Naira bangun lebih pagi, karena dia tidur lebih cepat dari biasanya. Dilihatnya Tian masih terlelap tidur disampingnya, Naira turun dari ranjang menuju balkon kamarnya dilihatnya Langit masih agak gelap. Dia berdiri dekat pagar balkon menatap jauh.
Tian merasakan angin dingin menerpa dirinya, dilihatnya pintu diarah balkon terbuka lebar. Dia melihat Naira berdiri diam penuh kesunyian sambil mengelus perutnya.
Tian mendekati Naira, memeluknya dari belakang.
“Apa yang kamu pikirkan ?”
“Aku merasa semuanya hanya mimpi, dan mimpi ku seperti nyata”.
“Apa maksudmu ?”
Naira masih menatap kekejauhan sambil tersenyum, “Kenyataannya saat ini adalah kau ada disisiku, dan mimpiku adalah kau selalu berada disisi ku”.
Dahulu Naira selalu memimpikan Tian akan berada didekatnya dan menyayanginya dan dia merasa itu akan menjadi nyata. Namun setelah mimpi itu menjadi nyata, dia merasa semuanya hanya mimpi. Disisi lain Naira diliputi kegundahan, sudah beberapa kali dia bermimpi yang sama, terjatuh kejurang dan tenggelam semua yang dirasakan sangat mencekam hingga kehatinya. Dia berharap ini bukan pertanda buruk.
“Sayang hari ini kita harus memeriksa si bayi, apakah kamu mau menemani ku ?”
“Kita akan pergi pagi ini, siang nanti saya ada rapat”.
“Baiklah”, jawab Naira dengan senang.
Dirumah sakit Naira dan Tian sudah duduk mengantri, karena pagi belum terlalu ramai, masih ada 1 nomor didepan mereka. Namun berikutnya ada sebuah telpon masuk di Hp Tian.
“Ibu Naira, silahkan masuk”, kata seorang suster yang berada didepan pintu ruangan pemeriksaan kandungan.
“Sayang, kamu masuk lebih dahulu. Nanti Saya akan menyusul”.
“Iya”, Naira masuk keruangan, sedangkan Tian berbicara ditelpon dengan seseorang.
“Hallo, paman".
“.....”
“Dipercepat, kapan ?”
“....”
“Baiklah, saya akan mempersiapkan kontraknya”
“.....”
“Iya terimakasih paman”. Telpon terputus.
Tian sangat senang kontrak dia dan perusahan paman Anggara dsegera akan ditanda tangani. Tian akan menyusul Naira keruangan, namun sebelum itu dia perlu kekamar mandi sebentar.
“Apa kabar bu Naira, apa ada keluhan ?”
“Tidak ada dok, hanya saya merasa sering pegal-pegal dok”.
“Dokter tersenyum, itu biasa bu bagi wanita hamil. Ayo kita lihat perkembangan si bayi”.
Sebelum mereka berdiri untuk USG pintu terbuka seorang dokter masuk, “Hei Bu dokter cantik”. lelaki itu mendekat ke kursi Dokter Riska.
Dokter Riska tersenyum, “Hai penggoda, saya dengar kamu akan pindah ke Bandung?".
“Iya, saya kesini hanya ingin berpamitan. Sepertinya saya akan merindukan anda”, Goda dokter itu.
Bu Riska melirik Naira sekilas, Dia nampak tersipu malu. Lalu, Naira melihat ke wajah pria itu kebetulan orang itu juga melihat kearahnya.
“Naira”
“Kak Tyo”, mereka bicara serentak.
“Kalian saling kenal ?”, Tanya Dokter Riska.
“Ya, bisa dibilang begitu”, jawab Tyo.
“Saya baru bertemu kemaren, dan Kak Tyo membantu ku”.
“ou begitu, Tyo kapan kamu akan berangkat ?”
“Saya akan berangkat sekarang”.
Bu riska berdiri memeluk Tyo, wajahnya nampak sedih, dia berkata: “Cewek-cewek di Bandung cantik-cantik, kalau udah mau nikah jangan lupa kirim undangan”.
“Tenang saja, kamu akan menjadi orang pertama yang ku beri undangan”, kata Tyo.
Lalu seorang lelaki masuk, dia Tian dan berdiri disebelah ku. Dia melihat momen itu namun tidak ingin tahu. Bu riska melepaskan pelukannya, Tyo masih tersenyum berikutnya dia melihat kearah ku dan tian.
“Apa dia suami mu, Nai ?”
“Iya kak”.
“Wah, suami benar-benar tampan dan kamu juga cantik pasti anak kalian tidak kalah dengan kedua orang tuanya”.
“Terimakasih”, jawab Tian dengan singkat. Ntah mengapa dia tidak suka Naira dipuji oleh lelaki lain.
“Oke, saya permisi”, Tyo keluar dari ruangan itu. Dokter Riska malah meneteskan air mata setelah Tyo pergi, dia langsung mengelap air matanya ketika menyadari kami ada diruangan itu..
Naira awalnya menerka-nerka hubungan antar Tyo dan Dokter Riska sebagai Kekasih. ‘Tetapi, kenapa Dokter Riska memita undangan pernikahan dari Tyo, mungkinkah mereka hanya teman tetapi kenapa Dokter Riska begitu sedih dan juga Jakarta menuju Bandung tidak terlalu jauh. Hanya mereka dan tuhan yang tahu’, pikir Naira.
Setelah melakukan USG, “ hasilnya baik, perkembangan janinnya normal, hanya perlu dijaga dan suplemen dan vitamin tidak boleh lupa agar janin dan ibunya tetap sehat”, Kata Dokter Riska.
Dari Rumah sakit, Tian langsung turun dikantor dan Naira diantar Sopir pulang. Awalnya Naira ingin mampir tapi Tian tidak mengizinkan, dia mengatakan dia sangat sibuk dan tidak bisa menemani Naira, pasti akan sangat membosankan nantinya.
............................................................................
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata dan penyusunan kalimat. Like, komentar dan saran para pembaca sangat dibutuhkan untuk perbaikan selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
* Diana olvia"*
lama bangat sih, balas dendamnya
2020-05-30
4