JERAT IBLIS
🍀 PROLOG 🍀
Pagi itu, seorang wanita melangkahkan kaki dengan perlahan. Wanita itu menyusuri lantai rumah yang dingin dan kotor, keluar dari kamarnya. Seluruh badan terasa sakit dan remuk redam, Ningsih-namanya. Namun, aneh sekali, dia tidak melihat ada bekas luka apa pun. Samar-samar, wanita itu kembali mengingat kejadian semalam.
'Andai aku tidak mengikuti saran temanku itu.' batin Ningsih bergejolak. 'Ahh, semoga benar. Jin yang semalam menikah denganku, semoga bisa membawa kekayaan untukku. Aku sudah muak hidup bersama Mas Agus dengan segala kesusahannya." imbuhnya dalam hati.
Agus merupakan suami dari Ningsih. Mereka menikah sudah tiga tahun dan memiliki seorang putra berusia setahun, bernama Wahyu Putra Sadewa. Ningsih sengaja menyuruh Agus untuk mengajak Wahyu ke rumah neneknya-ibu dari Agus di desa sebelah agar dia bisa melakukan sebuah ritual.
Ritual - Menikah dengan Jin - yang diajarkan oleh teman Ningsih, bernama Ratih. Ratih sudah melakukannya selama beberapa tahun. Dia berhasil menjadi kaya raya setelah menikah tiga kali dan suaminya meninggal semua. Ratih mengajak Ningsih melakukan hal itu dengan ketentuan, jika menikah dengan Jin maka setiap suami meninggal akan digantikan dengan harta kekayaan yang akan semakin bertambah.
Hal ini memang sesat, mungkin pesugihan seperti inilah yang sering digunakan sebagai jalan pintas untuk mendapatkan harta secara gaib. Nyawa suami penganut pesugihan dijadikan sebagai pengganti harta yang Jin itu berikan. Tidak hanya itu, pelaku pesugihan akan menjadi budak napsu Jin dan dilakukan setelah ritual itu dimulai.
Himpitan ekonomi membuat Ningsih putus asa. Semalam, ritual itu sudah dilakukannya. Jin yang dinikahinya tak memperlihatkan wujud. Ningsih hanya bisa merasakan kehadiran dan sentuhan Jin tersebut, bahkan suaranya pun terdengar. Ningsih begitu menikmati permainan pertamanya dengan suami gaib, terasa sangat nyata!
Menurut perjanjian, pagi ini Ningsih akan menerima sejumlah uang dan emas di dalam tudung saji yang semalam berisi sesaji (bunga dan menyan). Dia tak mempunyai almari untuk meletakkan sesaji yang dimaksud, oleh karena itu Ningsih meletakkan di dalam tudung saji. Ningsih bergegas mengecek ke dapur setelah kesadarannya berangsur pulih.
'Awas saja kalau Ratih bohong padaku!' batinnya dengan sedikit ragu saat membuka tudung saji.
Betapa tidak Ningsih terkejut. Saat membuka tudung saji, dia melihat hal yang belum pernah dilihatnya selama ini. "Uang! Uang! Emas!" teriak Ningsih takjub.
Entah berapa lembar uang seratus ribuan dan lima puluh ribuan berjejer bersama beberapa emas. Membuat Ningsih panik dan segera mengambil plastik hitam (kresek) serta memasukkan semua ke dalamnya. Ningsih takut Agus curiga. Setelah menyimpan kresek yang penuh uang dan emas tersebut, Ningsih pun dikagetkan dengan suara orang berteriak di depan rumah.
"Ningsih! Ningsih!" seru orang di luar rumah.
Rumah Ningsih masih semi kayu. Pintu pun sudah keropos. Hal itu yang membuat tamu enggan mengetuk pintu rumahnya. Takut jika malah merusak.
Ningsih bergegas keluar. Saat pintu dibuka ... banyak tetangga berdatangan membuat Ningsih bingung. Dari kejauhan, terlihat beberapa orang menggotong seorang yang dia kenal.
"Mas Agus!" seru Ningsih yang sangat kaget melihat sesosok orang yang digotong.
Ternyata orang itu benar suami Ningsih. Tetangga pun mencoba menghibur Ningsih. "Sabar, ya, Mbak. Mas Agus ketabrak mobil di persimpangan jalan."
Ningsih pun terkejut serta bertanya, "Lalu di mana Wahyu?"
Setelah seorang tetangga menjelaskan, ternyata Wahyu masih ditinggal di rumah orang tuanya Agus. Ningsih mengira Agus masih di sana beberapa hari. Ningsih pun menangis melihat kondisi Agus penuh darah.
"Sabar, ya, Ningsih. Ini semua kehendak Allah. Ikhlaskan suamimu," kata Pak RT yang menjelaskan jika Agus sudah meninggal.
Ningsih dibantu oleh warga sekitar menyiapkan semua persiapan untuk pemakaman Agus. Ningsih tak menyangka jika ritual itu sangat ampuh.
'Ternyata Ratih benar! Uang datang, suami melayang.' batin Ningsih yang entah harus senang atau sedih.
Ningsih tidak pernah menyangka jika hal Inilah yang menjadi awal mula kisah perjalanan Ningsih di dunia kelam. Terjerat semua gemerlap dunia dalam genggaman tangannya. Mengorbankan nyawa demi sebongkah harta kekayaan dan menjadi istri makhluk gaib yang belum pernah dilihatnya.
***
Seratus hari kemudian ....
Hari ini, tepat seratus hari meninggalnya Agus. Setelah kejadian mengerikan itu, Ibu mertua Ningsih sangat sedih hingga jatuh sakit. Meski hari ini Ningsih mengadakan acara seratus hari kepergian suaminya, keluarga dari pihak Agus tidak ada yang mau datang karena masih syok.
Ningsih tak pernah mempermasalahlan hal itu. Baginya, keluarga Agus tetap menjadi keluarganya. Bahkan, Ningsih memberikan uang layatan pada ibunya Agus untuk berobat. Tentu saja dengan tambahan uang hasil pesugihannya menikah dengan makhluk gaib.
Tanpa diketahui orang lain, Ningsih sudah membeli sebuah rumah di kawasan perumahan baru. Tepatnya, dekat dengan rumah Ratih. Ningsih juga sudah mencari Asisten Rumah Tangga untuk membantu serta menemaninya dan Wahyu di sana. Nama asistennya adalah Mak Sri, usia sekitar lima puluh tahun tetapi sangat cekatan dan dapat dipercaya.
Ningsih masih menunggu waktu dan alasan yang tepat untuk pindah. Dia harus memikirkan hal yang tepat agar tidak dicurigai oleh keluarga Agus atau keluarganya sendiri.
Ningsih kembali menatap foto pernikahannya, sambil mengelus wajah Agus di foto. "Maafkan Ningsih, ya, Mas. Ini semua demi masa depan Wahyu. Aku tidak mau hidup susah terus seperti itu. Maafkan Ningsih, ya, Mas dan terima kasih Mas sudah berkorban untuk kebahagiaan Ningsih dan Wahyu, anak semata wayang kita." lirih Ningsih setelah mengadakan acara seratus hari kepergian suaminya.
Ningsih sebenarnya ragu, entah hal ini salah atau benar. Namun, air mata Ningsih menetes, mengalir begitu saja. Menangisi suaminya yang selama ini telah menyusahkan tetapi saat ini bisa mendatangkan kekayaan untuknya.
***
Dua minggu berlalu dengan cepat ....
Pagi itu, Wahyu sedang belajar berjalan di rumah barunya. Ningsih sudah pindah ke rumah yang dia beli dengan hasil menumbalkan Agus.
"Wahyu sayang, jangan lari, ya. Nanti jatuh. Wahyu 'kan belum lancar yang jalan," ucap Ningsih yang khawatir melihat anaknya belajar berjalan.
Ningsih merasa sangat bahagia sudah pindah ke perumahan yang bagus nan mewah. Rumah Ratih hanya berjarak tiga rumah dari rumahnya. Dia merasa bahagia karena dengan uang yang dimilikinya, tak perlu meninggalkan puteranya lagi untuk bekerja kasar.
Wahyu pun semakin senang belajar berjalan dan berlari. Tentunya Mak Sri ikut mengawasi. Sebenarnya susah juga menemukan alasan untuk Ningsih pindah.
Akhirnya, Ningsih terpaksa berbohong kepada semua orang. Dia berpura - pura pergi bekerja di luar kota dan Wahyu ikut serta dibawa. Dia juga membuat alasan agar bisa melupakan trauma atas kepergian Agus. Hal itu bisa diterima oleh keluarga besar Ningsih dan Agus.
Ningsih sedikit tenang karena perumahan miliknya, cukup jauh dari desanya. Dia pun mencari tempat untuk berjualan, di pinggir jalan raya yang cukup strategis dengan harga sewa yang terjangkau.
Ningsih bertekad akan menggunakan uang itu sebaik mungkin. Saat itu, dia berpikir tidak perlu menikah lagi, tidak perlu mengorbankan orang lain lagi.
Bagi Ningsih, cukup Agus-suaminya yang menjadi korban untuk memulai hidup baru bersama putranya. Namun, Ningsih tak menyadari dirinya sudah masuk dalam JERAT IBLIS yang tidak semudah itu bisa lepas atau bebas.
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA. BACA JUGA JELMAAN SUAMIKU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜Briel Dinda 𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ
karena himpitan ekonomi jalan pintas pun di ambil
2024-10-10
1
Iventje Soedradjaja
parah rati
2024-09-16
1
𝕁𝕖𝕟𝕚
sdh trlamjur masuk dlm jeeat iblis pasti akan susah untuk lepas
2023-12-03
2