Pedang di tangan Mahesa memang bukan pedang pusaka. Namun kualitas besinya sangat bagus. Sehingga mampu bertahan saat dialiri tenaga dalam yang tinggi. Pedang itu pemberian gurunya sebagai simbol telah bergabungnya Mahesa dalam Padepokan Rajawali.
Sebenarnya, Mahesa menolak saat Belibis Putih memberi pedang. Dia berdalih lebih tertarik bertarung dengan tangan kosong, lagi pula keahlian bermain pedangnya sangat rendah. Mahesa tidak mengatakan, sebenarnya dia belum mendapat izin dari ibunda untuk mencabut pedang.
Mungkin Belibis Putih akan muntah darah jika melihat permainan pedang Mahesa saat ini.
Permainan pedang Mahesa bahkan jauh di atas ahli pedang terbaik Padepokan Rajawali. Sebenarnya Mahesa sendiri belum menemukan tanding Ilmu Rahasia Pedang milik ibunya itu.
Baru sekarang Mahesa mendapati orang yang menguasai Ilmu Rahasia Pedang dengan sempurna.
Malam ini, Mahesa harus menghadapi dua orang sekaligus, dua orang dengan kemampuan jelmaan dirinya. Kemampuan mereka sama persis. Jika Mahesa menghadapi mereka satu persatu, dia yakin akan keluar sebagai pemenang. Tapi kenyataannya, sekarang dia bagai bercermin.
Setelah bertarung lebih dari seratus jurus, kedua orang berpakaian serba hitam sedikit mengendurkan serangan mereka. Kelihatannya stamina Mahesa lebih unggul.
'Jurus Pedang Kesembilan - Tapak Naga Suci, Naga Mengguncang Bumi.' Mahesa menyerang secepat kilat menggabungkan kemampuan miliknya.
Usahanya membuahkan hasil, kedua lawannya terpukul mundur. Mahesa berhasil memisahkan mereka.
"Apa tujuan kalian sangat ingin mencelakai saya? Saya rasa, diantara kita tidak ada masalah. Bukankah kita belum pernah bertemu?" Mahesa bertanya. Namun kedua lawannya diam saja.
"Baik. Jika benar kalian menginginkan nyawa saya. Silahkan ambil jika kalian mampu." Mahesa kembali menyerang dengan cepat.
Jurus Sepuluh Langkah Pedang milik Mahesa mampu membuat lawannya dengan jurus yang sama berada dalam posisi bertahan. Seorang lagi, dengan Jurus Sepuluh Tapak Penakluk Naga, tidak juga mampu mendesak Mahesa.
Pertarungan kembali berlanjut dengan Mahesa berada dalam posisi diuntungkan.
Napas Kedua lawannya sudah terputus-putus.
"Kalian sungguh luar biasa. Pantas saja bisa membunuh Pendekar-pendekar ternama dunia persilatan menggunakan jurus andalan mereka. Akan tetapi, Sepertinya malam ini bukan malam keberuntungan kalian." Mahesa memandangi lawannya dengan senyum tipis.
"Tunggu ... Kami bukan orang yang kau bicarakan." Tiba-tiba seorang diantara mereka menyahut.
Mahesa mengerutkan dahi, bukan karena jawaban pendekar itu namun suaranya. Suara itu sepertinya tidak terdengar asing di telinga. Walau dari balik cadar dan terkesan dibuat-buat Mahesa merasa mengenalnya.
"Beberapa tokoh dunia persilatan tewas dengan jurus andalan mereka sendiri. Malam ini, Kalian datang dengan sangat misterius, menyerang dengan kemampuan yang saya miliki dan hampir mencelakai saya. Jika tujuan kalian baik, untuk apa menyembunyikan wajah?"
Kedua lawan Mahesa kembali membisu.
"Jika benar, kalian tidak terlibat dalam kasus pembunuhan yang menggemparkan itu, setidaknya biarkan saya mengetahui siapa gerangan orang yang memiliki kemampuan setara dengan saya," ucap Mahesa lebih lanjut.
"Apa kau berpikir begitu hebatnya dirimu hingga mengira tidak akan ada orang yang akan mengalahkan mu?"
"Saya hanya tidak mengetahui jika ada orang lain yang memiliki kemampuan setara dengan guru."
"Hahaha ... Dan sekarang kau telah menemukan orang nya bukan?"
"Kemampuan kalian memang sungguh luar biasa bahkan berada jauh di atas saya. Namun sayang, kalian telah mempergunakan ilmu yang kalian miliki tidak dengan semestinya. Sekarang kalian sudah datang. Jangan pernah berpikir kalian akan kembali." Mahesa Kembali bersiap menyerang.
"Tunggu. Apa yang akan kau lakukan?"
Seorang lagi bicara. Sejak tadi dia hanya diam, ternyata dia seorang perempuan.
"Ibu?!?" desis Mahesa.
Yah, itu memang suara ibunya. Suara yang sejak tadi dikenali memang mirip suara ayahnya.
Mahesa menatap lekat dua sosok di hadapannya.
"Saya berharap tidak sedang bermimpi jika melihat wajah kalian berdua," ucap Mahesa seraya menyarungkan kembali pedangnya.
Dua orang itu saling pandang. Lalu membuka penutup wajah mereka.
Jantung Mahesa serasa copot ketika melihat wajah keduanya. Wajah ayah dan ibunya yang tersenyum hangat.
Raditya dan Rengganis saling tatap, mereka membiarkan Mahesa menggunakan Ilmu Mata Naga, ilmu yang mampu mendeteksi ilusi tingkat tinggi.
"Ayah, ibu, mohon ampuni anakmu ini ...." Mahesa berlutut dengan setetes air mata disudut pipinya.
Rengganis memeluk putra kesayangannya dengan penuh kasih. Empat tahun berpisah membuat rindu mendalam di hatinya.
Keluarga kecil tersebut kemudian mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol melepaskan rindu.
Raditya dan Rengganis sudah mengganti pakaian mereka layaknya orang biasa. Mahesa juga melepas topeng perak di wajahnya. Sekilas mereka tidak terlihat sebagai keluarga Pendekar.
"Ayah, ibu. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke Padepokan saja. Akan lebih nyaman tidur di sana." Mahesa masih membujuk kedua orang tuanya.
"Mahesa putraku, ibu sudah terbiasa hidup ditengah hutan seperti ini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Raditya mengangguk menyetujui ucapan istrinya.
"Ananda merasa berdosa karena hampir mencelakai ayah dan ibu. Mohon ayah dan ibu membuka pintu maaf yang sebesar-besarnya. Ananda juga melanggar janji untuk tidak menggunakan pedang."
Mendengar putranya Kembali menyinggung masalah itu, Rengganis merasa menemukan celah untuk mulai membicarakan maksud kedatangan mereka. Sejenak dia menatap Raditya.
Raditya menganggukkan kepalanya. Tanda setuju.
"Mahesa putraku, memang sudah saatnya kau menggunakan semua kemampuan yang kau miliki. Ibu tahu, selama ini kau membawa pedang sebagai simbol Padepokan. Namun ayah dan ibu memang mempunyai suatu hadiah untuk mu." Rengganis menghentikan kalimatnya. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam fikiran nya.
Sebuah kotak kayu yang sangat indah. Bentuknya panjang seperti kotak pedang.
"Benar putraku, besok adalah hari ulang tahunmu yang kedua puluh satu tahun. Ayah dan ibu akan memberimu kado spesial. Ayah harap kau menerima dengan senang hati."
Raditya mengelus kepala Mahesa dengan penuh kasih.
Mahesa tersenyum haru. Jauh-jauh orang tuanya datang demi memberikan hadiah di hari ulang tahunnya. Anak mana yang tidak akan bahagia. Kasih anak sepanjang galah, kasih orang tua sepanjang jalan. Mahesa memeluk ayahnya.
"Dengan senang hati ananda menerima hadiah spesial dari ayahnya dan ibu."
Sebilah pedang pusaka.
Setelah menerima dengan penuh suka, Mahesa menyimpan pedang pusaka tersebut dalam jiwanya. Kapan pun dia menginginkan, pedang pusaka akan muncul di tangannya.
Hari yang sangat indah bagi Mahesa.
Meski dia tidak menyadari dan bahkan tidak bertanya bahwa pedang yang baru saja diterima nya adalah PEDANG REMBULAN. Salah satu pedang Pusaka Legenda yang saat ini diperebutkan para Pendekar dunia persilatan.
Malam itu, Mahesa tidak pulang ke Padepokan Rajawali. Dia bermalam di sebuah gubuk tua di tengah hutan bersama kedua orang tuanya. Sudah lama mereka tidak melakukan hal itu bersama.
Bertarung lebih dari seratus jurus membuat dua tubuh tua itu sangat kelelahan dan cepat tertidur.
Mahesa memandangi wajah ayah dan ibunya. Dia sangat bangga terlahir dari rahim seorang pendekar hebat seperti ibunya.
Raditya dan Rengganis merupakan sepasang pendekar yang tak terkalahkan dimasanya.
Mahesa membaringkan tubuhnya disamping ayahanda tercinta.
Tempat itu cukup jauh dari padepokan.
Hari ketiga, Raditya dan Rengganis pamit untuk kembali ke pulau kura-kura. Mahesa hanya bisa menuruti keinginan orang tuanya. Dia menyadari, Raditya dan Rengganis memang tidak akan menampakkan diri didepan khalayak ramai. Mahesa melepas keduanya dengan berat hati.
°°°
Mahesa yang baru menginjakkan kaki di Padepokan Rajawali disambut dengan kabar yang tidak menyenangkan. Salah satu ketua cabang kecil bernama Buta Rota tewas dibunuh.
Menurut kabar, dia dihabisi dengan senjata miliknya sendiri. Tidak disebutkan jika ketua Buta Rota dibunuh oleh jurus andalannya.
Mahesa ditemani dua orang abdi setia Belibis Putih bergegas menuju kediaman Buta Rota yang terletak di kawasan padepokan sebelah barat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Irhakim
kak permisi mau promo dulu kak tentang fantasi constelasi
2023-07-15
1
Budi Efendi
lanjutkan thorrr
2023-01-30
1
Thomas Andreas
beruntung punya ayah dan ibu yg hebat
2022-04-20
0