Pendekar Elang Putih
Kabar kemunculan dua Pusaka Legenda tanpa tanding berhasil mengguncang dunia persilatan. Pedang Rembulan dan Keris Megalamat.
Konon, kedua Pusaka Legenda tersebut muncul demi menjaga kedamaian dunia, mengingat begitu kacaunya dunia persilatan kala ini.
Namun sebaliknya, kabar kemunculannya malah menggemparkan hingga menimbulkan kekacauan. Akankah kedamaian bisa tercapai jika kedua pusaka telah ditemukan?
Banyak pihak yang masih mempertanyakan kebenaran isu yang beredar.
Padepokan Rajawali salah satunya.
Pimpinan Padepokan, Bagus Pradita atau yang dikenal dengan Belibis Putih. Meminta anggotanya untuk menahan diri agar tidak mudah terprovokasi.
Wakil Pimpinan, Kolo Ireng justru berbeda pendapat. Menurutnya, padepokan harus mendapatkan kedua pusaka legenda demi memperkokoh pondasi Padepokan Rajawali di mata lawan maupun kawan.
Kolo Ireng merupakan salah satu anggota yang paling sering berselisih paham dengan Belibis Putih. Kekalahan dalam pertandingan saat penentuan pemimpin bisa dikatakan sebagai pemicunya. Namun, hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa dibelakang layar, istri Kolo Ireng (Galih Sindu) selalu memanas-manasi suaminya. Bisa dikatakan hampir semua tindakan Kolo Ireng merupakan bentuk ambisi Galih Sindu yang tidak pernah merasa puas.
Usia Galih dan Kolo Ireng terpaut 20 tahun lebih. Tidak heran, jika banyak anggota padepokan merasa iri. Mereka menilai Wakil Pimpinan Kolo Ireng terlalu beruntung bisa mempersunting Galih. Kecantikan Galih menjadi faktor utama.
Galih adalah gadis muda yang diselamatkan Padepokan Rajawali. Pada kehidupan sebelumnya, Galih berusaha untuk bunuh diri. Dia terjun ke dalam jurang yang dalam. Berusaha mengubur pengalaman masa lalu di dasar jurang. Galih bersumpah, jika tetap bisa hidup, dia akan mengabdikan hidupnya pada siapa saja orang yang bisa menyelamatkan dia dari kematian. Kebetulan, orang itu adalah Wakil Pimpinan Kolo Ireng.
°°
"Mahesa putraku, hal apa yang kau risaukan hingga beban di wajahmu terlihat begitu berat?" suara pria 50 tahunan membuyarkan lamunan Elang Putih.
Elang Putih, pemuda yang selalu memakai topeng berwarna perak di wajahnya. Dengan bentuk bagian hidung menyerupai paruh elang. Dia bangkit lalu memberi hormat.
Di padepokan, hanya ada satu orang yang biasa memanggilnya dengan nama kecil. Yaitu gurunya, Belibis Putih.
Elang Putih adalah murid kesayangan Belibis Putih. Meski berstatus murid, kemampuan Elang Putih jauh diatas Gurunya. Itu disebabkan Elang Putih mewarisi kepandaian kedua orang tuanya.
"Jika kau memikirkan cara untuk pergi mencari Pusaka Legenda, sebaiknya kau pertimbangkan lagi. Salah atau benar suatu tindakan adalah bagaimana kau mengambil keputusan," imbuh Belibis Putih.
Elang Putih menggelengkan kepala.
"Tidak guru. Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk membantah keputusan guru. Saya hanya teringat akan ayah dan ibu saya. Sudah lama kami tidak saling berjumpa."
Sinar Wajah Belibis Putih berubah mendengar jawaban muridnya. "Aih, maafkanlah orang tua yang tidak berguna ini. Tidak seharusnya aku melupakan hari ulang tahun muridku".
Masalah yang selalu timbul belakangan ini membuat Belibis Putih banyak kehilangan waktu. Hingga dia hampir lupa, pekan depan adalah hari ulang tahun murid kebanggaannya.
°°
Empat tahun yang lalu,
Saat Mahesa berusia 17 tahun, dia berhasil menyempurnakan ilmu Kanuragan warisan ayah dan ibunya.
"Mahesa Putraku, Ilmu Sepuluh Tapak Penahluk Naga telah menyatu dengan sempurna dalam dirimu. Kau harus bijak menggunakan kedua tanganmu. Selalu gunakan hati dan pikiran agar kau tidak salah saat menggunakan tangan," pesan ayahnya.
"Ayahmu benar putraku, kau juga berhasil menguasai ilmu Rahasia Pedang milik ibu. Jurus Sepuluh Langkah Pedang dan Jurus Dua Belas Pedang merupakan ilmu langka di dunia persilatan. Jangan gunakan Jika tidak mendesak," Ibunya menimpali. Ibu Mahesa menambahkan, sebelum tiba waktu yang tepat, Mahesa dilarang untuk menggunakan pedang.
Mahesa, atau yang dikenal dengan julukan Pendekar Elang Putih mempunyai tubuh yang istimewa. Terlahir dari sepasang pendekar pilih tanding, membuat bakat khusus terpancar sejak dia baru lahir. Tidak heran, diusia yang masih sangat muda, Mahesa berhasil menjadi pendekar dengan ilmu olah kanuragan tingkat sempurna. Dulu, orang tua Mahesa membutuhkan usia dua kali lipat lebih untuk mencapai tahap yang sama.
Ayah dan ibu Mahesa bernama Raditya dan Rengganis. Mereka menikah saat angka usia keduanya mencapai setengah abad. Tidak heran, saat ini rambut keduanya telah bertabur uban.
Raditya dan Rengganis merupakan sepasang pendekar yang mengasingkan diri. Setelah memutuskan untuk menikah, nama keduanya hilang dari dunia persilatan. Mereka bermukim di tempat yang tidak diketahui umum untuk mengasuh dan membesarkan buah hati mereka.
Hingga 17 tahun sudah, sekarang Mahesa tumbuh menjadi seorang pemuda gagah dan tampan. Meski dengan berat hati, Raditya dan Rengganis harus rela berpisah dengan anak tunggalnya. Mahesa harus belajar banyak tentang dunia, mereka berharap anaknya dapat berguna serta menebar kebajikan.
Saat dalam perjalanan, Mahesa bertemu dengan Belibis Putih yang mengangkatnya menjadi murid. Lalu, membawa Mahesa ke padepokan Rajawali yang terletak di lereng Gunung Rajawali. Kebaikan hati dan ketampanan Mahesa, membuat segenap lapisan Padepokan Rajawali bisa menerimanya dengan baik.
°°
"Dihari ulang tahunmu, apa yang kau inginkan dariku Pemuda Tampan?" Galih (istri Wakil Pimpinan Kolo Ireng) tidak menyembunyikan rasa ketertarikannya pada sosok Mahesa. Usia mereka memang sepantar. Galih akan memanfaatkan setiap waktu yang bisa membuat mereka bersama. Namun, hal ini justru membuat ketidak nyamanan bagi Mahesa. Selain Galih sudah memiliki suami, Mahesa memang cenderung mengabaikan perasaan wanita.
Akan tetapi, Galih Sindu menutup mata mengenai hal itu. Terlebih, belakangan dia mengetahui orang yang menyelamatkan nyawanya bukanlah Wakil Pimpinan Kolo Ireng, melainkan Elang Putih. Terlepas dari sumpah, sungguh Galih terlanjur jatuh hati pada sosok Elang Putih.
"Jika Nyonya tetap membuat Wakil Pimpinan tersenyum, saya anggap itu adalah hadiah terindah. Alangkah baiknya, jika Nyonya tidak menyia-nyiakan kebaikan hati Wakil Pimpinan." Mahesa tidak pernah bertatap muka terlalu lama dengan Galih.
Hal itu membuat galih merasa direndahkan sekaligus tertantang. Berbeda dengan anggota Padepokan lain, yang akan berdecak kagum jika bertemu dengannya. Tapi pemuda ini sungguh sangat berbeda ....
''Aku berharap kau pemuda normal yang menyukai lawan jenis, sekuat apapun dirimu, suatu saat aku pasti akan mendapatkan dirimu," batin Galih seraya menatap mahesa dengan penuh dendam asmara.
°°
Raditya dan Rengganis tengah bersiap-siap. Mereka berencana menemui putra tunggalnya di Padepokan Rajawali.
"Kakang Raditya, sudah lama kita tidak melakukan hal ini, berkemas untuk perjalanan jauh. Aku jadi teringat masa muda dulu." Rengganis tersenyum, kilas balik bayangan masa lalu menghiasi benaknya.
Saat mereka masih menjadi pendekar, selalu berpindah dari satu tempat ketempat lain. Menyelesaikan masalah dan menambah pengalaman. Namun, masa itu telah berlalu hampir tiga puluh tahun. Sekarang, gerak mereka sudah dibatasi oleh tulang-tulang yang semakin rapuh karena usia.
"Kalau bukan kerena Mahesa, putra kita satu-satunya. Aku tidak berniat meninggalkan pulau ini. Bukankah dinda sangat merindukan Mahesa?" tanya Raditya pada istrinya.
"Ibu mana yang tidak merindukan anaknya kakang. Sejak kecil kami selalu bersama dan sekarang berpisah hampir empat tahun. Mahesa pasti semakin dewasa. Dia pantas mendapatkan hadiah istimewa dari kita kakang."
Rengganis memandangi sebuah peti kayu yang sangat indah. "Selama ini Kita selalu melarang Mahesa menggunakan pedang. Padahal dia menguasai ilmu rahasia pedang."
Raditya tersenyum.
Pekan depan putranya berusia 21 tahun. Mereka telah mempersiapkan kado spesial.
Raditya hanya bisa berharap semoga perjalanan mereka tidak mengalami hambatan berarti. Selain mereka sudah tua dan telah bersumpah untuk tidak menggunakan ilmu Kanuragan yang mereka miliki, hal lainnya adalah berkaitan dengan kado yang dipersiapkan untuk putranya, yaitu merupakan benda yang selama ini menimbulkan kekacauan.
°°°
Padepokan Rajawali digemparkan dengan adanya kabar bahwa pimpinan Padepokan Giling Wesi tewas dibunuh di kediamannya. Yang paling mengejutkan ialah, Ki Anggada dibunuh dengan menggunakan jurus andalannya sendiri. Jurus Harimau Kegelapan.
Seperti yang diketahui, orang lain yang menguasai jurus Harimau Kegelapan setara dengan Ki Anggada adalah Sekar Harum dari padepokan Walet Merah.
Sementara, Padepokan Walet Merah dan Padepokan Giling Wesi merupakan sahabat seperti halnya dengan Padepokan Rajawali. Jelas, ini unsur adu domba. Ada orang lain yang akan mengambil keuntungan jika perpecahan benar terjadi.
Mahesa bergegas mempercepat langkahnya menuju balai pertemuan.
Mata Mahesa yang tajam menangkap sekelebat bayangan manusia melompat dari arah belakang kediaman Wakil Pimpinan Kolo Ireng. Bayangan itu melesat dengan sangat cepat, namun Mahesa bisa mengenali Orang itu adalah Braja Geni. Salah satu ketua terhormat di Padepokan Rajawali.
Tanpa mengurangi ayunan langkahnya, Mahesa masih mendeteksi bayangan lain yang bergerak dari tempat yang sama.
''Nyonya Galih?" gumam Mahesa dalam hati. Orang yang ditemui Braja Geni adalah istri pemilik rumah.
Setibanya Mahesa di ruang pertemuan, pimpinan Padepokan, Wakil dan para ketua lain sudah berkumpul.
Mereka membahas tentang kematian pimpinan Padepokan Giling Wesi yang sangat mendadak dan misterius.
"Kemungkinan ada fitnah dalam kasus ini, jika memang Sekar Harum yang melakukan, aku harus mengetahui akar permasalahannya. Aku akan menyelidiki sendiri kasus ini. Hari ini juga, aku akan berangkat ke padepokan Giling Wesi," Belibis putih membuat keputusan.
Ki Anggada adalah sahabat baik Belibis Putih. Bagaimana pun, dia merasa sangat terpukul.
Sementara itu, Kolo Ireng bersikeras untuk tetap terlibat dalam pencarian Pusaka Legenda. Seperti halnya Pimpinan Padepokan, Kolo Ireng tidak akan menunda keberangkatan hingga hari esok.
"Baiklah, Wakil Ketua Kolo Ireng pun akan berangkat hari ini. Kami berharap sepeninggalan kami, para ketua mampu menjaga Padepokan hingga kami berdua kembali."
Untuk sementara waktu, kepemimpinan Padepokan Rajawali di limpahkan pada Braja Geni dibantu Sanca Lurik dan Rupa kenca.
Mahesa tercekat. Dia belum bisa menebak apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rasanya, semua bukan serba kebetulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 312 Episodes
Comments
Budi Efendi
lanjutkan thorrr
2023-01-30
1
Haryati Tti
top terimakasih
2022-11-10
1
Sa'i Santri Kelana
kisah ini, sedikit mengambi inti sari dari serial kisah pendekar negri tayli
2022-05-09
1