🍀 KHAWATIR 🍀
Hari berganti hari ... kehidupan rumah tangga Ningsih dan Tomi berjalan lancar. Namun, Tomi mulai menaruh curiga atau tepatnya merasa ada yang aneh. Mungkin karena setiap bercinta, Bima yang mengambil alih tubuhnya.
"Dek Ningsih, kok aku heran, ya. Sejak awal kita menikah, aku selalu ketiduran kalau malam. Mas belum jadi menjamahmu. Maaf ya, Dek." ucap Tomi yang merasa bersalah.
Perkataan Tomi itu justru membuat Ningsih deg-degan. Ningsih takut kalau Tomi sadar tentang adanya Bima. Wanita itu mencoba mencari alasan. Takut jika pertanyaan Tomi semakin meluas.
"Mas Tomi 'kan capek bekerja. Lagi pula, Mas selalu memanjakan aku dan Wahyu. Mas jangan berfikir aneh-aneh, ya. Adek cinta Mas Tomi," jawab Ningsih dengan manja sambil bersender di pundak Tomi. Berharap lelaki yang menjadi suaminya itu luluh dan tidak curiga.
"Adek perhatian sekali. Mas jadi makin sayang. Tapi sungguh, aku ingin sekali memanjakanmu. Nanti, kuusahakan akan pulang awal dan tidak kecapekan, ya," bisik Tomi sambil mengusap kening istrinya.
Ningsih hanya tersenyum manja menanggapi hal itu. Meskipun Tomi tidak lelah, jika Bima tidak mengijinkannya menyetubuhi Ningsih, tentu tidak akan terjadi. Tomi seakan tak lagi menaruh curiga, mungkin dia menyadari tentang faktor usianya.
Beda halnya Mak Sri yang tak sengaja mendengar perkataan Tomi. Raut wajah Mak Sri sedikit berubah antara kaget dan bingung. Apakah mungkin Mak Sri mengamati Ningsih dan Tomi? Atau Mak Sri tahu jika setiap hari Ningsih bercinta dengan raga Tomi?
Walau pernikahan Ningsih sudah tiga bulan, hal tentang Bima tetap dia sembunyikan rapat. Ningsih berharap bisa bersama Tomi lebih lama lagi. Keromantisan, kebaikan, perhatian, dan kasih sayangnya ke Wahyu membuat Ningsih sangat kagum.
'Semoga hal ini bisa berjalan lebih lama, ya Mas. Mas Tomi memang suami idaman.' batin Ningsih yang menatap Tomi berangkat kerja terlebih dahulu.
Ningsih tak sadar, jika Bima tahu semua isi hati dan pikirannya.
"NINGSIH OH NINGSIH! KAU SANGAT EGOIS DAN SERAKAH! AKU ADALAH SUAMIMU YANG SEBENARNYA! MENGAPA KAU MEMIKIRKAN MANUSIA ITU?"
Suara Bima mengglegar membuat lamunan Ningsih ambyar dan ketakutan. Merinding sekali mendengar Bima cemburu. Dia pun lekas meminta maaf dalam hati.
'M-maaf Bima. Aku tidak bermaksud seperti itu. Maafkan aku.'
Ningsih sadar suaminya hanyalah Bima. Agus maupun Tomi bukan suaminya lagi. Mereka hanyalah batu loncatan untuk Ningsih mendapatkan harta dari Bima. Layaknya sesaji yang akan diambil jika waktu yang ditentukan tiba.
'Aku tidak boleh terhanyut oleh perasaanku terhadap Mas Tomi. Aku takut. Sangat takut! Takut Bima membuatku miskin lagi seperti dulu!' batin Ningsih di dalam hati.
Trauma akan hidup susah membuat Ningsih gelap mata. Bahkan, seorang sebaik Tomi pun tak mampu mengubah kata hatinya. Ningsih tetap dalam pendiriannya bersama Bima. Dia paham, cepat atau lambat hal itu pasti terjadi. Sesuai perjanjiannya dengan Bima, lelaki yang menjadi suami Ningsih dan telah melakukan hubungan badan, pasti menjadi sesaji untuk Bima.
***
Beberapa hari kemudian ....
Pagi itu, Ningsih merasa resah karena semalam Tomi bercinta dengannya. Bima tidak datang mengambil alih tubuh Tomi seperti biasanya. Meskipun rasanya berbeda, tetapi perasaan Tomi yang mendalam membuat Ningsih terhanyut dalam setiap sentuhan.
Entah mengapa, perasaan Ningsih berkata akan ada hal buruk. Terlebih Tomi sudah melakukan hubungan dengannya tanpa Bima menggunakan raga lelaki itu. Apakah Bima merencanakan sesuatu? Kembali teringat ucapan Bima beberapa hari yang lalu. Mungkinkah Bima cemburu, lalu segera mengambil Tomi dari sisi Ningsih?
Hari ini, Tomi tidak pergi bekerja. Ada saudara Tomi yang sakit dan dirawat di ICU. Oleh sebab itu, Tomi izin pergi ke Klaten menengok saudaranya. Dia diantar oleh sopir pribadinya, bernama Pak Ridwan.
Sebelum pergi, Mas Tomi memeluk Ningsih dan mengecup keningnya, "Mas sangat beruntung memilikimu, Dek."
"Iya, Mas. Ningsih juga beruntung memilikimu, Mas." jawab Ningsih yang menatap kepergianTomi.
Tomi pun berlalu dengan mobilnya. Ningsih hanya bisa terharu dan merasa takut melepasnya pergi karena Bima berkata,
"SUDAH SAATNYA AKU MENGAMBIL SESAJIKU! NINGSIH, KAU HANYA MILIKKU!"
Kalimat itu jelas menggambarkan ketakutan Ningsih selama ini. Akankah Tomi berakhir tragis seperti kecelakaan yang terjadi pada Agus? Ningsih sangat takut dan khawatir.
"Bagaimana perjalanmu, Mas? Meski pergi dengan Pak Ridwan-sopir pribadimu, aku tetap cemas memikirkanmu." gumam Ningsih yang berjalan tak tentu arah di dalam rumahnya.
Mak Sri yang melihat Ningsih mondar mandir di ruang tamu pun menepuk pundak Ningsih dari belakang, hingga Ningsih kaget.
"Ada apa, Bu? Kok, terlihat cemas dari tadi?"
"Anu, Mak. Duh, kaget aku. Aku tidak apa-apa. Hanya perasaanku saja. Kurang enak badan, mungkin masuk angin. Wahyu sudah tidur siang, Mak?" jawab Ningsih sembari mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sudah, Bu. Apa mau dikerokin, Bu?"
"Nggak usah, Mak Sri. Aku istirahat saja hari ini, tidak pergi ke mana-mana." kata Ningsih sambil bergegas masuk ke kamar untuk menghindari pertanyaan Mak Sri lagi.
Warung-warung mie ayam Ningsih memang bertambah banyak. Sebenarnya, bangunan dan style sudah berubah lebih kekinian. Orang zaman sekarang menamai dengan istilah restauran atau cafe. Namun, bagi Ningsih itu hanya warung-warung saja. Sebagai manusia biasa, dia mempunyai impian dan cita-cita yang lebih tinggi. Tidak hanya berhenti di warung mie ayam & jamur.
Meskipun Tomi juga kaya raya, tetapi sejak awal Ningsih tidak ingin pindah rumah karena lebih nyaman di rumah yang dia beli sendiri. Oleh karena itu, Tomi tidak mempersalahkan untuk tinggal di rumah Ningsih. Tomi sudah menjatuhkan ahli warisnya kepada Wahyu, walaupun hanya anak tiri, bagi Tomi tetaplah anak kandung. Mungkin hal itu karena Tomi tidak bisa memiliki keturunan.
"Semoga semua baik-baik saja ya, Mas Tomi. Aku merindukanmu, sungguh." Ningsih memandangi foto pernikahannya di dalam kamar. Terpampang rapi di dinding.
Hawa panas yang Ningsih rasakan membuatnya semakin gerah. Dia putuskan untuk mandi sejenak, menghilangkan kegelisahan dan kegerahan. Menyalakan shower dengan air segar yang mengucur ke tubuh indahnya. Menggosok setiap inci tubuh mulusnya. Ningsih hanya berharap semua akan baik-baik saja.
Selesai mandi, Ningsih bergegas memakai pakaian lalu sejenak rebahan di ranjang. Diambilnya gawai yang berada di sudut meja. Ternyata, ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomer tidak dikenal. Perasaan Ningsih semakin tidak karuan. Ningsih segera menelepon balik, berharap bukan hal yang buruk.
'Siapa yang menelepon berkali-kali? Pasti bukan Mas Tomi. Dia hanya memiliki satu nomer ponsel.' batin Ningsih sambil menunggu teleponnya diangkat oleh orang tersebut.
Tut ... tut ... tut ....
"Hallo?"
Telepon itu pun tersambung. Suara seorang lelaki terdengar membuat Ningsih khawatir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 310 Episodes
Comments
𝕁𝕖𝕟𝕚
jangan2 tomi jg kecelakaan sama kaya agus
2023-12-03
1
Heny🥀
ada apa gerangan
2023-03-24
0
Cahaya Hayati
ini merinding saya demi harta sangup menumbalkan suami,🤔🤔🤔
2022-08-05
0