Bab 10

Jam 1 aku yang dibonceng Andra, dan Arya yang membonceng Fahri teman sekelasnya sampai di Karang Setra, sebuah tempat berenang yang hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit dari rumahku kalau menggunakan motor seperti sekarang.

“Ja!”

Kulihat Jasmin, Nuri, Gita, Susan dan yang lainnya sedang melambaikan tangan ke arahku membuatku berjalan dengan cepat untuk bergabung dengan mereka.

“Nanti di dalam langsung ganti baju, Bu Mira dan Bu Siska sudah menunggu di area olimpic.”

“Iya, Pak!” seru kami semua setelah mendengar interuksi dari Pak Sutarno, dan kami-pun ngantri masuk ke dalam.

“Ja, Dion tuh… dia kayanya lagi nyariin kamu,” bisik Jasmin sambil terkikik ketika kami berjalan menuju kolam renang.

“Apaan sih,” ujarku sambil tersenyum malu.

Diam-diam aku menatap ke depan dimana para anak lelaki duduk di tempat paling atas tempat duduk penonton pinggir kolam renang, mereka semua hanya mengenakan celana selutut tanpa atasan membuatku malu untuk menatap ke arahnya.

Karang Setra layaknya water park lainnya memiliki area dan fasilitas bermain air yang lumayan kumplit, dari mulai ember tumpah, seluncuran yang cukup tinggi dan berliuk, area anak-anak yang memiliki air mancur, serta area olimpic yang biasanya digunakan untuk lomba dan pengambilan nilai bagi para pelajar seperti kami.

“Jasmin, Senja!” Panggil Gita membuat kami berjalan cepat ke arahnya dan ikut duduk berkumpul dengan yang lainnya.

Kami sedang bercerita dan tertawa ketika Ibu Mira membunyikan pluit menyuruh kami berkumpul, dan melakukan pemanasan ringan sebelum mulai berenang.

“Tesnya dicampur, IPA 1, 3 dan 5 sesuai absen yang sudah di tes boleh bebas, yang belum tunggu di pinggir kolam,” ucap Pak Sutarno, “Laki-laki ikut saya, yang perempuan sama Bu Mira dan Bu Siska di sini.”

“Yaaah.” aku menghela napas karena itu artinya aku, Andra dan Arya akan berada pada posisi hampir terakhir karena nama kami berawal dari huruf S.

Sejak kecil kami semua diajarkan berenang oleh Papah bahkan Andra dan Arya sering dilempar oleh Papah ke kolam renang katanya anak laki itu tidak boleh takut air alhasil mereka boleh dibilang jago berenang, karena itulah Andra bercita-cita menjadi TNI-AL sedangkan Arya ingin menjadi penerus Papah di TNI-AD.

Sedangkan aku… ya, kalau dibandingkan kedua saudaraku sih aku tak sejago mereka aku hanya bisa, karena waktu kecil ketika Andra dan Arya dilatih Papah berenang sedikit ala militer, aku akan dengan bahagianya nemplok di punggung Papah atau Ayah.

Anak laki-laki di tes di tempat yang sedikit lebih dalam dari anak perempuan tapi tempatnya bersebelahan membuatku bisa melihat siapa-siapa saja yang akan melakukan tes. Guru mulai memanggil nama anak yang akan melakukan tes.

Sorak sorai teman-teman yang memberi dukungan bercampur dengan tawa ketika melihat beberapa teman yang tak begitu bisa berenang membuat posisinya yang jadi miring terus ke pinggir hingga bertabrakan, belum lagi teman-teman yang berteriak memberi semangat kepada pacar atau sekedar gebetan mereka.

“Tyas, Dion tuh!” seru seseorang membuatku langsung menatap Jasmin yang juga menatapku.

“Ayang Dion semangat!” terdengar tawa yang membuatku menatap ke arah kerumunan itu.

Aku mengenal mereka, tapi siapa di sekolahanku yang tak mengenal kelompoknya Tyas, Nindy, Vira dan Bilqis, mereka terkenal karena penampilan yang selalu trandi dan ucapan mereka yang kadang tajam, ku dengar orangtua mereka adalah orang-orang kaya mungkin karena itu mereka memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi.

Berbeda dengan lelaki yang seolah berteman dengan semua orang dan tak mengenal kelompok-kelompok, ya walaupun ada tapi tak begitu terlihat seperti perempuan sangat kontras terlihat dimana ada kelompok populer, kelompok anak-anak pintar yang aktif di organisasi, sampai kelompok anak-anak yang sangat pendiam dan pemalu.

Sedangkan aku, Jasmin, Mika dan beberapa teman lainnya berada di kelompok oposisi yang artinya kami tak masuk salah satu kelompok itu kami hanya tim penggembira, kami tidak populer tapi taman-teman sekolah cukup tahu kami, dan kami juga tidak aktif di organisasi manapun, kalau ada lomba-lomba olah raga kami hanya akan jadi penonton, ya itulah kami, dan karena itu pula kami lebih banyak memiliki teman lelaki daripada perempuan.

“Benar, Yas, Dion keren juga gak kalah sama si kembar,” ucap Nindy, si kembar yang mereka maksud bisa ku tebak adalah Andra dan Arya.

“Jangan macam-macam, Dion milikku,” ujar Tyas membuat mereka kembali tertawa dan kembali meneriakan nama Dion membuatnya menatap ke arah kami dan itu malah semakin membuat Tyas dan teman-temannya teriak histeri, semua orang tertawa melihat aksi mereka tapi tidak denganku yang hanya terdiam dengan dada berdegup kencang karena kesal.

“Sabar,” ucap Jasmin sambil tersenyum menggoda.

Dion ternyata lumayan jago juga dan itu semakin membuat Tyas dan teman-temanya heboh ketika dia naik dari kolam renang dengan tubuh basah membuatku langsung memalingkan wajah karena ku yakin mukaku kini sudah memerah.

Anak-anak lelaki ternyata lebih cepat selesai daripada perempuan mungkin karena mereka lebih cepat dan juga joga daripada perempuan yang dalam satu lintasan kadang berhenti beberapa kali karena lelah atau kehabisan napas.

Andra dan Arya kini tengah bersiap bersama beberapa teman lainnya. Sesuai perkiraanku melintasi satu lintasan bagi mereka berdua adalah hal yang mudah, itu terlihat dari mereka yang melaju cepat meninggalkan yang lainnya tapi kali ini Andra sedikit lebih cepat dari Arya membuatnya tertawa lebar.

Dan akhirnya giliranku tiba, kulihat Dion, Andra, Arya dan beberapa teman mereka dan juga beberapa teman sekelasku masih duduk untuk memberi semangat kepada anak-anak perempuan.

“Senjaaa-Senjaaa!” Ku dengar Andra dan Arya meneriakan namaku layaknya orang yang sedangan menonton pertandingan sepak bola membuatku menutup muka sambil menunduk karena malu.

Aku bisa mendengar tawa dari teman-teman lainnya ketika mendengar teriakan mereka yang membuat teman-teman sekelasku ikut meneriakan namaku seperti mereka berdua, tapi bisa ku dengar juga beberapa orang meneriakan nama Tyas dan Vira yang akan ‘bertanding’ melawanku.

“Ayang Dion kasih semangat dong!” teriak Tyas yang langsung mendapat sorakan dari semua orang, dan yang membuatku semakin kesal adalah ketika melihat Dion tersenyum.

Ckk… dasar laki-laki sama saja, ketika ada perempuan cantik yang menggodanya mereka pasti akan menyerah juga, itulah yang membuatku langsung melesat meninggalkan yang lainnya ketika pluit dari Bu Mira berbunyi.

Andra, Arya dan teman-teman lainnya bersorak ketika aku sampai paling pertama kemudian naik dan berjalan ke arah kursi dimana tadi aku menyimpan jubah handukku yang langsung ku pakai.

“Cepat banget, Ja.” Aku hanya tersenyum mendengar pujian Gita.

Bagaimana tidak cepat tadi berenangnya memakai emosi yang terpendam sih.

****

Haiiii... yang pada nanya Juna mana? sabar yaaa... saat ini biarkan Senja menikmati masa" SMA nya dulu.. nanti Juna pulang ko 😁😁😁

Terpopuler

Comments

尺o

尺o

😂😂😂😂😂 kekuatan nya jadi nambah ya ja karna didukung emosi

2022-12-09

0

De'Ran7

De'Ran7

jangan make emosi ntar mendidi tuh aer

2022-10-19

2

ian

ian

tempat renangbdulu masih smp

2022-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!