Bab 8

Hubunganku dengan Dion semakin dekat walaupun ketika di sekolah kami akan berpura-pura tak saling mengenal, hanya curi-curi pandang dan senyum saja, tapi itu cukup untuk membuat jantungku berdegup kencang. Kadang aku menjadikan Jasmin dan Mika sebagai alasan untuk pergi jalan dengannya, setiap ada kesempatan kami akan berkirim pesan tapi sampai saat ini aku tak tahu hubungan apa yang kami miliki saat ini.

“Dia sudah nembak belum?” tanya Mika membuatku terdiam kemudian menggeleng.

“Belum?” Jasmin bertanya tak percaya.

Saat ini aku dan Jasmin sedang berada di dalam kamarku mengerjakan PR fisika sedangkan Mika, dia hanya sibuk ngemil sambil bertanya tentang hubunganku dengan Dion layaknya wartawan gosip.

“Jadi kalian TTM-an?” Mika kembali bertanya membuatku berhenti menulis untuk menatapnya sambil berpikir.

“Gak tahu juga sih,” kini aku duduk bersila sambil menatap kedua sahabatku, “aku bingung, sebenarnya hubungan kami ini apa?”

Mika dan Jasmin saling pandang, mereka berdua yang tadi tengkurep di atas karpet sepertiku kini ikut duduk sambil menatapku serius.

“Kalian sudah ngapain saja?”

Aku terbelalak tak percaya menatap Mika.

“Iiih, apaan sih?”

“Ckk... jangan ngeres dulu,” ujar Mika membuat Jasmin tertawa dan aku hanya mendelik padanya, “Kalian sudah…” Mika memajukan bibirnya layaknya orang ciuman membuatku terkesiap.

“Iiih... ngaco!” aku memukulnya menggunakan bantal membuat mereka tertawa.

“Belum,” jawab Jasmin yang mendapat anggukan dari Mika, “pegangan tangan?” aku tertunduk sambil tersenyum malu.

“Kalian sudah pegangan tangan?” Mereka berdua kembali menatapku dengan mata membulat dan senyum di wajah mereka, dengan malu aku mengangguk membuat mereka berteriak.

Dengan malu aku mulai menjawab pertanyaan itu, “Waktu ketemuan di Ciwalk terus tanpa sengaja ketemu Andra dan Arya, dia menggenggam tanganku sambil berlari menghindari mereka berdua… kyaaaa.” Aku menutup wajahku malu, “Pokoknya rasanya campur aduk, deg-deg-ser gitu deh.”

“Iiih, kalau itu mah kan sudah pernah kamu ceritain.”

“Oh, sudah diceritain ya, hihihi.”

“Setelah itu kalian pernah pegangan tangan lagi?” tanya Jasmin penasaran yang mendapat anggukan dari Mika dan menatapku sama penasarannya

.

Aku terdiam menatap keduanya kemudian menggeleng, “Belum.”

“Belum?” tanya Jasmin tak percaya dengan jawabanku.

“Iya.”

“Belum pegangan tangan lagi?” Mika bertanya sama tak percayanya.

“Iya, belum.”

“Terus selama ini kalau kalian jalan ngapain saja?”

“Ya makan, ngobrol ini itu.”

“Ckk... kalau mau makan sambil ngobrol mah sama kita saja kali, Ja, gak usah sama Dion.” ucap Jasmin.

“Iya benar.” Mika ikut-ikutan setuju dengannya, “Nih sekarang saja kita lagi makan sambil ngobrol,” lanjut Mika sambil makan cheese stick membuatku berdecak.

“Bedalah, kalau sama kalian makan sama ngobrolnya gak pakai deg-degan kalau sama diakan… hihihi, ada deg-degannya.”

“Hahaha, benar sih.”

Mereka berdua mengangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum.

“Tapi nih ya, Ja, kalau menurutku sebaiknya kamu pastiin lagi soal hubungan kalian itu sebenarnya gimana? Cuma teman atau gimana?”

“Nah tumben dia benar,” ucap Jasmin yang membuat Mika mendorong bahunya sambil tertawa.

“Kalau pulang sekolah dia pinter,” ucapku membuat keduanya tertawa dan aku langsung dapat pukulan bantal dari Mika.

Sebenarnya Mika cukup pintar, dia bisa saja masuk IPA seperti aku dan Jasmin tapi dia sengaja milih IPS karena dia bilang tidak menyukai matematika, dan ternyata strateginya salah karena di IPS hitungannya lebih banyak lagi karena pelajaran akuntansi yang membuatnya harus berurusan dengan perhitungan jutaan bahkan sampai miliaran dan itu membuat kepalanya berasap setiap ujian.

“Tapi mastiinnya gimana?” aku bertanya sambil memainkan bolpoin.

“Tanya saja sama dia,” jawab Jasmin sambil melap kacamatanya.

“Tanyanya gimana?”

“Ya ngomong masa mau nanya diam-diaman.”

“Iiih… ngomongnya gimana?”

“Ya tanya.”

“Tahu ah!”

“Hahaha.”

Mereka berdua tertawa melihatku yang cemberut.

“Ya, tanya saja sebenarnya hubungan kalian itu sekarang apa?” ucap Jasmin membuat Mika mengangguk setuju.

“Kita sebagai perempuan butuh kepastian, butuh status pasti… kalau pacaran ya pacaran, kalau hanya teman berarti kamu harus mulai cari gebetan baru.”

“Atau… kamu bisa mulai pdkt sama kakaknya Arya yang dijodohin sama kamu itu,” ucap Jasmin membuat Mika tepuk tangan seolah mengingat sesuatu.

“Oh iya! Mana fotonya? Kamu pasti punyakan fotonya di sini?”

“Iya, lihat dong, Ja.”

“Ada, tapi waktu kecil foto sekarang-sekarang gak ada, adanya di rumah Arya.”

“Gak apa-apa… mana?” mereka berdua terlihat penasaran membuatku ke bawah untuk mengambil album sewaktu kami masih kecil.

“Hahaha… ini kamu sama Andra dan Arya?”

“Iya.”

“Hahaha… lucu banget, benaran kaya kembar tiga.”

“Iya, hahaha.”

Mereka terus membulak balik album foto sambil tertawa melihat gaya aneh kami bertiga.

“Mas Juna cakep ya, walaupun masih kecil,” ucap Mika yang mendapat anggukan dari Jasmin.

“Ini Mas Juna nya sudah SMA, ya Allah, Ja, cakep bangeeet!” seru Jasmin.

“Iya cakep banget, pasti waktu sekolah dulu banyak yang suka,” ucap Mika yang mendapat anggukan dariku.

“Iya, banyak yang suka sampai Mamah sama Bunda pusing.”

“Hahaha, aku juga kalau jadi teman sekolahnya Mas Juna pasti bakalan naksir deh.”

“Aku juga bakalan naksir, Kak Aldo sama Kak Rio mah lewat.”

“Hahaha.” aku tertawa ada perasaan bangga ketika melihat mereka berdua begitu memuji ketampanan Mas Juna.

“Apalagi kalau kalian lihat dia pakai baju pilot.”

“Kyaaa… enggak kebayang, pasti kerennya tingkat dewa.”

“Iya benar, sesuai namanya… Arjuna.”

“Kyaaa…”

Mereka berdua kembali berteriak heboh membuatku tertawa, saat itulah pintu kamarku terbuka memerlihatkan kepala Andra.

“Pada ngomongin apa sih heboh banget?” tanyanya sambil masuk ke dalam kamar.

“Lagi lihat foto yang pakai kolor merah lagi nyengir padahal gigi depannya ompong,” ucap Mika sambil tertawa, “kalau Nadia lihat fotonya dia pasti langsung minta putus,” ucap Mika yang langsung membuat Andra terbelalak dan merebut album itu dari tangan mereka.

“Awas saja ya kalau Nadia sampai tahu!”

“Hahaha.” kami hanya tertawa mendengar ancamannya.

“Tapi aku memang menggemaskan waktu kecil,” puji Andra pada diri sendiri sambil melihat foto dan senyum di wajahnya.

“Iya kamu waktu kecil imut-imut banget, tapi kenapa sudah besar jadi amit-amit ya,” ujar Mika membuat kami semua kembali tertawa.

“Ckkk… padahal dalam hatinya bilang, iiih Andra keren banget, cakep banget.”

“Hueee.” Mika pura-pura muntah membuat kami tertawa.

Mereka berdua memang selalu seperti itu dari jaman SMP, Andra yang iseng dan Mika yang tak pernah mau kalah membuat mereka sering ribut tapi itu menjadi tontonan yang menyenangkan bagi kami, apalagi kalau ada Arya tambah ramai deh tapi karena berhubung kami cewek bertiga sedangkan mereka hanya berdua sudah pasti mereka yang bakal kalah.

****

Terpopuler

Comments

ohana

ohana

hepiiii bacanya

2022-06-24

0

Gudang Baru

Gudang Baru

seruuuu

2022-04-04

0

🍒 yunda 🍒

🍒 yunda 🍒

ingat masa² sekolah,, jd kangeeeen 😍😍😍

2022-02-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!