Malam hari Naira dan Tian mengenakan piayama dikamar tidur berdiri didepan lemari, Tian mengeluarkan beberapa baju dan naira melipat dan menyusun didalam koper.
“Mas, berapa hari di China ?”
“3 hari”.
“Boleh ikut ?”
Tian berhenti sejenak memilih pakaiannya menghembuskan napas panjang menoleh ke Naira, “Sayang, saya disana bekerja bukan bermain. Nanti kamu akan kelelahan, kasihan bayinya”.
Jika menyangkut bayi Naira hanya bisa menurut, walaupun dia merasa tidak rela melepas suaminya pergi sendiri Kek China, walaupun dia ditemani sekretarisnya, Rendi.
“Ya, tapi aku ingin oleh-oleh yang banyak”.
“Baiklah, sayang”, Tian mengelus kening Naira dengan lembut sambil tersenyum.
Melihat muka merajuk Naira dia sangat gemes, tampa dia sadari tangannya sudah mengacak-acak rambut yang jatuh di kening Naira.
“Sudah merajuknya, ayo bantu susun baju lagi”. Mereka meneruskan pekerjaan mereka.
"Kamu bagaiman bisa kenal sama dokter pria itu ? "
"Kemarin aku pergi ke universitas, habis dari sana saya hampir pingsan dan dokter itu dan teman perempuanya menolong ku".
"Kamu pergi ke universitas ngapain, kenapa saya tidak tahu ?"
Naira lupa lagi memberi tahu suaminya, "Em, kemaren aku SPS (Seminar Proposal Skripsi).Maaf, aku lupa memberi tahu mu".
"Dan kenapa kamu hampir pingsan? "
Naira merasa bersalah, dan bingung harus menjawab apa. Dia tidak mungkin mengatakan ngga makan pagi dan telat makan siang, "Mungkin karena tekan waktu SPS".
"Kamu itu, istirahat dulu, ingat itu perut lagi ada isinya".
"Iya mas".
#Keesokan harinya di kantor.
“Husen, awasi orang itu, setelah saya kembali dengan bukti-bukti yang sudah ada, berikutnya saya akan menendangnya ke penjara”
“Selama saya pergi, Papa saya yang akan masuk”.
“Memangnya Om Bramasta sudah kembali ?”
“Saya yang memaksanya kembali, Malam ini jemput mereka di bandara. Sudah waktunya pria tua itu bekerja dan saya yang libur sejenak”.
“Memangnya anda berlibur disana”.
“Tidak juga, setidaknya saya hanya perlu bekerja 3 jam dalam sehari”.
Tian melihat jam ditangannya 2:40 pm. “Saya akan kembali kerumah, dan langsung kebandara”.
“Kenapa harus kembali, dari kantor lebih dekat ke bandara”.
“Istri saya akan mengantar saya ke bandara”.
Husen diam sejenak sambil berpikir, ‘Sejak kapan dia begitu dekat dengan istrinya’.
Sebelum dia bertanya yang lain, Tian sudah berjalan keluar ruangannya.
“Eh, Bos tunggu !”.
Tian mengabaikannya malah semakin mempercepat langkanya, dia bisa menebak akan terlalu banyak pertanyaan yang akan dilontarkan temannya itu.
Pukul 5:38 pm, Tian dan Naira sudah dibandara, naira mengantar sampai pintu Check-in, 20 menit lagi pesawat akan berangkat.
Mereka berpelukan, dan berikutnya Tian mencium kening Naira, “Jaga diri baik-baik selama saya pergi”..
“Iya mas, Hati-hati”, Naira mencium tangan suaminya dan pipi suaminya. Tian masuk melalui pintu Check-in, setelah punggung Tian tidak nampak lagi Naira baru meninggalkan Bandara dengan perasaan sedih.
Dimobil naira memberi perintah, “Pak, pergi kekediam Rasyid”.
“Baik Bu”, Mobil melaju dengan perlahan dan Naira memejamkan matanya sebentar hingga mereka berada di komplek perumahan keluarga Rasyid.
“Bu, kita sudah sampai”, mereka berada didepan gerbang.
“Pak tungu sebentar disini, saya hanya ingin mengambil sesuatu”. Lalu, Naira keluar dari mobil.
Kebetulan satpam tidak ada dan pintu gerbang tidak terkunci, Naira langsung masuk menuju pintu rumah.
Dia memencet bel, “ting tong, ting tong”.
............................................................................
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata dan penyusunan kalimat. Like, komentar dan saran para pembaca sangat dibutuhkan untuk perbaikan selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
El Pitoe
author nya lagi pilek kali ya.. bahasa nya amburadul.. klo pake kata "aku" ya aku aja.. jangan aku.. saya.. campur aduk.. pusibg bacanya
2020-05-10
4