Senja Untuk Arjuna

Senja Untuk Arjuna

Prolog

Prolog

“Baby-nya bobo?” tanya anak lelaki berumur 7 tahun itu sambil menatap ke dalam box bayi berisi bayi perempuan yang sedang tertidur.

“Iya, baby-nya cantikkan?” tanya perempuan yang berdiri di depan box satunya lagi dimana tertidur dua bayi laki-laki yang salah satunya adalah kembaran si bayi perempuan.

“Iya, cantik kaya Bunda.”

“Hahaha.”

Kedua perempuan itu tertawa mendengar ucapannya.

“Cantikan mana Mamah sama Bunda?” tanya salah satu dari mereka membuatnya menatap mereka bergantian sebelum kembali menatap box bayi.

“Cantikan, Baby.”

“Hahaha.”

Mereka kembali tertawa mendengarnya, perempuan yang tadi bertanya membungkukkan badan sambil menatap putranya.

“Kalau Mas Juna sudah besar nanti, Mas Juna harus jaga Baby seperti Ayah menjaga Mamah dulu, ok!”

Anak lelaki yang dipanggil Mas Juna itu kini menatap ibunya sambil tersenyum dia berkata, “Siap, Jendral!” membuat kedua perempuan itu tertawa.

*****

“Senja, bukan bayi!” rengek anak perempuan berumur 4 tahun yang bernama Senja membuat semua orang tersenyum.

“Senja sudah besar, bukan bayi lagi.”

“Kalau sudah besar kenapa masih minum susu pakai dot?” tanya Juna yang sekarang sudah duduk di kelas 7, sedangkan si bayi perempuan yang dulu di panggil Baby baru saja masuk TK.

“Ini bukan dot, ini gelas ya, Mah?” tanya Senja sambil menatap perempuan yang sudah ia anggap seperti ibunya itu.

“Iya, Mas Juna tidak tahu kalau ini gelas hanya tutupnya saja pakai dot,” ucap perempuan yang sebenarnya adalah Ibu Juna membuat Senja tersenyum lebar penuh kemenangan menatap Juna sambil berkata,

“Mas Juna, gak gaul.”

Semua orang tertawa mendengar gadis kecil yang cantik dengan rambut hitam panjang itu.

“Bayiiii….” goda Juna sambil mengacak-acak rambut Senja hingga ia menjerit protes.

Di sisi lain terlihat dua orang anak lelaki seumuran Senja sedang membuat ruang keluarga itu menjadi berantakan seperti baru saja terkena angin topan, membuat ibu-ibu mereka membuang napas berat membayangkan bagaimana harus membereskannya nanti.

*****

Juna kini telah duduk di kelas 10 dan tumbuh menjadi lelaki yang dikaruniai wajah tampan dan tubuh tinggi seperti Papahnya serta kulit putih milik ibunya, membuat dia menjadi idola di antara kaum perempuan, sedangkan Senja dan dua anak lelaki seumurannya kini tengah duduk di kelas 3 SD.

“Dasar bayi, masa naik sepeda saja tidak bisa.”

“Bisa!” seru Senja sambil beberapa kali berusaha menyeimbangkan sepeda pink miliknya.

“Itu gak bisa.”

“Karena Mas Juna berisik! Kalau naik sepeda itu perlu konsentrasi,” ucapnya dengan wajah serius menatap depan membuat Juna tertawa sambil berkata,

“Dasar bayi.”

Sedangkan di sisi lapangan lainnya dua anak lelaki sedang tertawa bermain bola, beberapa saat Senja terlihat membulatkan tekadnya dia menatap Juna yang berdiri di belakangnya sambil memegang jok sepedanya.

“Pegangin jangan dilepas dulu, ok!”

“Iya, ayo buruan pegel nih!”

Senja beberapa kali mengambil napas sebelum akhirnya mulai melaju. Awalnya jalannya terlihat oleng tapi kemudian mulai bisa lurus membuatnya berteriak senang.

“Mas, lepasin sekarang!”

Juna-pun menurut dengan melepas pegangannya.

“Aaah, lihat! Lihat! Aku bisa!” teriaknya membuat dua orang anak lelaki menghentikan permainan mereka.

“Ayo, Senja! Kebut-kebut!” teriak Samudera, kembarannya Senja.

“Kurang kenceng!” kali ini Satria yang berteriak.

Satria adalah adiknya Juna yang kelahirannya hanya beda beberapa jam dari si kembar membuat mereka terlihat seperti kembar tiga.

“Jangan kenceng-kenceng!” seru Juna tapi tak dihiraukan Senja yang tengah tertawa sambil terus mengayuh sepedanya sampai akhirnya dia mulai berteriak.

“Aaa….h!!!”

“Ooo…. REM!” teriak mereka bertiga ketika melihat Senja terus melaju menuju tembok pembatas.

“Belok-belok!” kali ini mereka bertiga menyuruh Senja untuk berbelok, tapi tangan Senja seolah kaku tak tahu bagaimana caranya berbelok.

“Aaahhh…!!!” Senja juga seolah lupa dimana posisi rem membuatnya hanya berteriak dengan mata membulat menatap tembok yang semakin mendekat.

Bruug!!!

Semua orang terdiam mematung yang terdengar hanya suara desing ban sepeda yang berputar cepat.

“Huaaaa….!!!”

Teriakan tangis Senja membuat ketiganya tersadar dan langsung berlari ke arahnya.

“Senjaa!” teriak Juna sambil berlari.

“Sepedaa!” teriak Samudera dan Satria sambil ikut berlari di belakang Juna.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Juna ketika sampai di depan Senja yang menangis meraung.

“Sepedanya!” Seru Samudera dan Satria sambil sambil berjongkok di depan sepeda.

“Sepedanya gak apa-apa?” tanya Samudera yang kini berdua dengan Satria sibuk memeriksa keadaan sepeda melupakan Senja yang tangisnya semakin menjadi membuat Juna menjitak kedua anak lelaki itu.

Beberapa menit kemudian Senja sudah diam sambil menjelit es krim di atas punggung Juna yang menggendongnya sedangkan di belakang mereka, Samudera dan Satria terlihat cemberut sambil menuntun sepeda Senja.

Sesekali Senja akan menoleh ke belakang sambil menjulurkan lidah dan kembali menjilat es krimnya membuat kedua anak lelaki itu mendelik kepadanya, tapi itu malah membuat gadis kecil itu tersenyum penuh kemenangan.

****

Juna kini sudah berumur 17 tahun sedangkan trio S (Samudera, Senja, Satria) kini berumur 10 tahun. Pagi itu rumah keluarga Juna disibukan dengan persiapan pesta ulang tahun Juna, bukan pesta besar-besaran Juna hanya akan mengundang beberapa temannya untuk makan di rumahnya.

Bukan hanya Juna dan teman-temannya saja yang terlihat gembira hari itu tapi juga trio S karena banyak makanan enak. Rumah mereka yang bersebelahan membuat mereka bisa saling mengunjungi kapanpun mereka mau, terlebih lagi si kembar seperti sudah menjadi bagian dari keluarga Juna, begitu pula sebaliknya Juna dan Satria juga sudah seperti putra dari Bunda dan Ayahnya si kembar.

“Ja, semangkanya yang banyak,” ucap Samudera membuat Senja mengangguk sambil kembali mengambil potongan semangka ke atas nampan Samudera yang berisi piring-piring potongan buah yang menumpuk.

“Cheese cakenya!” kali ini Senja mengambil cheese cake dan menaruhnya di atas nampan yang dipegang Satria.

“Kue coklatnya lagi, Ja,” ucap Satria membuat Senja kembali mengambil kue coklat dan menaruhnya di atas nampan berisi setumpuk kue-kue mini yang menggungah selera.

Mereka bertiga menatap kedua nampan yang penuh oleh makanan dengan mata berbinar dan senyum lebar.

“Ayo!” Seru Satria sambil berjalan diikuti si kembar.

“Ja, minumnya!”

“Oh, iya!”

Senja berbalik kembali untuk mengambil minum dan dengan cepat menyusul kedua anak lelaki yang kini hanya berdiri mematung menatap ke arah kolam ikan koi.

“Ada apa?” tanya Senja penasaran sambil berdiri di samping Satria dan menatap ke arah dimana terlihat Juna sedang mencium seorang gadis membuat mata ketiganya membulat dengan mulut menganga beberapa saat sebelum akhirnya senja berteriak.

“Bunda! Mamah!”

Teriakan Senja itu mengejutkan Juna yang langsung menghentikan aktivitas dengan mata membulat menatap ketiga anak yang menatapnya dengan mata seolah-olah mau keluar.

“Bunda! Ma…”

Secepat kilat Juna membungkam mulut Senja dengan tangannya.

“Jangan beritahu mereka,” pinta Juna dengan tangan membekap mulut Senja dan mata menatap kedua anak lelaki yang masih menatapnya tak percaya, “Es krim! Aku akan membelikan kalian es krim!”

Mendengar itu Senja tak lagi berontak, mereka kini saling tatap dan akhirnya senyum mengembang dari wajah ketiganya termasuk Senja yang mulutnya masih dibekap Juna.

“Lepasin,” ucap Senja dengan suara teredam tapi dapat dimengerti Juna hingga diapun melepaskan bekapannya.

Mereka bertiga kini menatap Juna dengan senyum yang membuat Juna bergidik.

Satria : “Baiklah.”

Senja : “Es Krim”

Samudera : “Selama.”

Trio S : “Sebulan!”

Juna : ….. (mulut menganga) Seminggu.”

Satria : “Dua minggu.”

Juna :…. (menatap mereka mencoba mengiintimidasi).

Senja : “Maaa…”

“Iya, dua minggu!” seru Juna membuat ketiganya kini memperlihatkan senyum kemenangan sebelum berbalik dan berjalan menuju gazebo yang berada di dekat kolam ikan koi dengan nampan makanan mereka.

“Dasar, tiga bandit cilik,” umpat Juna sambil masuk ke dalam untuk bergabung bersama teman-temannya, dia berhenti sesaat ketika mendengar suara tawa dari arah gazebo yang membuatnya membuang napas kesal.

*****

Terpopuler

Comments

💐Tari Nyonya Sibuea💐

💐Tari Nyonya Sibuea💐

bengek x koq lht kembaran senja si samudra🤣🤣bkn na nolongin kembaran dul kek mlh sepeda pulk🤦🏼‍♀️🤦🏼‍♀️

2023-08-28

0

sherly

sherly

oh OMG trio S

2023-08-19

0

Oma Yoma

Oma Yoma

duhh Juna, baru 17 kok sdh cium2 cewek.....disembarang tempat pulak 🤦🏻‍♀🤦🏻‍♀🤦🏻‍♀

2023-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!