Rencana Galih sindu berjalan mulus, semulus wajah dan senyum manisnya. Keluarga Buta Rota dibebaskan. Mengingat pengabdian tulus pada padepokan selama ini. Status Buta Rota sebagai Ketua kecil dicopot membuat seluruh anggota keluarga kehilangan tempat dalam pengurusan. Namun terbebas dari segala tuntutan.
Sucitra dan Sasongko menjadi abdi untuk keluarga Kolo Ireng, mereka pantas membalas kebaikan Nyonya Galih.
Hal yang paling menonjol dalam Padepokan adalah munculnya Galih sebagai orang dengan pendapat yang paling didengar.
Galih sendiri tengah dalam persiapan untuk membuat dirinya diakui menjadi ketua. Setidaknya, Galih sedang berusaha.
°°
Mahesa memenuhi undangan Pedang Perak. Mereka bertemu di tepi sungai tak jauh dari padepokan.
"Paman, Pedang perak. Belakangan ini saya merasa balai pertemuan, pendopo bahkan aula utama padepokan sangat sepi. Semenjak guru dan wakil pimpinan pergi, para ketua terlalu sungkan untuk datang." Elang putih membuka pembicaraan.
Pedang Perak tersenyum kecut. Dia tahu Mahesa menyinggung perihal permintaannya untuk bertemu ditempat itu dan dia sadar, beberapa waktu terakhir para ketua termasuk dirinya memang lebih rajin mengunjungi kediaman Galih daripada balai pertemuan. Suatu kesalahan yang menyenangkan.
"Apa Pimpinan Padepokan tidak mengajari barang sedikit ilmu pedang? Aku merasa kau sangat berbakat memainkan pedang." Pedang Perak tidak mengindahkan pertanyaan Mahesa. "Jika kau mau, aku bersedia menerima mu sebagai murid." lanjut nya.
Mahesa tersenyum lalu menyatukan kedua tangan didepan dada, memberi hormat.
"Suatu kehormatan bagi saya. Menjadi murid ahli pedang seperti paman adalah dambaan setiap orang. saya tidak mungkin menolaknya, bahkan saya tidak punya alasan untuk tidak berkata ia. Akan tetapi, saya tidak mau membuat paman malu. Tangan saya terlalu kaku untuk membuat pedang menari. Saya yakin paman lebih mengetahui."
"Elang Putih ... Tidak ada kata malu, tidak ada kata terlambat, tidak ada kata menyerah. Makna Belajar bukan hanya sebatas hasil yang diraih melainkan proses yang dijalankan. Bahkan untuk bekal mati, harus ada yang dipelajari. Ilmu tidak terbatas, daya ingat manusia sangat sedikit. Seseorang akan berhenti belajar manakala ajal telah tiba."
"Terimakasih paman, saya akan selalu mengingat nya." Jawab Mahesa.
"Hahaha ... Elang Putih, aku tahu kau adalah seorang ahli pedang. Bukankah sejak tadi kau sudah menebak apa tujuanku?? Hahaha ... aku ingin mencoba jurus pedang Ketua Belibis Putih. Apa dia berhasil mengajarimu?"
Pedang Perak mengajukan tantangan.
Mahesa tersenyum dan menggeleng. Pedang perak orangnya sangat aneh.
"Ada apa Elang Putih? Ini, cabut pedang mu." Pedang Perak melemparkan sebilah pedang. Mahesa tidak mencabutnya.
"Paman, bagaimana jika kita bertaruh?" ucap Mahesa kemudian.
Pedang Perak terkejut namun kemudian dia tertawa. "Hahaha ... Baiklah, aku suka taruhan ... Katakan apa taruhannya? Kau tinggal sebutkan aku tidak akan menolak."
"Saya ingin mendengar dari paman ..."
Pedang perak mengelus dagu. Dia tahu Mahesa tidak sedang main-main. Jika dia terlalu sungkan, dia tidak akan mendapat apa yang diharapkan.
"Setuju. Jika kau kalah, kau harus bersedia belajar padaku, dengan kata lain akui aku sebagai guru mu. Akan tetapi jika kau yang menang, aku akan bersedia memenuhi permintaan mu." Ucap pedang perak dengan mantap. Dia sangat yakin akan kemampuannya bahkan pimpinan Padepokan sekalipun belum tentu bisa mengalahkan permainan pedangnya.
"Elang Putih menerima tawaran paman." Mahesa menyetujui sambil mencabut pedang pemberian Pedang Perak.
Pedang perak tersenyum. Mereka akan bertanding dengan mengandalkan kemampuan bermain pedang tanpa tenaga dalam dan tanpa pedang pusaka.
"Elang Putih. bersiaplah lindungi nyawamu. aku tidak akan sungkan."
"Baik paman, mohon maaf. Sayapun tidak akan sungkan. Mohon bimbingannya."
Tanpa menunggu waktu Mahesa segera melompat mengarahkan pedangnya pada titik mematikan Pedang Perak. Pedang Perak menyambut serangan Mahesa. Dalam waktu singkat mereka telah bertukar beberapa jurus.
Tidak ada waktu untuk Pedang Perak berfikir darimana Mahesa mendapatkan keahlian bermain pedang. Gerakannya sangat lincah dan terarah. Harus diakuinya ternyata dia terlalu meremehkan Mahesa.
Mahesa menggunakan jurus dua belas pedang milik ibunya. Jurus yang sangat efektif menempatkan Pedang Perak dalam posisi bertahan.
Pedang Perak mengumpat dalam hati saat menyadari beberapa bagian tubuhnya telah tergores ujung pedang milik Mahesa. Luka-luka halus itu mulai terasa perih.
Mahesa terus saja menggempur titik pertahanan Pedang Perak. Pedang Perak merasakan pergelangan tangannya mulai terasa kesemutan. Dia menyesal menetapkan peraturan tanpa tenaga dalam. Jika saja dia menggunakan tenaga dalam, pasti dia akan bisa keluar dari tekanan.
Sebelum genap seratus jurus, pedang ditangan Pedang Perak terlepas. Dia hendak bergerak memungut pedang tersebut namun benda dingin telah lebih dulu menempel di lehernya.
Pedang Perak tersenyum kecut. Dia harus mengakui kemenangan Mahesa sambil menerka permintaan apa yang harus ia dipenuhi.
"Paman, terimakasih sudah mengalah" ucap mahesa seraya membungkuk hormat.
"Plok ,,, plok ,,, plok" terdengar suara tepuk tangan.
Pedang Perak terperanjat. Terlalu fokus menghindari mata pedang Mahesa membuat dia tidak menyadari sejak tadi ada orang yang menonton pertandingan mereka. Mahesa yang sudah mengetahui pemilik tepuk tangan adalah gurunya tentu biasa-biasa saja.
"Luar biasa, aku mendapat tontonan gratis yang sangat menghibur." Belibis Putih melayang turun dari pohon tempatnya bertengger.
Mahesa dan Pedang Perak segera memberi hormat. Sekali lagi Pedang Perak melirik Mahesa yang tanpa luka sama sekali, sementara tubuhnya telah banyak mengeluarkan darah.
"Pedang Perak, sekarang kau mengetahui secerdik eh selicik apa murid ku ini. Hehehe ... Dia tahu tidak akan mampu mengalahkan mu jika bertanding dengan menggunakan tenaga dalam. Kau sudah terjebak perjanjian yang melilitkan pedang di lehermu. Hehehe ...."
Belibis Putih tertawa terkekeh. Dia sama sekali tidak mengetahui sebenarnya Pedang Perak yang menguraikan semua peraturan.
"Sekarang kau pulanglah, obati lukamu,"
"Baik Pimpinan. Saya Mohon diri" setelah memberi hormat Pedang Perak pergi pulang.
setelah Pedang Perak pergi, Belibis Putih mendekati murid kesayangannya.
"Lagi-lagi tua bangka ini minta maaf putraku, seharusnya kemarin aku sudah kembali. Aku terlambat dua hari. Sungguh memalukan."
"Guru, jangan bicara begitu. Dengan kedatangan guru saja, saya merasa sangat istimewa. Guru meninggalkan misi demi sekedar memperingati hari ulang tahun saya. Bukankah ini terlalu berlebihan?"
Mahesa meraih tangan gurunya. Dia sangat senang memiliki guru yang sangat menyayangi sepenuh hati. Belibis Putih menganggap Mahesa seperti anak kandungnya sendiri.
"Baiklah ,,, untuk merayakan hari ulang tahunmu, kita akan makan mie sepuasnya . Ayo ..." Selepas berkata, Belibis Putih melayang menuruni lembah menuju pusat kota.
°°
"Kakang ,,, bagaimana bisa hal ini terjadi?" Galih yang sedang membersihkan dan mengobati luka Pedang Perak mengerutkan kening. Dia bersyukur tidak bertindak gegabah, terlebih lagi Galih mengetahui selama ini Mahesa telah menaruh curiga padanya.
"Aku terlalu memandang remeh bocah itu. Aku menantangnya bertanding pedang, hanya pedang. Tanpa tenaga dalam bahkan tanpa ilmu meringankan tubuh. Ternyata kemampuannya diluar dugaan ku. Entah darimana dia mendapat ilmu rahasia pedang. Bisa-bisanya dia mengalahkan ku kurang dari seratus jurus." Jawab Pedang Perak kesal.
"Ilmu rahasia pedang? Maksud kakang?" Galih pura-pura tidak mengerti.
"Ya, jurus pedang yang ada dalam cerita. Aku belum pernah bertarung dengan pemilik ilmu rahasia pedang. Tidak ku sangka padepokan kita menyimpan calon ahli pedang." Secara tidak langsung, Pedang Perak memuji kehebatan Mahesa.
"Saya rasa jikalau kakang bercerita pada orang lain, akan sulit dipercaya. Seisi padepokan tahu jika Elang Putih adalah Pendekar ilmu tapak. Mana mungkin dia ahli pedang. Apalagi bisa mengalahkan kakang ."
"Apa Galih tidak mempercayai saya?" Pedang perak menatap Galih.
Galih tertawa manja lalu menggeleng.
"Tentu saja saya percaya. Kakang jangan terlalu serius. Maksud saya, kakang tidak perlu menceritakan kejadian ini pada siapapun. Cukup kita saja yang tahu. saya tahu kakang sangat cerdas.
Kakang pedang perak Tenang saja, meskipun kakang kalah ... Aku pasti akan tepati janjiku pada kakang. Malam ini kakang bisa bermalam disini."
"Benarkah ???" Pedang perak terbelalak.
Galih mengangguk. Di benaknya sedang merencanakan suatu yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Thomas Andreas
kecurigaan elang
2022-05-11
0
Thomas Andreas
ada penontonnya
2022-04-21
0
Thomas Andreas
terlambat menyadari
2022-04-21
0