Setelah yakin Singo Dempo sudah sangat jauh dan tidak mungkin terkejar lagi, barulah Mahesa menarik sebagian aura bertarungnya. Anak buah Setan Darah bisa bernapas dengan leluasa setelah beberapa waktu mereka menderita sesak napas mendadak. Meski demikian, tidak ada diantara mereka yang berani menyerang pemuda bertopeng perak.
Mahesa melangkah tenang menghampiri lokasi pertarungan Puspita Dewi dan Setan Darah. Melihat Mahesa mendekat, Setan Darah menghentikan serangannya.
Puspita Dewi ngos-ngosan, gadis itu melompat mendekat dalam perlindungan Mahesa. Beberapa luka menggores ditubuhnya. Jika sampai lebih dari sepuluh menit lagi, Puspita pasti tidak akan bisa bertahan.
Setan Darah merogoh sakunya, dia mengambil bambu kecil (sejenis terompet). kemudian, diiringi tenaga dalam dia meniup terompet tersebut. Suara terompet melengking keras memenuhi angkasa Sumur Batu. Menembus pepohonan dan ikut terbang bersama angin, jauh kebalik bukit.
"Tuan Muda, dia memanggil bantuan." Bisik Puspita ditelinga Mahesa.
"Akan lebih baik, jika kita bisa mencabut masalah dari akarnya." Jawab Mahesa sambil memandang berkeliling.
Suasana kembali hening. Hanya desah napas yang terdengar. Tidak ada tanda-tanda bantuan akan datang. Raut muka Setan Darah terlihat sangat buruk.
Supakerti, Supakerta dan Pendekar lain pemakai Gelang Tali Sukma berdiri mematung. Meski mereka telah menyaksikan kemampuan ilmu tenaga dalam yang dimiliki Mahesa, akan tetapi bantuan yang dimaksud Setan Darah bukan pendekar sembarangan. Setan Darah baru saja memanggil gurunya, Ki Paron Geni.
Paron Geni. Namanya saja cukup untuk membuat lutut pendekar biasa jadi lemas. Seorang penjahat yang kejam juga licik. Selain memiliki Ilmu Tali Sukma tingkat sempurna, Paron Geni memiliki racun maha dahsyat yang dia beri nama Racun Tengkorak. Belum ada Pendekar yang bisa selamat dari ganasnya Racun Tengkorak.
Mahesa memberi tanda agar Puspita Dewi menjauh.
"Tuan Muda, saya tidak akan membiarkan anda bertarung sendirian. Mohon izinkan saya untuk membantu Tuan Muda." Puspita bersikeras.
"Puspita, Ini bukan latihan. Dimana pengampunan bisa terjadi kapan saja. Saya tidak ingin kau dalam bahaya, lebih lagi harus terikat oleh tali terkutuk itu. Menjauhlah, dimana mereka tidak bisa menjangkau mu." Tatapan Mahesa Sangat tajam, mengoyak isi kepala Puspita.
Dengan terpaksa, Puspita menarik diri. Sesungguhnya dia sangat kecewa, secara tidak langsung Mahesa telah menyakiti posisinya sebagai seorang abdi. Bukan rahasia jika seorang abdi baru bisa dianggap setia jika rela berkorban nyawa demi majikan. Bukan malah sebaliknya. Puspita Dewi mendongkol dalam hati.
Melihat Puspita Dewi menjauh, semua yang melihat mengerutkan dahi. Bukan pemandangan yang biasa.
Endang Kusuma Gandawati menatap Mahesa dengan penuh rasa kagum. Dia bisa menebak, meminta Puspita untuk menjauh itu karena Mahesa tidak ingin bila sampai Puspita terluka. "Tuan Muda, kau benar-benar seorang pendekar baik hati."
"Tuan Setan Darah, hari ini saya akan menuntut balas atas nama guru dan Padepokan saya. Jika Tuan tidak bersedia melepaskan Gelang Tali Sukma dengan baik-baik. Saya akan mencoba cara saya."
Setan Darah menyeringai mendengar ucapan Mahesa. Dia sangat yakin gurunya (Paron Geni) pasti datang. "Topeng Perak, aku tidak pernah mengingat berapa jumlah guru yang telah mati di tanganku. Jika kau salah satu murid yang ingin berbakti, aku tidak menolak memberi pelajaran tambahan."
Tidak kurang dari dua puluh pendekar berdiri di belakang Setan Darah. Tidak termasuk anggota padepokan Bukit Bayangan dan beberapa Pendekar aliran putih yang terikat Gelang Tali Sukma, mereka memilih untuk tidak terlibat.
Setan Darah memahami situasi tidak menguntungkan pihaknya, namun dia harus menghemat tenaga dalamnya.
Mahesa kembali melepas aura bertarung yang sangat tinggi hingga menimbulkan angin yang menggoyangkan dedaunan.
Dua pelayan Setan Darah maju diikuti empat pendekar lainnya. Mereka telah siap dengan senjata pusaka masing-masing.
Mahesa membentuk kedua tangannya seperti cakar dan mengalirkan energi tenaga dalam untuk menghalau senjata. Dia menggunakan jurus Cakar Elang. Satu-satunya jurus dari padepokan Rajawali yang telah ia sempurnakan.
Seorang pendekar bersenjatakan kampak mengayunkan senjatanya hendak membelah kepala Mahesa. Mahesa menahan kampak besar itu dengan tangan kiri, seketika laju kampak terhenti bagai membentur batu karang. Tanpa sempat terlihat oleh Pendekar itu, tangan kanan Mahesa menghantam keras dadanya. Kampak di tangannya terlepas seiring dengan tubuhnya terpental belasan meter kebelakang. Tubuhnya menghantam batang kayu hingga bergetar, di iringi daun yang berguguran. Pendekar itu diam, sama sekali tidak bergerak.
Tidak butuh waktu lama, teman-temannya ikut menyusul tersungkur kebumi dengan organ dalam yang hancur.
Dua abdi Setan Darah telah kehilangan semangat bertarung, meski belasan pendekar lain ikut membantu. Nyali mereka tetap ciut tatkala menyadari Mahesa telah menggunakan Jurus aneh (Jurus Tapak Naga Terbang). Jurus dengan pergerakan yang sangat sulit dibaca, belum lagi pukulan jarak jauh yang maha dahsyat.
Mahesa belum menggunakan Ilmu Sepuluh Tapak Penahluk Naga tingkat manapun. Baik Tapak Naga Api, kekuatan energi panas yang bisa melelehkan besi menjadi air bening. Tapak Naga Es, kekuatan energi air yang mampu menghancurkan bukit menjadi serpihan kecil es batu dan masih ada dua tingkatan yang lebih lagi.
Melihat anak buahnya kalang kabut, Setan Darah mengalirkan seluruh kemampuan ilmu tenaga dalamnya, bersiap membokong Mahesa dengan Ilmu Tali Sukma.
"Aji Tali Sukma !!! Hiiiaaaaaatttt ...." Setan Darah menghentakkan keras kedua tangannya.
Saat itu juga dua cahaya kilat menyambar-nyambar membentuk goresan terang berupa sebuah kalung dengan tujuan melingkari leher Mahesa.
Mahesa yang memang tidak berniat menghindar menahan serangn Ilmu Tali Sukma dengan Tapak Naga Es tingkat lima. Benturan keras terjadi. Tubuh Setan Darah terdorong kebelakang dengan setetes darah mengalir disudut bibirnya.
Mahesa masih bisa mengendalikan diri dengan baik, kemudian menghentakkan Ilmu Tapak Naga es pada musuh-musuhnya.
"Duaaaarrr !!!!" tidak seorang pun yang menduga kalau mereka akan mendapatkan serangan Ilmu Sepuluh Tapak Penahluk Naga. Bahkan, mereka tidak pernah tahu ilmu itu.
Menghindar adalah kesia-siaan, tubuh mereka membeku sebelum akhirnya meleleh menjadi air.
Sekedar melawan lupa, Ilmu Sepuluh Tapak Penahluk Naga yang didapat Mahesa dari sang ayah dibagi menjadi empat. Pertama Tapak Naga Api, merupakan ilmu tingkat satu sampai tiga. Kedua, Tapak Naga Es merupakan ilmu tingkat empat hingga enam. Ketiga, Tapak Naga Bumi ilmu tingkat tujuh dan delapan. Terakhir, Tapak Naga Suci yaitu tingkat sembilan dan sepuluh.
Selain ilmu Sepuluh Tapak Penahluk Naga, Mahesa memiliki ilmu Tapak Naga Terbang dan Cakar Elang.
Dalam keadaan tidak bertaruh nyawa, Mahesa paling sering menggunakan Jurus Cakar Elang dan Tapak Naga Terbang.
Sementara, masih melawan lupa. Ilmu Rahasia Pedang yang didapatnya dari sang ibu yaitu Jurus Pedang Dua Belas dan Sepuluh Langkah Pedang.
Jika Mahesa menggabung atau mengkombinasikan jurus Sepuluh Langkah Pedang dan Sepuluh Tapak Penahluk Naga, kemampuan Mahesa setara dengan penggabungan kemampuan ayah dan ibunya. Sepasang pendekar tanpa tanding di dunia persilatan. (Selain untuk melawan lupa, hal ini sudah dijelaskan dibab awal dari pertarungan Mahesa dengan ayah - ibunya yang menyamar).
"Appa ??!" Setan Darah terbelalak tidak percaya. Tanpa sadar, keringat dingin mengucur membasahi tubuhnya.
Ada seorang pendekar muda bisa menghancurkan Gelang Tali Sukma miliknya. Yang lebih mengejutkan, dia sama sekali tidak mengenal siapa pendekar itu.
''Ini tidak mungkin ... Siapa sebenarnya Pendekar Topeng Perak ini?'' batin Setan Darah dengan tubuh yang mulai gemetar. Tidak ada orang yang tidak takut mati, meski penjahat kejam Sepertinya.
Dua orang pelayannya telah mengalami luka dalam yang cukup serius. Sementara Ki Paron Geni belum juga menampakkan batang hidungnya. Bayangan kematian mulai menghampiri Setan Darah.
Tidak kalah terkejut, Mahesa baru menyadari jika kemampuan Ilmu Sepuluh Tapak Penahluk Naga bisa menghancurkan Gelang Tali Sukma. Kalau dipikir, terlalu berlebihan harus menggunakan Jurus Sepuluh Tapak Penahluk Naga sekedar untuk menghadapi Setan Darah dan anak buahnya. Jurus Tapak Naga Terbang saja sudah lebih dari cukup. Mahesa menggelengkan kepalanya.
Mahesa memikirkan sesuatu. Dendam?? Ah, perasaan itu hanya menekan hati dan menggerogoti jiwanya. Hal yang lebih penting adalah membebaskan Endang Kusuma Gandawati dan Pendekar lain dari kekangan Gelang Tali Sukma.
Gurunya pernah berkata, seorang pendekar bijak akan mengutamakan kemaslahatan orang banyak dibandingkan kepentingan diri sendiri. Mahesa tersenyum meyakinkan hati. Dia akan menghancurkan Gelang Tali Sukma terlebih dahulu.
Tanpa menghiraukan Setan Darah dan anak buahnya, Mahesa mendekati para pendekar aliran putih. Lalu memusatkan kekuatan nya untuk menghancurkan gelang dan kalung tali sukma.
"Hiiiaaaaaatttt .... !!!" diiringi teriakan kencang Mahesa melepas energi tenaga dalam, pukulan Tapak Naga Es untuk menghancurkan Gelang Tali Sukma.
"Duuuaaarrr....!!!"
Tubuh para pendekar terhempas jauh. Sekujur badan mereka terasa membeku. Namun berpusat pada Gelang Tali Sukma dan tidak membahayakan nyawa. Akan tetapi, tetap saja efek energi yang terlalu besar membuat mereka kehilangan seluruh tenaga dalam. Mungkin juga, Mahesa terlalu bersemangat. Hingga energi tenaga dalam yang Mahesa hentakkan terlalu besar.
"Prak! ...." Perlahan semua Gelang Tali Sukma ditangan para pendekar pecah berkeping. Menjadi serpihan salju kecil yang kemudian mencair dan hilang terhisap oleh tanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Thomas Andreas
kaget ada yg lbh hebat lg
2022-04-23
0
Thomas Andreas
sukses
2022-04-23
0
Thomas Andreas
mulai lemes dengkulnya
2022-04-23
0