KETEGUHAN CINTA
Sang fajar menyising di ufuk timur. Menandakan malam telah berganti pagi. Kicauan burung terdengar, bagai simfoni lagu yang indah. Udara pagi hari yang sangat sejuk, memberikan semangat bagi setiap makhluk. Keindahan alam dan kesegaran menyatu menjadikan pagi awal yang takkan terlupakan.
Berdiri seorang wanita berhijab di depan rumah sederhana. Dia hidup sebatang kara, tanpa orang tua ataupun saudara. Kedua orang tuanya meninggal beberapa tahun yang lalu. Mereka meninggal akibat tabrak lari. Semenjak itu tinggallah dia dalam rumah sederhana ini sendirian. Hana Khairunnisa wanita berhijab yang cantik.
Demi menghidupi dirinya, dia bekerja membantu tetangganya membuat kue. Dia tidak pernah mengeluh akan kehidupan yang dia jalani. Prinsip hidup yang selalu dia pegang teguh, bahwa akan ada jalan dalam setiap kesulitan. Kehidupan sederhana dia jalani, tanpa sedikitpun merasa iri dengan kehidupan mewah orang lain.
Setelah menyelesaikan SMU, dia memutuskan bekerja. Kebetulan dia mendapatkan tawaran sebagai penjaga kantin di salah satu perusahaan besar. Namun jarak yang cukup jauh membuatnya harus berangkat sangat pagi. Butuh waktu 1 jam, agar dia bisa sampai di tempat kerjanya. Kota yang padat dan macet menjadi salah satu faktor dia harus berangakat sangat pagi.
Sekitar pukul 05.30 wib, Hana bersiap berangakat menuju tempat kerjanya. Menggunakan sepeda motor matic lama. Dia berjuang menembus hawa dingin dan kemacetan. Kota tempat tinggalnya bukan kota kecil, tapi lingkungan tempat tinggalnya yang berada di pinggiran kota. Sekitar pukul 07.00 wib, dia sudah sampai di kanti perusahan Prawira. Salah satu perusahan terbesar di kota ini.
Hana bisa bekerja disini berkat bantuan temannya, Diana sahabat terbaiknya yang kebetulan pegawai di perusahaan ini. Diana memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari Hana. Sehingga dia bisa melanjutkan kuliah, yang akhirnya bisa bekerja di perusahaan ini.
"Assalammualaikum, bu Minah!" sapa Hana pada ibu pemilik kantin. Beliau mengangguk seraya tersenyum.
"Waalaikumsalam!" sahutnya, lalu melanjutkan pekerjaannya. Hana yang terbiasa hidup sendiri, sudah tidak perlu diragukan lagi kemampuannya.
Tanpa diperintah lagi, Hana langsung membantu membersihkan kantin. Setelah kantin bersih, Hana akan membantu bu Minah memasak. Hana kebagian memotong dan membersihkan sayuran. Hampir dua bulan Hana bekerja dengan bu Minah. Beliau sangat puas dengan hasil kerja Hana. Apalagi selama ini dia tidak pernah telat dan bisa dipercaya.
Kantin akan sangat ramai bila makan siang. Bila pagi seperti ini, biasanya hanya satu dua orang yang datang. Perusahaan ini memiliki aturan yang sangat ketat. Jadi tidak akan ada pegawai yang keluyuran di jam kerja. Jika tidak benar-benar penting.
"Hana, nanti pukul 09.00 wib. Akan ada pemimpin perusahaan dengan beberapa rekannya sarapan di kantin. Tolong kamu pastikan semua meja bersih, sebab pak Rafa sangat detail soal kebersihan!"
"Baik bu Minah, baru saja aku sudah membersihkan semua meja" ujar Hana, bu Minah mengangguk. Semua bekerja sesuai kebiasaan.
Pukul 09.00 wib, masuk beberapa orang ke kantin. Seperti biasanya Hana akan keluar menawarkan makanan dan minuman. Penampilan Hana jauh dari kata seksi. Namun dengan gamis dan hijab panjangnya. Malah membuat Hana terlihat cantik dan meneduhkan. Pengunjung yang baru pertama kali masuk ke dalam kantin pasti tidak akan berkedip melihatnya.
"Permisi, tuan-tuan ingin pesan apa?" ujar Hana sopan, dengan menunduk.
"Mbak pegawai baru di kantin. Aku baru pertama kali melihatmu!" ujar Adrian, salah satu sahabat Rafa sekaligus asisten pribadi Rafa. Hana mengangguk pelan, tanpa sedikitpun mengangkat wajahnya.
"Adrian, kamu ingin sarapan atau ingin menggoda pelayan kantin yang tak selevel denganmu!" ujar Rafa ketus, suara baritonya menggema dalam kantin.
Deg deg deg
Hana memegang dadanya yang berdetak hebat, ada rasa ngilu saat dirinya dicap sebagai pelayan rendahan.
"YA ALLAH kuatkan hambamu ini. Biarlah hamba terhina, selama apa yang hamba kerjakan halal." batin Hana menenangkan diri.
"Hei kamu pelayan, tidak perlu mencatat menu kami semua. Bu Minah sudah aku hubungi. Dia mengetahui makanan apa saja yang telah kami pesan!" ujar Rafa ketus, Hana hanya bisa mengelus dada. Mendengar hinaan dari seseorang yang tak pernah dia kenal sebelumnya.
"Maaf tuan Rafa, dia belum mengetahui apa saja pesanan tuan? Maklum tuan, dia pegawai baru!" ujar bu Minah cemas, dia takut jika Rafa memarahi Hana.
"Baiklah, bawa segera pesananku. Jangan lupa, jauhkan dia dari hadapanku" ujar Rafa marah, sembari mengacungkan tangan ke arah Hana.
Semua orang sudah sangat mengenal watak kasar dan sombong Rafa Akbar Prawira. Pewaris keluarga Prawira yang selama hidupnya tidak pernah kekurangan. Namun dibalik kesombongannya, ada tangan dingin yang membuat perusahaan Prawira menjadi perusaha nomer satu di kota ini.
Bu Minah mengajak Hana menjauh dari Rafa. Dia menenangkan Hana, berharap Hana tidak terlalu memikirkan perkataan Rafa. Sebaliknya sikap Hana sangat tenang, sedikitpun dia tidak peduli dengan hinaan Rafa. Bagi Hana selama yang dia kerjakan halal. Serta tidak mengganggu orang lain, tidak ada yang perlu dia pikirkan. Pribadi Hana yang tenang membuat bu Minah sangat menyayangi Hana. Dia sudah menganggap Hana seperti putrinya sendiri.
"Rafa, kenapa kamu bicara sekasar itu? Bukan salahnya jika dia tidak mengetahui pesanan kita. Lagipula kamu aneh, baru bertemu sudah membencinya. Hati-hati Rafa, benci dan cinta tipis perbedaannya!" tutur Adrian jujur, Rafa menatap tajam ke arah Adrian.
"Aku sangat benci melihat wanita sok alim seperti dia. Menutupi kebusukannya dengan memakai hijab. Wanita seperti itu tidak akan pernah menjadi istriku!"
"Kamu yakin Rafa, sekarang saja kamu hanya memikirkan dia. Gara-gara kamu aku belum sempat mengenalnya! Dia gadis cantik dan sholeha. Kapan lagi melihat gadis cantik berhijab di perusahaan ini? Hampir seluruh pegawaimu memakai rok pendek dan make up tebal. Bukan membuat mereka terlihat cantik, malah aneh. Apalagi kalau mereka sedang mencari perhatianmu!" tutur Adrian kesal, Rafa tersenyum melihat sahabatnya kesal.
Tak berapa lama, Hana datang membawa pesanan mereka. Adrian tidak hentinya menatap wajah Hana. Sebaliknya Rafa membuang muka, saat Hana sedang berada di depannya. Hana sudah tidak peduli dengan perkataan Rafa, baginya sebuah hinaan. Sebagai cambuk agar dia bisa semakin kuat, menjalani sebuah kehidupan.
"Bu Minah, saya izin pergi ke mushola. Sejak tadi saya belum sempat sholat dhuha!" ujar Hana lirih, bu Minah tersenyum seraya mengangguk. Dia mengetahui jika Hana pribadi yang sholeha.
Setelah mendapat izin dari bu Minah, Hana berjalan perlahan menuju mushola kantin dengan membawa mukena. Dia melewati Rafa dan Adrian. Namun Hana sedikitpun tidak menoleh pada mereka.
"Rafa, wanita munafik yang kamu maksud. Memang benar-benar berbeda. Dia bukan wanita yang pantas kamu hina!" ujar Adrian ketus, dia tidak setuju dengan perkataan Rafa yang menghina Hana. Sedangkan Rafa diam seolah tidak peduli perkataan Adrian.
"Masih ada wanita yang mengingat sholat sunnah di masa sekarang! Aku harap kamu seperti yang Adrian katakan. Bukan hanya wanita yang menggunakan hijab sebagai kedok!" batin Rafa sesaat setelah melihat Hana keluar dari kantin.
...☆☆☆☆☆...
HAPPY READING
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Devi Triandani
sepertinya menarik
2022-08-21
0
Krisilya Amanda Lesnussa Toumahuw
bagus
2021-06-22
0
Carolline Fenita
maaf kak izin promote karya saya berjudul istri yang tersakiti, oleh Angeline terima kasih
2021-06-09
1