"Hana, sebentar lagi akan ada tamu VVIP. Mereka pelanggan tetap restoran kita. Aku minta kamu melayani mereka dengan baik!" ujar Zyan, Hana mengangguk mengerti. Zyan pemilik restoran ini sekaligus sahabat Rafa. Hana tidak pernah mengetahui kalau Zyan sahabat Rafa. Hana bekerja di sini atas bantuan tetangganya yang juga bekerja di restoran ini.
"Baik pak, saya akan melayani mereka dengan sebaik mungkin!" sahut Hana sopan. Zyan meninggalkan Hana, dia pergi menuju ruangannya. Terdengar salah satu pegawai memanggil Hana.
"Mbak Hana, pelanggan yang dimaksud pak Zyan sudah datang. Mereka sedang menuju me ruangan VVIP!"
"Baiklah aku akan melayani mereka. Kamu pergi ke dapur. Katakan pada staf dapur untuk bersiap. Aku heran, siapa mereka sampai pak Zyan begitu menghormatinya?" ujar Hana, temannya hanya mengangkat kedua bahu manandakan dia juga tidak mengenal mereka.
Hana berjalan perlahan menuju ruang VVIP restoran ini. Sudah seminggu Hana bekerja di restoran ini. Lebih dari seminggu Hana tidak pernah bertemu dengan Rafa. Semenjak kejadian di cafe itu. Rafa tidak pernah menghubungi atau datang menemui Hana. Rafa menghilang bagai ditelan bumi. Hana tidak terlalu mempermasalahkan ketidakhadiran Rafa. Pernikahannya sebuah pengabdian bukan sebuah pemaksaan. Hana akan mengabdi pada Rafa, tanpa berpikir ingin mengekang Rafa.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu!" sapa Hana ramah. Kedua bola mata Hana membulat sempurna. Pelanggan istimewa restoran tempatnya bekerja tidak lain Sesil. Dia datang bersama seorang kakek dan gadis muda yang masih menggunakan seragam SMU.
"O iya, tolong siapkan makanan paling spesial di restoran ini. Jangan sampai terjadi kesalahan. Aku pelanggan tetap restoran ini. Aku rasa Zyan sudah mengatakan padamu!" ujar Sesil sombong, Hana membungkuk tanda menghormati Sesil. Tuan Ardi memandang lekat Hana. Wanita yang membuat cucu satu-satunya kelabakan. Tuan Ardi melihat betapa teduhnya wajah Hana.
"Baik nona, saya akan menyiapkan semua pesanan anda. Mohon tunggu sebentar!" ujar Hana ramah, Sembari berjalan menjauh.
"Hana tunggu, kakek ingin bicara dengamu!" ujar tuan Ardi, Hana menoleh. Dia merasa tidak mengenal dengan tuan Ardi. Hana berdiri tepat di depan tuan Ardi.
"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu!"
"Hana, bagaimana kamu bisa bekerja di sini? Sejak kapan kamu berhenti dari kantin?" ujar tuan Ardi, Hana menggeleng tidak mengerti. Dia berpikir keras, bagaimana bisa tuan Ardi mengetahui pekerjaannya dulu? Hana merasa tidak pernah mengenal tuan Ardi.
"Maaf tuan, saya tidak mengerti pertanyaan anda. Lagipula bagaimana anda bisa mengetahui jika saya pernah bekerja di kantin!" ujar Hana sopan, tuar Ardi tersenyum.
"Kita pernah sekali bertemu di kantin. Saat itu kamu sendiri yang menyiapkan sarapan sederhana untukku. Aku sangat terkesan dengan masakan yang kamu buat untukku!"
"Terima kasih, tuan terlalu memuji. Bisa saya permisi sekarang. Saya harus mengatakan pada staf dapur. Semua pesanan anda, mohon tunggu sebentar tuan!"
"Baiklah, kamu boleh pergi. Sepertinya ada alasan khusus kamu berhenti dari kantin!" ujar tuan Ardi, Hana membungkuk. Dia berjalan keluar dari ruangan itu. Hana melupakan pertanyaan tuan Ardi. Dia hanya perlu fokus dengan pekerjaannya. Sikap profesional Hana yang membuat Zyan terkesan. Meski dia pegawai baru, Hana mampu menyesuaikan diri dengan pekerjaan dan rekan kerjanya.
Setelah semua pesanan siap, Hana menyajikan semua makanan. Sesampainya di dalam ruangan VVIP, Hana melihat sebuah kehangatan yang sangat langka. Hana tidak peduli pada yang dia lihat. Hana meletakkan makanan satu per satu dengan sangat pelan. Dia takut mengganggu dua sejoli yang sedang kasmaran.
"Maaf permisi, bisa saya meletakkan makanan di sini!" pamit Hana sopan, Rafa dan Sesil menoleh terkejut. Tuan Ardi sudah terlalu sering melihat kenakalan Rafa. Karin adik sambung Rafa, sangat mendukung hubungan Sesil dengan Rafa. Sebab Sesil selalu menuruti keinginan Karin.
"Kamu, pelayan tidak tahu diri. Apa tidak bisa kamu menunggu? Jadi tidak harus mengganggu kami!" ujar Sesil marah, Hana menunduk takut. Dia tidak pernah bermaksud mengganggu Rafa dan Sesil. "Kenapa dia bisa bekerja di sini? Sejak kapan Hana berada di ruangan ini?" batin Rafa. Setelah meletakkan semua pesanan, Hana mundur beberapa langkah.
"Maaf nona, bukan maksud saya mengganggu anda berdua. Saya hanya ingin segera meninggalkan tempat ini. Agar anda berdua bisa lebih pribadi!" ujar Hana sopan, Sesil tersenyum sinis. Rafa menatap Hana, istri yang beberapa hari ini tidak dia temui.
"Kamu terlalu banyak bicara. Pelayan rendahan seperti kamu selalu mencari alasan. Segera pergi dari hadapanku. Kamu membuat napsu makanku hilang!" ujar Sesil sinis, Hana membungkuk dia berjalan keluar dari ruangan. Hana membisu melihat semua kehangatan Rafa pada Sesil.
"Hana, tunggu sebentar!" ujar Rafa memanggil. Hana menoleh "Ada apa lagi sekarang? Kenapa aku harus berurusan dengan mereka?" gerutu Hana. Dia berjalan mendekat ke arah Rafa.
"Hana, kamu berhenti dari kantin. Hanya ingin bekerja di sini. Berapa gajimu di sini? Sampai kamu lebih memilih bekerja di sini. Aku akan menggajimu sebanyak yang kamu inginkan. Berhenti dari pekerjaanmu sekarang!"
"Terima kasih atas tawaran tuan. Bukan besarnya gaji yang aku cari. Namun kenyamanan yang aku cari. Meski anda memberiku gaji setinggi langit. Semua itu percuma, jika anda menganggap saya sebagai pelayan rendahan. Harga diri saya tidak bisa anda beli!"
"Sombong kamu! Sebagai pelayan Rafa, kamu sangat tidak pantas. Jadi jangan terlalu tinggi hati!"
"Maaf, saya permisi!" pamit Hana, tatapan Rafa tidak berkedip melihat ke arah Hana. Sesil melihat tatapan berbeda Rafa. Tatapan yang tidak pernah dia berikan padanya.
"Hei pelayan!" ujar Sesil, dia menggenggam segelas air. Rafa yang melihat tindakan Sesil menarik tubuh Hana menjauh. Air yang disiram Sesil mengenai tubuh Rafa. Tak ada sedikitpun rasa cemas yang ditunjukkan Hana pada Rafa.
"Permisi!" ujar Hana, meninggalkan Rafa dan keluarganya. Rafa tertegun melihat sikap acuh Hana. Sebaliknya Sesil kesal melihat Rafa membela Hana. Tuan Ardi melihat kedekatan yang berbeda antara Rafa dan Hana.
Rafa memutuskan pergi dari ruangan itu. Dia tidak ingin makan siang lagi. Rafa kesal melihat sikap Hana yang seolah tidak mengenalnya. Tuan Ardi hanya menyimak, dia tidak ingin ikut campur urusan Rafa. Setelah meninggalkan mereka, Hana berjalan menuju mushola yang sengaja disediakan restoran. Hana bersimpuh memohon di hadapan sang pemilik hidup.
"Aku diam melihat semua ini. Bukan karena aku tidak sakit. Namun aku terlalu takut untuk berharap, diriku yang ada dalam hatimu. Aku mengacuhkanmu seolah tak mengenalmu. Bukan karena aku tidak peduli padamu. Namun rasa kecewa mengetahui, bukan diriku yang membuatmu nyaman. Tapi dia yang mampu membuatmu hangat. Aku hanya wanita lemah tanpa daya. Derajatku sebagai pelayan membuatku takut mendekat padamu. Aku istri tanpa kebanggaan, karena sejatinya pernikahan kita sebuah keterpaksaan. Kamu hadiah terindah dari kakekku. Akan kujaga pernikahan ini, tanpa berpikir akan terluka. Hakikatnya kita bersatu, karena jalan takdir tanpa sengaja mempertemukan kita. Semoga kamu bahagia, sebagai seorang istri aku berharap kamu selalu tersenyum!" batin Hana di sela sujudnya.
...☆☆☆☆☆...
TERIMA KASIH😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Hily
😭😭
2022-01-24
0
Sarah Ritonga
😭😭😭😭😭😭😭😭
2021-11-13
0
💕apip 66🌱🐛💕
sedih😢
2021-08-04
0