Pembebasan Citra Ningrum ll
227
Energi Fatamorgana
228
Energi Fatamorgana ll
229
Terpedaya oleh Dunia
230
Titik Lemah Energi Fatamorgana
231
Teman Lebih Baik
232
Mustika Kecubung Biru
233
Mustika Kecubung Biru ll
234
Pusaka yang Hilang
235
Serangan Kelompok Aliran Sesat
236
Rencana Penyerangan
237
Serangan Mendadak
238
Akhir Kisah Pendekar Fatamorgana
239
Kabar Aliansi Bunga Suci
240
Termakan Hasutan
241
Kemenangan Tak Terduga
242
Perjalanan Menuju Pulau Tengkorak
243
Pertarungan Terakhir Gandring Calaka
244
Akhir Kisah Gandring Calaka
245
Makam Gandring Calaka
246
Di Lembah Tengkorak
247
Waktu Bersama Keluarga
248
Menyerang Markas Aliansi Bunga Suci
249
Hancurnya Aliansi Bunga Suci
250
Lembah Belerang
251
Siluman Gonggo
252
Siluman Gonggo ll
253
Siluman Gonggo lll
254
Luka Dewi Api
255
Luka Dewi Api ll
256
Pencuri
257
Pencuri ll
258
Tanah Kelahiran
259
Keris Megalamat
260
Keris Megalamat ll
261
Tiga Penjahat
262
Pertarungan Galih
263
Kepergian Galih
264
Padepokan Jati Asih
265
Keputusan Sulit
266
Rencana Cahaya Langit
267
Siluman Kelelawar
268
Tabib Muda
269
Mengobati Putri
270
Tuduhan Tak Beralasan
271
Ratu Kegelapan
272
Terhanyut
273
Sejenak Beralih
274
Lima Pilar Geledek
275
Hancurnya Lima Pilar Geledek
276
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci
277
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci ll
278
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci lll
279
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci lV
280
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci V
281
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci Vl
282
Perjalanan Menuju Padepokan Api Suci Vll (end)
283
Dewa Sejagat
284
Boneka Beruang
285
Kedai Baru
286
Kedok Kelompok Pengemis
287
Gerbang Pintu Hitam
288
Gerbang Pintu Hitam ll
289
Dewa Sejagat vs Gadis Pembaca Pikiran
290
Pertarungan Tiga Pendekar
291
Pertarungan Tiga Pendekar ll
292
Melanjutkan Perjalanan
293
Negeri Para Wanita
294
'Menantu' Yang Baik
295
Gunung Berapi
296
Pembebasan Gunung Berapi
297
Siluman Buaya Putih
298
Gelang Naga Biru
299
Makan Malam
300
Mak Comblang 'Jempolan'
301
Gerbang Pintu Hitam Kedua
302
Wujud Kekuatan Hitam
303
Pasukan Bayangan
304
Pasukan Bayangan ll
305
Darah Gadis Perawan
306
Darah Gadis Perawan ll
307
Tubuh Baru Cahaya Langit
308
Kepergian Cahaya Langit
309
Serangan Perguruan Gunung Saba
310
Hancurnya Perguruan Gunung Saba
311
Keikhlasan Hati (end)
312
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!