Setiap hari Hana selalu bangun sangat pagi. Dia selalu terbiasa sholat di sepertiga malam. Sembari menunggu sholat subuh, dia menyempatkan mengaji. Meski Hana hidup sendiria, dia tidak pernah memanjakan dirinya. Hana selalu melakukannya sendiri, tanpa mengeluh dan berharap bantuan orang lain.
Setiap hari dia harus berangkat pagi, agar tidak terlambat ke bekerja. Hana pribadi yang sangat tepat waktu. Seperti biasanya Hana datang sebelum jam bekerjanya dimulai. Bu Minah selaku pengelola kantin sangat senang dengan cara kerja Hana.
Pertemuan pertamanya dengan Rafa, membuatnya sedikit takut bila bertemu. Bu Minah menyadari sikap aneh Hana saat melihat Rafa. Setiap kali pemilik perusahaan itu datang. Bu Minah sendiri yang akan melayani. Dia selalu menyuruh Hana mengerjakan yang lain.
"Bu Minah, kemana pegawai berhijabmu? Kenapa aku tidak pernah melihatnya lagi? Gara-gara Rafa aku tidak bisa berkenalan dengannya!" ujar Adrian, Rafa mengacuhkan perkataan Adrian. Sebaliknya bu Minah hanya tersenyum mendengar perkataan Adrian. Dia tidak menjawab, sebab bu Minah sadar tidak baik bila Hana harus berurusan dengan dua penguasa perusahaan ini.
"Bu Minah, jangan dengarkan dia. Siapkan sarapanku segera, aku sudah sangat lapar. Sebentar lagi aku ada rapat" ujar Rafa, bu Minah mengangguk.
Kedekatan bu Minah dengan Rafa bukan tanpa alasan. Bu Minah tidak lain pengasuh Rafa sejak kecil. Pernikahan kedua ayahnya, membuatnya harus menyembuyikan pengasuh yang sangat disayanginya dari tangan ibu sambungnya.
"Silahkan tuan Rafa, jika ada yang dibutuhkan lagi. Panggil bu Minah!"
"Assalammualaikum!" ujar Hana yang baru saja masuk ke kantin. Dia baru saja datang dari mushola kantor.
"Waalaikumsalam!" sahut bu Minah, Adrian menatap Hana tanpa berkedip. Sedangkan Rafa seolah tidak peduli dengan kedatangan Hana.
"Ternyata dia benar-benar taat. Aku pikir hijab hanya dia jadikan kedok!" batin Rafa, tanpa melihat Hana.
"Bu Minah, tadi ada bagian akutansi memberikan pesanan ini! Apa perlu aku siapkan sekarang?" ujar Hana, bu Minah mengangguk pelan.
"Hana, kamu sekarang pergi ke pasar. Daftar belanja sudah ibu tulis. Takutnya kita kekurangan bahan makanan!"
"Baik bu!" sahut Hana sopan, dia segera mengambil daftar belanja. Hana pergi menuju pasar tanpa banyak bicara. Sedikitpun dia tidak peduli dengan keberadaan pemilik perusahaan.
"Rafa, pertama kalinya aku melihat seorang wanita tidak tertarik padamu. Jangan-jangan pesonamu sudah luntur!"
"Bukan pesonaku yang luntur. Dia yang sadar diri, kalau tidak pantas tertarik padaku. Dia hanya pegawai rendahan!" ujar Rafa lantang, Adrian mengedipkan mata agar Rafa bicara sedikit pelan. Hana mendengar jelas perkataan Rafa, tapi semua bukan masalah yang akan membuatnya marah atau frustasi.
Hana pergi ke pasar sesegara mungkin. Dia tidak ingin terlalu lama berada di dekat Rafa Akbar Prawira. Laki-laki yang entah kenapa selalu menghinanya? Hana menggunakan sepeda motor maticnya. Sahabat dalam suka dan dukanya. Satu-satunya peninggalan ayahnya yang takkan pernah dia lupakan. Hana berjanji akan menjaga sepeda motor ini dengan sebaik mungkin.
Sekitar satu jam lebih Hana berbelanja. Setelah semua pesanan bu Minah terpenuhi. Dia langsung kembali ke kantin. Sebentar lagi jam makan siang. Itu artinya kantin dalam kondisi sangat ramai. Dia harus membantu bu Minah di kantin.
"Hana cantik, aku merindukanmu!" sapa Diana, sembari memeluk sahabatnya dengan sangat erat. Bu Minah sudah terbiasa melihat kedekatan Hana dan Diana. Dia membiarkan keakraban diantara mereka, selama Hana mampu bertanggung jawab pada pekerjaannya.
"Diana, kamu selalu menganggetkanku. Kamu yang jarang datang ke kantin. Memangnya kamu kemana saja? Melupakanku secepat itu!" ujar Hana kesal, Diana tertawa melihat Hana yang kesal.
"Kebetulan aku dinas ke luar kantor. Sehingga aku makan siang di luar. Maaf tidak menghubungimu, perusahaan sedang sibuk-sibuknya. Banyak proyek besar yang sedang dikerjakan!"
"Baiklah, aku maafkan. Sekarang lebih baik kamu duduk di dalam. Aku akan menyiapkan pesananmu, nanti selesai kamu makan. Kita bisa bicara berdua, tapi jika aku luang!"
"Hmmmm, siap Hana cantikku!" sahut Diana, dia keluar dari dapur. Diana sengaja duduk di dekat dapur. Agar Hana bisa menemaninya, jika sudah selesai melayani para karyawan.
"Diana, ini pesananmu! Kamu makan dulu, aku harus melayani mereka yang baru datang. Setelah melayani mereka, aku akan menemanimu!" ujar Hana, Diana mengangguk pelan. Hana berjalan menjauh, dia menghampiri beberapa karyawan yang datang untuk makan siang.
Setelah semua selesai, Hana menghampiri Diana. Dia duduk di depan sahabat terbaiknya. Perbedaan cara hidup, tidak membuat mereka menjauh. Bahkan cenderung mereka saling menguatkan satu sama lain.
"Diana, kamu sudah selesai makan! Aku bersihkan dulu, supaya kita lebih nyaman bicaranya!"
" Nanti saja Hana, duduklah dulu. Ada yang ingin aku tanyakan padamu!" ujar Diana, Hana mengangguk lalu duduk di depan Diana.
"Ada gosip yang beredar, kamu sedang dekat dengan pak Rafa. Hampir semua karyawan di gedung ini heboh membicarakanmu!"
"Kamu bercanda, mengenalnya saja aku tidak. Bagaimana bisa kami dekat? Kamu lupa jika aku sekarang sedang dikhitbah. Tidak mungkin aku dekat dengan laki-laki lain!"
"Hmmmm, iya juga! Aku lupa kalau kamu sedang dikhitbah. Rencananya kapan kamu dan dia menikah? Jangan lupa katakan padaku!"
"Entahlah Diana, aku dan dia jarang bertemu. Aku pesimis dengan hubungan kami. Kedua orang tuanya masih berat hati menerimaku. Jika kami berjodoh, insyaallah semua akan berjalan dengan baik!"
"Sabar Hana, semua ujian mampu kamu lewati. Jika hanya masalah seperti ini saja, kamu tidak akan menyerah. Ingatlah akan ada aku disampingmu. Jangan menyerah, semangat!" ujar Diana, Hana tersenyum melihat Diana yang antusias.
"Kenapa dia harus semangat? Kamu sedang ada masalah apa?"
"Pak Adrian, sejak kapan bapak berdiri di sini!" ujar Diana kaget, Hana menunduk tepat setelah Adrian datang. Terlihat Adrian duduk disamping Diana.
"Diana, kamu mengenal wanita berhijab ini. Kenapa tidak menceritakannya padaku?"
"Memangnya kapan bapak bertanya? Bukan salahku jika bapak tidak mengetahuinya!" sahut Diana santai, Hana berdiri meninggalkan mereka berdua. Dia kembali menuju dapur. Diana memahami sikap Hana, selama ini Diana mengetahui jika Hana selalu menjaga jarak dengan laki-laki.
"Diana, kenapa temanmu selalu menghindar dariku? Aku tidak merasa melakukan apapun padanya. Semua ini gara-gara Rafa si bos sombong! Wanita berhijabku menjauh dariku!"
"Jangan salah paham, Hana selalu bersikap seperti itu pada semua laki-laki. Dia selalu menjaga batasannya dengan laki-laki. Apalagi Hana sudah dikhitbah, jadi sangat tidak mungkin dia akan dekat dengan pak Adrian!"
"Dikhitbah, apa maksudnya? Aku tidak mengerti!" ujar Adrian penasaran, Diana terkekeh melihat Adrian yang bingung.
"Ternyata ada juga yang tidak pak Adrian ketahui. Hana itu sudah dipinang oleh pemuda dilingkungannya. Namun pernikahannya belum ditentukan, jadi dia tidak mungkin berdekatan dengan laki-laki lain!"
"Hmmmm, aku mengerti sekarang! Tapi ada pepatah mengatakan, 'Selama janur kuning belum melengkung, semua bisa terjadi'."
"Maksudnya, pak Adrian akan tetap mendekati Hana!" ujar Diana, Adrian mengangguk pelan.
"Aku tidak akan menyerah mendapatkan dia sang pujaan hati!" ujar Adrian mantap, Diana menggeleng. Lalu meninggalkan Adrian yang termangu sendirian.
...☆☆☆☆☆...
TERIMA KASIH😊😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
menurut lo...emang ada ya orang blm kenal Uda underestimate gini
2023-08-01
0
Dwi setya Iriana
hadir lagi di novel toon
2021-04-11
0
Zie Azqie Kudo
sukses selalu kakaaa 😉😉
2021-03-28
2