Bab 13

Saat semua orang sibuk makan rujak Dion pindah tempat duduk jadi di sampingku sambil bermain gitar, dan aku makan keripik singkong balado.

“Kenapa tidak makan rujak?” tanyanya sambil memetik gitar.

“Tidak suka mangga asam, iiih.” Aku bergidik sampai gigiku terasa ngilu dengan hanya membayangkan makan mangga asam.

“Hahaha… jadi sukanya yang manis-manis ya.”

“Iya.”

“Kaya aku?”

“Iiih… apaan sih, hahaha.”

“Tapi sama deh, aku juga sukanya yang manis kaya kamu.”

“Iiiih… hahaha.” aku tertawa sambil menutup mukaku karena malu.

“Jadi… kamu tumbuh di rumah ini?”

“Hmm… iya, bisa dibilang begitu, aku, Andra dan Arya tumbuh di dua rumah, rumah ini dan rumahku… dulu rumah ini dan rumahku adalah rumah Eyang Akung, Eyang telah menganggap Ayah putranya sendiri jadi ketika Ayah menikah sama Bunda, Ayah membeli rumah itu dari Eyang.”

“Terus sekarang Eyang tinggal dimana?”

“Eyang meninggal ketika kami SD kelas 6, dan Eyang Ti ketika kami SMP.”

“Jadi kamu sudah tidak memiliki Nenek-Kakek lagi?”

“Masih ada Enin sama Aki di Cijerah, Nenek dari Bunda juga meninggal ketika aku SD kelas 3, Kakek sama Nenek Arya juga masih ada di Pajajaran, jadi kalau lebaran setelah dari rumah Enin kami ke rumah Nenek di Pajajaran, nanti gantian keluarganya Arya yang ke rumah Enin di Cijerah.”

Dion mengangguk mengerti.

“Waktu kecil kamu pasti kaya cowok, naik pohon mangga sama Andra dan Arya.”

“Hahaha, tahu darimana?”

“Kan kamu cuma cewek satu-satunya pasti mainnya sama Andra, Arya dan teman-teman mereka.”

“Hahaha, iya… waktu kecil aku pernah naik pohon mangga ngikutin Andra sama Arya, tapi pas turun gak bisa, terus nangis di atas pohon.”

“Hahaha, terus turunnya gimana?”

“Iya, mana waktu itu Ayah sama Papah lagi kerja, terus Bunda sama Mamah cuma bisa teriak-teriak ketakutan.”

“Hahaha.”

“Untung saja Mas Juna pulang sekolah.”

“Mas Juna?”

“Iya, Kakak Arya yang paling besar, waktu itu kami kelas 3 SD, Mas Juna SMP atau SMA ya?”

“Mas Juna SMA,” ujar Arya yang ternyata mendengarkan pembicaraan kami.

“Oh iya ya, Mas Juna SMA.”

“Iya, Bunda, Mamah, Bi Aas sama Bi Wati sampai heboh bawa kasur busa di bawah pohon mangga sambil nyuruh Senja loncat biar mereka tangkap di bawah tapi yang ada dia malah tambah kenceng nangisnya,” ucap Andra membuat kami tertawa.

“Terus turunnya gimana?” tanya Nindi penasaran.

“Mas Juna tuh tinggi, dia naik kursi terus gendong aku…pernah juga nih, aku lagi belajar naik sepeda di lapangan terus jatuh nabrak benteng, Andra, Arya sama Mas Juna langsung pada lari menghampiriku, tapi mereka berdua malah heboh mengkhawatirkan sepedanya terus aku yang ketiban sepeda gak ditolongin.”

“Hahaha!”

Semua tertawa mendengar ceritaku.

“Iya, akhirnya kita dijitak Mas Juna.”

“Terus pulangnya, dia enak banget di gendong Mas Juna sambil makan es krim kita berdua di suruh bawa sepeda rusak sampai rumah.”

“Hahaha.”

“Mereka berdua memang iseng dari kecil ya, Ja?”

“Iiih, iseng banget!”

“Bukan cuma kita berdua, dia juga sama isengnya sampai Mas Juna menjuluki kita 3 bandit kecil.”

“Hahaha.”

“Bukannya Kakak kalian suka belain Senja?” tanya Gita penasaran.

“Iya, Mas Juna memang suka belain dia, tapi kalau kita bertiga sudah bersatu dia bakal kalah.”

“Kita pernah malakin dia beliin es krim selama dua minggu.”

“Malakin jajan selama sebulan.”

“Malakin dia waktu ke supermarket sampai tekor.”

“Hahaha, edan benar-benar 3 bandit kecil.”

“Hahaha.”

“Umur kalian jauh juga ya.”

“Iya, 7 tahun makanya sekalinya punya adik langsung 3, pusing deh dia sampai kabur ke luar negri,” ucap Arya membuat kami tertawa.

“Oh, sekarang tinggal di luar? Pantesan kalau main ke sini gak pernah ketemu,” Topan berkata yang mendapat anggukan dariku.

“Iya, dia kuliah di Australi terus langsung kerja di sana.”

“Waah enak ya, gajinya pasti gede, kerja dimana?”

“Pilot.”

“Waaah!” Anak-anak perempuan berseru kagum membuatku tertawa.

“Waktu kamu ketabrak itu Mas Juna masih di sinikan?” tanya Arya sambil menatapku.

“Masihlah, kan yang ngelihat dia ketabrak Mas Juna, waktu itu kita lagi pada main di belakang.”

“Oh, iya ya.”

“Kamu pernah ketabrak?” tanya Dion penasaran.

“Iya, waktu SD aku juga tidak begitu ingat sih, tapi kata Bunda waktu itu aku mau nyeberang sendirian terus ketabrak mobil.”

“Dia sempat koma beberapa hari,” lanjut Andra mendapat anggukan dariku.

“Ya ampun, Ja, jadi karena itu kamu takut nyeberang?” tanya Jasmin.

“Hehehe, iya… trauma kayanya.”

“Kamu takut nyebrang, Ja?” tanya Topan yang mendapat anggukan dariku, “tenang, Neng, Aa Topan selalu siap untuk nyebrangin Eneng, apalagi nyebrangin hatinya Neng Senja.”

“Hahaha.”

“Pantesan kaya zebra cross… belang,” ucap Andra membuat semua orang tertawa.

“Hahaha.”

Kami sedang tertawa ketika melihat sebuah taxi berhenti di depan gerbang, terlihat seseorang keluar dari dalam taxi sambil mendorong koper dan tas di bahunya. Badannya tinggi, tegap, terlihat gagah, kacamata hitamnya melengkapi penampilannya yang terlihat keren membuat semua orang kini memperhatikannya, anak-anak perempuan langsung pada heboh dan memuji ketampanannya.

Aku mengerutkan kening, menatapnya menyelidik, postur tubuhnya seperti ku kenal tapi itu tidak mungkin. Sampai akhirnya dia berjalan memasuki halaman rumah kemudian berhenti menatap kami semua, dia membuka kacamatanya membuat aku, Andra dan Arya langsung berdiri sambil berteriak.

“Mas Juna!”

“Aaaah… untunglah, dikirain salah masuk rumah,” ucapnya sambil tertawa melihat kami yang mematung menatapnya.

Setelah tersadar kami bertiga langsung menyambutnya, Andra dan Aria memeluknya erat, tentu saja kami semua merindukannya sudah dua tahun lebih dia tidak pulang ke rumah dan kepulangannya kali ini benar-benar seperti mimpi bagi kami.

Dia kini menatapku yang masih berdiri menatapnya tak percaya.

“Bayiii…!” serunya sambil merentangkan tangan membuatku akhirnya tertawa sambil berlari kepelukannya, dia memelukku erat sedikit mengangkat badanku, “Bayi kok pakai baju SMA?”

“Iiih, Senja bukan bayi!” protesku membuatnya tertawa kemudian mengecup kepalaku sebelum melepaskan pelukannya.

“Mamah di dalam?”

“Mamah ngungsi ke rumah Bunda.”

“Hahaha, ya sudah Mas Juna mau ketemu Mamah sama Bunda dulu.”

Aku mengangguk, “Mas…” aku tersenyum sambil menatapnya dengan mata berbinar.

“Apa?”

“Gak lupakan?”

“Gak lupa apa?”

“Iiih… titipan Senja.”

“Memangnya, kamu nitip apaan?”

“Jaket sama tas,” bisikku karena takut terdengar Andra dan Arya yang berdiri tak jauh dari kami.

Mata Mas Juna terbelalak menatapku kemudian menepuk jidatnya.

“Yaaah,” keluhku sambil cemberut, dia pasti lupa!

“Hahaha… dasar bayi.” dia mencubit kedua pipiku sambil menggoyangkan ke kiri - ke kanan, “Orang baru datang tidak pulang 2 tahun harusnya ditanyain kabarnya dulu, dibawain minum dulu ini mah langsung nanyain oleh-oleh.”

“Hehehe, gak lupakan?”

“Ada.”

“Asiiik!” aku kembali memeluknya erat.

“Senja nitip apaan, Mas?”

“Buat kita berdua adakan?”

Tanya Andra dan Arya bergantian, yang dijawab Mas Juna dengan hanya mengangkat bahunya santai sambil berbalik.

“Mas, adakan, Mas?” teriak Arya.

“Bawain dulu tas Mas Juna ke dalam, baru nanti dikasih!” Seru Mas Juna sambil terus berjalan keluar untuk ke rumah Bunda.

“Siap, Kapten!” Seru Arya dan Andra berbarengan sambil tersenyum lebar kemudian tos.

“Curang!” seru mereka sambil mendelik ke arahku yang hanya tersenyum sambil menjulurkan lidah penuh kemenangan.

*****

Yang dari kemarin nanyain Mas Juna mana.. cuuuung??? Tuh udah pulang Mas Juna nya ya , eh tapi kan Senja udah jadian sama Dion, ketahuan ga ya??? 🙄

Terpopuler

Comments

Maya Kitajima

Maya Kitajima

disini imajinasi visualku kembali ke papah yudha waktu masi muda😁😁membayangkan visual arjuna sama kayk sang letnan

2023-08-01

0

pipi gemoy

pipi gemoy

sudah ta vote thor

2022-12-25

0

Lyta Mikaila Gunawan

Lyta Mikaila Gunawan

aku mlah tkut dion senja dan mas juna terluka karna hbungan ini

2022-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!