Bab 12

“Hubungan kita?” Aku bertanya sambil menatapnya.

“Iya hubungan kita… apa masih perlu ku katakan kalau selama ini aku menyukaimu? Atau apa ini hanya perasaan sepihakku saja yang menganggap kalau kita memiliki perasaan yang sama?”

Aku masih menatapnya tak berkedip dengan dada berdebar hebat, sebelum akhirnya aku tersadar dengan apa yang dia ucapkan saat ini membuatku tertunduk sambil menahan senyum malu.

“Kalau kamu tidak bilang, bagaimana aku tahu kalau kamu…”

Dia tersenyum mendengar ucapanku yang bahkan tak bisa ku lanjutkan.

“Apa selama ini tindakanku masih kurang untuk mengungkapkan perasaanku padamu?”

Aku hanya terdiam sambil menunduk malu.

“Kadang perempuan itu perlu kepastian berupa perkataan bukan hanya tindakan.”

“Hahaha… maaf aku memang tak pandai berkata-kata.” Dion terdiam beberapa saat sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya, “Aku tak tahu bagaimana caranya untuk menyatakan perasaanku, aku sering berpikir apa aku perlu memberimu bunga dan puisi? Atau memberikanmu boneka sambil berkata I love you?”

Mendengar itu semakin membuatku tertunduk malu sambil menahan senyum, jantungku semakin menggila, bahkan tanganku kini menggenggam plastik roti dengan sangat kencang dan rasanya ingin sekali berteriak sambil melompat seandainya saat ini aku sendiri.

“Tapi saat ini aku belum membeli bunga apalagi menulis puisi, kalau aku memberimu boneka sekarang pasti saudaramu akan curiga... jadi untuk saat ini aku hanya ingin mengatakan... kalau aku menyukaimu.”

Kyaaa!!!

Aku berteriak dalam hati, dan ku coba tahan bibir ini agar tidak tersenyum lebar, diam-diam ku mengatur napas untuk menenangkan debaran dadaku yang semakin menggila, tapi ku lihat Dion juga sedikit malu, dia menggaruk-garuk kepalanya sambil menahan senyum.

“Jadi bagaimana?” mata kami kini saling pandang dengan sorot mata berbinar, “Apa aku diterima?”

Aku tak bisa lagi menahan senyumku yang langsung terbit sambil mengangguk malu.

“Apa? Aku tak tahu itu apa,” godanya membuatku semakin menunduk malu.

“Iya,” jawabku malu membuatnya tersenyum.

Kami kini berjalan berdua dengan canggung seolah ini adalah pertama kalinya kami jalan berdua seperti ini, aku benar-benar tak bisa menahan senyumku membuatnya tertawa.

“Jangan senyum terus, tuh mereka pada ngelihatin nanti semua pada curiga.”

Aku berdehem mencoba menahan senyum tapi malah membuatku tertawa.

“Hahaha, gak bisa.”

“Hahaha.

Kami semakin mendekati kerumunan teman-teman yang menatap kami curiga.

“Seuseurian duaan (tertawa berduaan), jadi curiga,” ujar Riko dengan sorot mata curiga.

“Apaan sih,” ucapku sambil tersenyum.

“Jasmin mana?” tanya Nuri membuatku berhenti melangkah.

“Astagfirullahaldzim!” Seruku sambil menatap Dion yang juga menatapku dengan mata membulat, “Jasmin masih di toilet, titip!” aku memberikan plastik roti lalu kembali berbalik sambil berlari untuk mencari Jasmin.

*****

“Jadi kalian sudah jadian?” tanya Mika dengan mata membulat menatapku yang tersenyum lebar sambil menunduk malu.

“Iya… hihihi.”

“Iya, sampai lupa kalau aku lagi nunggu dia di toilet.”

“Hahaha… maaf.” Aku memeluk Jasmin yang masih merajuk gara-gara kejadian di PVJ hari sabtu kemarin.

Saat ini aku dan teman-temanku sedang menonton pertandingan futsal antar kelas, seperti biasa setelah UAS selesai sekolah bebas tidak ada pelajaran hanya class meeting atau sering kami singkas kelasmit, dimana ada pertandingan olahraga antar kelas yang diikuti hampir seluruh kelas, dan aku seperti biasa hanya akan menjadi penonton dan tim penggembira saja.

Saat ini yang tengah bertanding adalah 11 IPA 3 melawan 11 IPS 3, jadi untuk kali ini kami mendukung tim yang berbeda.

“Andra sama Arya tahu? Gol!” Mika kembali bertanya sambil bersorak karena kelasnya berhasil mencetak gol.

“Yaaah!” Aku dan Jasmin menghela kecewa karena kelas kami ke bobolan satu angka.

“Jangan sampai mereka tahu, dan tidak ada yang boleh tahu selain kalian berdua,” jawabku sambil menatap mereka berdua sebelum kembali melihat pertandingan.

“Jadi kalian backstreet?”

Aku mengangguk menjawab Jasmin.

“Eh, Dion tuh!”

Aku menatap ke samping dan kulihat dia sedang berjalan ke arahku bersama Andra dan yang lainnya.

“Ja, nanti anak-anak pada mau main ke rumah, teman-temanmu mau ikut gak? Mau pada ngerujak katanya.”

“Siapa saja?” tanyaku berharap Dion akan ikut.

“Nih, kaum duafa,” jawab Andra membuat teman-temannya tertawa.

“Anjir disebut kaum duafa, hahaha.”

“Sama anak-anak IPA 1 juga tapi gak tahu siapa saja, paling biasa kaya si Fahri sama Riko.”

Aku mengangguk mengerti lalu menatap Jasmin dan Mika yang langsung tersenyum sambil mengangguk-angguk semangat.

Tapi ternyata anak-anak IPA 1 yang datang bukan cuma Fahri dan Riko saja tapi juga Tyas dan teman-temannya, membuatku menghela napas. Akhirnya karena cukup banyak yang datang kami pindah lokasi ke rumah Mamah yang memang memiliki rumah dua kali lebih besar dengan halaman yang luas.

Hampir 20 orang yang datang membuat Mamah mengungsi ke rumahku bahkan Bunda sampai mengutus Bi Wati untuk membantu Bi Aas menyiapkan makanan ringan, dan membeli dua dus aqua gelas, “Berasa mau hajatan,” kata Bunda dan Mamah sambil tertawa.

Beberapa anak lelaki memanjat pohon mangga, anak-anak perempuan sibuk mengupas dan memotong buah-buahan yang tadi sempat kami beli di pasar, untuk bumbu rujak kami serahkan kepada Bi Aas.

“Neng Senja, ini, Neng.”

“Makasih ya, Bi.”

Aku menerima semangkuk besar bumbu rujak dari Bi Aas yang langsung membuat semuanya bersorak sambil menyerbu dan mulai makan.

“Ayang bebeb, sini makan rujak,” ajak Tyas membuat semua orang tertawa.

“Udah, Yon, terima saja dari pada si Tyas tambah gila” goda Arya yang mendapat sautan setuju sambil tertawa dari yang lain.

“Iya nih Dion mah suka pura-pura padahal nih ya setiap malam pasti telepon.”

“Waaaah… Dion, diam-diam ya!” Seru semuanya menggoda Dion yang kini mentapku sambil menggeleng sambil berkata.

“Fitnah itu, nomor nya saja gak tahu.”

“Oh, Dion mau nomornya Tyas, bilang atuh, Yon,” ujar Bilqis membuat semua semakin heboh.

“Kalau Fahri katanya mau nomor telponnya Gita.”

“Jangan dikasih, Git, paling dia mau minjem duit,” ucap Andra membuat semua orang tertawa.

“Cieee… yang perhatian.”

“Hahaha.”

“Bilangin lho, Dra!” Ancam Mika sambil tertawa.

“Benar, Mik, bilangin saja, Mik.”

“Ulah atuh (jangan dong).”

“Hahaha.”

“Kalian sudah jadian berapa lama sih?” tanya Vira penasaran, dan akhirnya pembicaraan itu berlanjut ke tema soal jadian dan gosip tentang siapa-siapa saja yang pacaran di sekolahan. Untung saja namaku dan Dion tidak ada di antara gosip itu, padahal dari tadi aku dan Dion saling curi pandang dan senyum.

*****

Rujak buat nemenin minggu siang...

Yang nungguin Mas Juna pulang, mandi, siap", dandan yg cakep ya... pilot ganteng mau pulang😍😍😍

Terpopuler

Comments

RR.Novia

RR.Novia

Nikmati dulu ja,ngerasain cintapertama 🥰

2024-03-24

0

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏

Serasa kembali ke zaman SMA,, 🥰
Btw, tdi Senja yg di tembak kenapa aq yg deg2an trus senyum senyum sendiri ya, 🤭

2023-01-07

1

Echa04

Echa04

kok jd inget masa dulu yaaaa... bikin senyum" sendiri.

2022-06-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!