Supakerti berhasil mendapatkan kesadarannya kembali. Rasa sakit yang mendera tubuhnya berangsur mereda. Dia melihat Endang Kusuma Gandawati menangis memeluknya. Kemudian, ada dua wajah asing berada di dekatnya. Seorang gadis cantik sebaya Endang dan satu lagi pemuda memakai topeng berwarna perak.
"Hei siapa kalian!!!" bentak salah satu pelayan Setan Darah.
Mahesa menyatukan kedua tangannya di depan dada memberi hormat.
"Mohon kiranya tuan-tuan pendekar memaafkan kesalahan kami. Kami hanya pendekar rendah yang tidak tahu adat dan kesopanan."
Pelayan Setan Darah mengerutkan dahi, banyak pendekar bertopeng berkeliaran di selatan. Akan tetapi, jarang dia temui seorang pendekar yang suka merendah dan pandai bermain lidah.
"Pendekar bertopeng! Apa tujuan mu ikut campur urusan kelompok Setan Darah, apa kau sudah bosan hidup?" suara pelayan Setan Darah semakin meninggi.
"Nyawa saya cuma satu Tuan, tentu saya tidak berani bermain-main. Mohon kiranya tuan sudi memberi saya muka." Mahesa masih bersikap sopan.
Setan Darah yang merasa dilecehkan di depan banyak pendekar diam-diam mengumpulkan energi di tangannya. Dia berniat membokong Mahesa.
Tanpa menimbulkan gerakan yang mencurigakan Setan Darah mengarahkan pukulan jarak jauh pada Mahesa.
"Wuusshh .... " Aliran energi dari tangan Setan Darah meluncur cepat mengarah dada Mahesa.
Supakerta dan beberapa anggota Padepokan Bukit Bayangan yang berdiri tidak jauh dari Setan Darah terkejut bukan main. Mereka tidak menyangka Setan Darah akan membokong seorang pemuda yang nampaknya memiliki ilmu Kanuragan biasa-biasa saja.
Menyadari bahaya mengancam, Mahesa berkelit menghindari serangan Setan Darah. Pukulan Setan Darah hanya menerpa ruang kosong. Sementara Mahesa masih berdiri dengan santai.
Melihat pukulan jarak jauh pemimpinnya tidak berakibat apa-apa, kedua pelayan Setan Darah serentak menyerang Mahesa.
"Tunggu !!! Kita tidak punya masalah apapun, mengapa harus saling bertikai?" Mahesa mencoba menahan pelayan Setan Darah.
Akan tetapi, ucapan Mahesa sama sekali tidak didengar. Keduanya masih melanjutkan serangan. Mahesa terpaksa menyambut serangan.
Bertukar beberapa gerakan, Mahesa berhasil menangkap dan melemparkan kedua pelayan Setan Darah.
"Ke*arat!!!" pelayan Setan Darah mengumpat. Dipermalukan di depan Singo Dempo dan kawan-kawan nya membuat kedua pelayan itu merasa benar-benar kehilangan muka.
Mereka menghunus keris masing-masing. Bersiap untuk kembali menyerang Mahesa.
"Tunggu dulu ,,, " terdengar suara Setan Darah.
"Sangat banyak pendekar bertopeng yang ada diwilayah selatan. Aku merasa kau adalah Pendekar Topeng Perak yang berhasil menggegerkan pelabuhan Tengkorak beberapa hari yang lalu. Tidak disangka aku bisa bertemu denganmu secepat ini."
"Mereka terlalu membesar-besarkan berita, pada kenyataannya perahu-perahu yang perompak naiki terkena badai hingga kami bisa selamat dengan mudah." Mahesa menjawab dengan datar.
"Hahaha! Aku suka caramu berbicara Topeng Perak. Tapi aku akan lebih senang jika kau mau bergabung bersama kami. Kau akan mendapatkan tempat sesuai kemampuan yang kau miliki. Aku tidak akan mengecewakanmu." Tiba-tiba saja Setan Darah membuat penawaran yang mengejutkan.
Mahesa tersenyum tipis, lalu menolak tawaran Setan Darah. "Suatu kehormatan bagi saya mendapat kesempatan bekerja sama dengan Tuan. Tapi sayangnya, saya datang untuk hal yang lebih penting dari itu."
"Hahaha. Hal apakah itu topeng perak?"
Mahesa melirik Kusuma Gandawati.
"Gelang Tali Sukma." Jawab Mahesa singkat.
Setan Darah dan pengikutnya tercekat.
"Apa yang kau inginkan dari gelang itu? Apa kau ingin memilikinya?"
Mahesa menggelengkan kepala.
"Kemampuan ilmu tenaga dalam saya belum bisa melawan kekuatan gelang ini, bisakah Tuan melepaskan Gelang Tali Sukma ini dari tangan teman saya?"
Pernyataan Mahesa membuat Setan Darah dan pengikutnya senyam-senyum.
"Apa ada yang salah dengan pertanyaan saya Tuan? Baiklah saya bisa merubahnya. Untuk apa Tuan mempelajari ilmu tinggi hanya untuk mencelakai orang lain?"
"Tutup mulutmu anak muda, kami tidak biasa bernegosiasi. Kami tidak suka bicara. Kau akan tahu bagaimana gelang ini bekerja setelah kau memakai nya. Kau bisa menyaksikan satu pertunjukan kecil."
Selepas bicara Setan Darah mengarahkan energi ditangannya pada kusuma gandawati.
"Aaaaaahhhh .... " Kusuma Gandawati menjerit kesakitan. Kemudian ia berjalan mendekat dan berlutut dihadapan Setan Darah.
"Pimpinan, saya memang gagal menjalankan misi tapi saya berhasil membawa pendekar ini ke Sumur Batu. Apa tidak ada pertimbangan atas kesalahan saya?"
"Pertimbangan?? Hahaha... Aku bisa atasi Pendekar Topeng Perak sendirian, untuk apa aku melibatkan pelayan tidak berguna seperti mu?" selepas bicara Setan Darah mengibaskan tangannya, seketika tubuh Kusuma Gandawati terpelanting mengikuti arah tangan Setan Darah.
"Nona!" Puspita Dewi menangkap Kusuma Gandawati.
"Nona Puspita, akan lebih baik jika Nona mengajak Tuan Muda untuk segera pergi dari tempat ini. Mereka orang-orang kejam dan licik. Uhuk .. uhuk ...." Suara Kusuma Gandawati terdengar lemah.
Mahesa menekan luapan emosinya menyaksikan perbuatan setan darah.
"Tuan ,,, tindakan Anda sudah diluar batas." Mahesa berkata dengan lantang seraya menunjuk Setan Darah, dia mengeluarkan aura bertarung yang sangat kuat. Sekarang tubuhnya telah dalam keadaan siap bertarung kapan saja. Mahesa sadar sedang berhadapan dengan manusia keji dan licik.
"Hahaha !!! Menyenangkan sekali. Setiap calon budak, aku beri kesempatan untuk menjajal ilmu ku . Hahaha!" Setan Darah terbahak.
Mahesa tertawa kecil. "Saya merasa Anda tidak pernah bercermin. Hingga tidak menyadari banyak bermunculan kebusukan lain saat Anda mencoba menutupi satu keburukan."
Wajah Setan Darah memerah. "Bedebah !!! Kau masih berani menghinaku bocah tengik?"
"Sekarang saya tahu, kelompok kalianlah yang selalu menebar teror dengan memanfaatkan pendekar-pendekar aliran putih. Beranikah Tuan mengakui bahwa kalian terlibat dalam pembunuhan Tapak Wulung dari padepokan Pring Wulung?"
"Hahaha!! Jika benar iya, apa yang akan kau perbuat?? kau ingin balas dendam?? Hahhaha!!! Lakukan jika kau mampu !!!" tantang Setan Darah.
Puspita Dewi yang mendengar pengakuan Setan Darah tidak bisa mengendalikan kemarahannya. Tujuan mereka meninggalkan Padepokan Rajawali adalah mencari orang yang telah memfitnah gurunya, sekarang penjahat itu berada didepannya. Tanpa meminta persetujuan Elang Putih, Puspita Dewi melancarkan serangan menuju Setan Darah.
"Penjahat busuk !!! kau harus pertanggung jawabkan perbuatanmu !!!" Puspita Dewi berteriak keras sambil menghujani Setan Darah dengan pukulan-pukulan mematikan.
Keduanya terlibat pertarungan sengit, meski kemampuan Setan Darah berada diatas Puspita, tidak mudah bagi Setan Darah menekan pertahanan gadis muda itu. Kombinasi serangan Puspita yang indah memaksa Setan Darah mengerahkan kemampuan terbaiknya.
Anak buah Setan Darah belum ada yang bergeming. Kedua abdi setianya pun masih menonton. Mahesa memanfaatkan waktu untuk bergerak mendekati Singo Dempo dan kawan-kawan. Mahesa memberi mereka beberapa pil herbal untuk memulihkan stamina dan menghentikan pendarahan.
"Paman Pendekar, keadaan paman semua tidak memungkinkan untuk bertarung. Ada hal lain yang jauh lebih penting, yaitu keselamatan paman. Saya memahami pendekar ternama sekelas paman tidak mungkin colong playu, lari dari pertarungan. Tapi dunia persilatan harus membuka mata akan kejadian hari ini. Kelompok Setan Darah adalah aktor di balik pertikaian panjang kelompok aliran putih."
Singo Dempo dan kawan-kawan menatap Mahesa dengan penuh tanda tanya. Selain mereka belum pernah bertemu, sebagai pendekar aliran putih, tentu mereka tidak akan membiarkan pemuda itu berkorban sendirian.
"Pendekar Topeng Perak, kami tidak mungkin meninggalkan kau sendiri melawan Setan Darah. Mereka sangat berbahaya." Ucap Singo Dempo.
"Paman tidak perlu risaukan saya. Saya masih punya urusan lain dengan Setan Darah. Sekarang paman pergilah. Bawa berita ini hingga ke Utara. Semoga bisa sedikit menjernihkan keadaan. Tidak ada waktu lagi paman, saya akan menahan mereka sementara waktu."
Singo Dempo dan yang lain melihat anak buah Setan Darah mulai bergerak maju. Mahesa mengeluarkan aura bertarung yang sangat dahsyat. Membuat semua orang yang ada ditempat itu bergetar hatinya. Anak buah Setan Darah jadi ragu-ragu terutama para pendekar aliran putih yang hanya terikat oleh Gelang Tali Sukma.
Menyadari Singo Dempo memanfaatkan keadaan, anak buah Setan Darah yang berasal dari Aliansi Bunga Suci tanpa ragu maju menyerang, mereka tidak membiarkan Singo Dempo kabur begitu saja. Mahesa menyambut serangan mereka dengan pukulan Tapak Naga Terbang. Beberapa orang pendekar yang mendekat terpental jauh kebelakang.
"Jurus Naga Terbang?" Singo Dempo terperanjat. Dia dan empat kawannya sudah cukup jauh meninggalkan lokasi Sumur Batu. Melihat Mahesa seorang diri mampu menahan anak buah Setan Darah, membuka mata singo dempo. Dia baru menyadari kemampuan ilmu tenaga dalam pemuda itu sangat tinggi. Tapi, ada yang aneh.
"Pendekar Topeng Perak memiliki Jurus Naga Terbang. Siapa sebenarnya dia. Lalu mengapa harus menyelamatkan kita?"
Tidak ada yang bisa menjawab dengan pasti.
Singo Dempo dan kawan-kawan, memutuskan untuk segera pergi saja. Mereka membawa segudang pernyataan berkenaan dengan Jurus Naga Terbang dan Pendekar Topeng Perak. Yang pasti, mereka berhutang pada Pendekar muda itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Thomas Andreas
bantaii mereka penebar petaka
2022-04-23
0
Thomas Andreas
dapat
2022-04-23
0
Thomas Andreas
akal bulus
2022-04-23
0