Bab 6

Seperti biasa jalan Cihampelas selalu padat dipenuhi oleh wisatawan dalam dan luar kota yang hendak berbelaja ataupun wisata kuliner, apalagi jam bubaran sekolah seperti sekarang. Sebenarnya jarak dari sekolahanku ke Ciwalk cukup dekat hanya memerlukan waktu 5 menitan saja tapi karena macet jadilah memerlukan waktu lebih lama.

“Janjian dimana?” tanya Mika ketika kami turun dari angkot dan mulai memasuki area Ciwalk.

“Bentar.” Ku ambil ponselku untuk menghubungi Dion, “Halo… sudah, dimana? Ok.” ku tutup ponselku, “Di depan Mujigae.”

Kami mulai berjalan menyusuri koridor yang nyaman, sejuk dan asri karena banyaknya pepohonan. Ciwalk tak sepert mall pada umumnya karena memiliki konsep indoor dan outdoor dengan suasana alam kota Bandung, itulah kenapa Ciwalk menjadi salah satu mall yang paling digandrungi anak muda Bandung maupun wisatawan luar.

“Itu!” seru Jasmin sambil menunjuk ke arah kursi yang berada di tegah koridor di bawah kanopi yang ditumbuhi dedaunan merambat seperti daun anggur.

Jantungku mulai berdetak menggila ketika ku melihatnya sedang duduk dan sedikit menunduk sambil memainkan ponselnya, bahkan dengan posisi seperti itu di mataku dia tetap terlihat keren.

Dia kini menatap ke arah kami membuatnya tersenyum sambil mengangkat tangan kanan, kemudian berdiri dan berjalan mendekati kami.

Canggung… kami hanya saling tersenyum sebelum akhirnya entah Mika atau jasmin yang berdehem membuat kami tersadar dan aku hanya tertunduk malu dengan wajah memerah.

“Oh, iya, sudah kenal belum? Ini dua sahabat baikku.” ku coba memecah kecanggungan dengan mengenalkannya kepada dua sahabat baikku.

“Belum kenal hanya tahu,” ucap Dion sambil menjulurkan tangannya mengenalkan diri.

Sebagai teman satu angkatan dan satu sekolahan kami semua saling mengenal tapi hanya mengenal namanya saja seperti yang Dion bilang tadi, kami saling tahu, tapi tidak mengenal baik.

“Ya sudah, kita pisah di sini,” ucap Mika membuatku langsung menggandeng tangannya seolah takut ditinggal mereka berdua, membuat mereka berdua tertawa.

“Mau kemana?”

“Keliling-keliling daripada di sini nanti malah gangguin yang mau kerja kelompok.”

“Iiih, apaan sih.”

“Hahaha… ya sudah, selamat kerja kelompok,” ucap Jasmin sambil tertawa iseng dan pergi meninggalkan aku dan Dion yang hanya berdiri canggung.

“Jadi… kita kemana nih?” tanya Dion membuatku menatap sekeliling area itu yang hari cukup sepi karena hari biasa.

“Tidak tahu,” jawabku sambil menggelengkan kepala membuatnya tertawa.

“Kamu lucu,” pujinya membuatku menunduk sambil tersenyum, “Kalau keliling-keliling dulu gimana?”

Aku mengangguk dan kamipun mulai berjalan menyusuri koridor, untuk beberapa saat kami terdiam sebelum akhirnya dia mulai bertanya.

“Jadi kamu bilang apa sama Andra dan Arya?”

“Aku bilang mau ke Ciwalk sama Jasmin dan Mika.”

Dion mengangguk mengerti.

“Kembaran kamu itu Andrakan?”

“Iya.”

“Kalau Arya? Sepupu?”

“Hahaha… dia sudah kaya kembaranku juga, sebenarnya kami tidak bersaudara hanya saja Mamahnya Arya sama Ayahku bersahabat dari zaman SMP sampai sekarang rumah kamipun bersebelahan.”

“Ooh.” Dion mengangguk mengerti, “Jangan-jangan kamu sudah dijodohkan sama Arya.”

Aku menatapnya dengan mata terbelalak terkejut.

“Hahaha… enggalah, lagian Arya itu sudah dianggap seperti kembaran kami berdua sama orangtuaku.”

“Ya siapa tahu, kan biasanya kaya gitu orangtuanya sobatan biasanya main jodoh-jodohin anak-anaknya deh.”

“Hehehe.”

Aku hanya bisa tersenyum mendengar tebakannya yang benar itu, hanya saja dia salah menyebutkan nama orang yang dijodohkan denganku. Kini kami memasuki area Broadway yang langsung disambut udara sejuk pendingin ruangan.

“Aku tadi lihat Andra sama pacarnya di parkiran.”

“Iya, tadi Mika sengaja minta tolong Nadia pacarnya Andra supaya mengalihkan perhatiannya kalau tidak mereka pasti mau ikut kemari.”

“Memangnya kamu belum boleh… pacaran?”

“Aku itu satu-satunya anak perempuan yang ada di keluargaku dan keluarganya Arya, jadi mereka sedikit posesif padaku.”

“Ooh… paling cantik dong.”

“Hehehe.”

“Mau makan?” tanyanya sambil menatapku membuatku menatap sekeliling.

“Minum saja.”

Dia mengangguk dan kamipun berjalan menuju counter minuman bubble, sambil menunggu pesanan kami duduk di area outdoor dengan kursi-kursi kayu yang nyaman.

“Kalau kamu berapa bersaudara?” tanyaku hanya sekedar memecah kecanggunan yang kembali datang.

“Tiga, aku punya satu kakak perempuan yang baru saja jadi mahasiswi di UGM.”

“Hebat, pasti pinter banget.”

“Hehehe, lumayan,” jawabnya santai sambil tersenyum, “Dan satu adik laki-laki, sekarang kelas 6.”

Aku mengangguk mengerti, “Rumahnya di daerah Sukajadi juga? Dimana?”

“Setiabudhi.”

“Hah!” aku terkejut mendengar jawabanya membuatnya tertawa.

“Kenapa?”

“Kemarin katanya kita searah.”

Tentu saja Setiabudhi dan Sukajadi kalau dari sekolahanku berbeda arah.

“Hahaha, banyak jalan menuju rumah bisa lewat mana saja yang penting aku bisa boncengin kamu pulang,” ucapnya membuatku tersenyum malu, untung saja pelayan memanggil nama kami membuatnya berdiri untuk mengambil pesanan meninggalkanku yang berusaha menormalkan rona wajahku yang ku yakin kini memerah.

Baru saja kami minum ketika Jasmin menghubungiku.

“Dimana?”

“Chatime.”

“Andra sama Arya ada di sini juga.”

“Hah!” aku langsung duduk tegak mendengar ucapan Jasmin.

“Untung saja, tadi aku sama Mika bisa sembunyi jadi mereka gak lihat kita.”

Mataku menyisir area itu takut saudaraku akan melihatku bersama Dion.

“Kalau bertemu mereka lagi bilang saja aku sudah pulang duluan.”

“Ok.”

“Ada apa?” tanya Dion dengan wajah penasaran melihatku yang kini bersiap pergi.

“Andra sama Arya ada di sini, kita harus pergi sekarang.”

Dion mengangguk mengerti.

“Sebentar.”

Dia membuka jaketnya kemudian memakaikannya padaku yang menatapnya terkejut, dia juga memakaikan hoodienya di atas kepalaku kemudian tersenyum.

“Mereka tak akan mengenalimu… ayo!” ucapnya sambil berjalan mendahuluiku tapi kemudian berhenti, dan langsung menggengam tanganku sambil berbalik dan berjalan dengan cepat.

“Mereka ada di sana,” bisiknya membuatku terbelalak

Aku mengintip ke belakang dan, ya! Aku lihat Andra dan Arya sedang tertawa bersama pacar mereka membuatku diam-diam menatap mereka tajam, bagaimana bisa mereka bebas tertawa seperti itu sedangkan aku harus bersembunyi dan melarikan diri seperti sekarang.

Tapi tunggu dulu!

Dion menggenggam tanganku? Ya Allah, aku baru menyadarinya sekarang membuat jantungku mulai berdetak hebat dengan sensasi yang menyenangkan, lagi-lagi senyum kembali terbit walaupun aku sudah berusaha menahannya.

Untuk pertama kalinya aku berterimakasih kepada dua saudraku itu, karena mereka kini aku merasakan bagaimana rasanya berpegangan tangan dengan seorang lelaki yang aku sukai untuk pertama kalinya dan rasanya seperti naik rollers coaster, deg-degan tapi bikin hati nyes, hehehe.

*****

Bubble tea, buat semuanyaaa 😍

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

Klo gini tar ujung2 nya kasian Dion g sih, 😌

2023-01-07

0

Ana Fikly

Ana Fikly

kapan tumbuh rasa cintanya Thor? kok Senja sama Arjuna dijauhin.

2022-06-28

0

ohana

ohana

keseruan backstreet 🤣🤣🤣🤣

2022-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!