Bab 2

Sepulang sekolah Andra dan Satria langsung pergi sesuai rencana meninggalkanku sendirian sedangkan Jasmin dan Mika sudah pulang, dan aku masih mencoba mencari ojek online.

Aku sedang berdiri di pinggir jalan mencoba kembali memesan ojek online ketika sebuah motor CBR hitam berhenti di depanku, membuatku menatap si pengendara motor yang seketika membuat jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat sebelum akhirnya mulai menggila… si topi hitam duduk di atas motor sambil menatapku.

“Mau pulang?”

Aku mengangkat alis, kemudian menatap sekeliling tapi di sana hanya aku sendiri, dia bertanya padaku? Ya Allah, dia bertanya padaku!!!

“Iya.”

Dia terdiam menatapku beberapa saat.

“Sudah dapat ojek online-nya?”

Aku menggeleng sambil menjawab, “Belum.”

Dia kembali terdiam sebelum akhirnya bertanya.

“Mau aku anterin? Kita searah.”

“Hah?”

Aku terbelalak tak percaya dengan apa yang ku dengar… dia mau mengantarkanku pulang? Si topi hitam? Dion? Pria yang selama ini seperti gunung Everest kini berbicara padaku dan menawarkan diri untuk mengantarku pulang?

Apa aku masuk acara prank? Aku menatap sekeliling berusaha mencari seseorang yang tengah merekam kami.

“Jangan takut, aku gak bakalan nyulik kamu kok,” ujarnya membuatku kembali menatapnya dan tersenyum, “ini!"

Dia memberiku helm putih yang akhirnya dengan ragu ku terima membuatnya tersenyum sambil mengenakan helmnya. Dengan canggung aku menaiki motor dan bingung tak tahu harus pegangan kemana, ke belakang? Jaketnya? Atau memeluknya? Aaahhh apa yang aku pikirkan? Aku tak mungkin melakukan itu!

“Sudah siap?”

“I-iya.”

Dengan canggung akhirnya ku putuskan untuk memegang jaketnya, dan percayalah itu adalah perjalan pulang tercanggung yang menyenangkan yang pernah ku lalui. Sepanjang jalan kami hanya terdiam dengan jantung berdetak kencang membuatku takut bagaimana kalau dia bisa mendengar debaran jantungku?

Motornya berhenti di depan rumah, aku turun membuka helm dan memberikan padanya.

“Terimakasih,” ucapku dan ku yakin pipiku kini memerah karena malu.

Dia hanya tersenyum sambil mengangguk.

“Aku tidak menculikmu-kan?”

Aku tertawa mendengar pertanyaannya.

“Boleh pinjam hp-nya?” tanyanya membuatku mengangkat alis bingung tapi akhirnya ku serahkan ponselku, dia mengetik beberapa angka sampai akhirnya bisa ku dengar ponselnya berbunyi.

“Itu number ku,” ucapnya sambil menyerahkan ponselku, “kalau perlu ojek online gratis hubungi saja aku,” lanjutnya membuatku terdiam bingung beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum sambil mengangguk. Aaaahhh! Saat itu aku ingin sekali berteriak saking bahagianya.

“Pulang dulu ya,” pamitnya membuatku mengangguk.

“Sekali lagi terimakasih.”

Dia mengangguk sambil tersenyum, “Assalamualaikum.”

“Wa’alaikumsalam.”

Dan dia pun pergi meninggalkanku yang langsung membuka pagar rumah kemudian berteriak-teriak sambil lompat-lompat tak jelas dengan senyum lebar menghiasi wajahku.

“Assalamualaikum, Bunda…!” Teriakku ketika memasuki rumah dengan senyum lebar tak mau lepas dari wajahku.

“Wa’alaikumsalam.”

Bunda keluar dari kamar menyambutku yang langsung memeluknya.

“Ada apa nih, tumben pulang sekolah senyumnya lebar gitu?” Bunda menatapku terlihat menyelidik.

“Tidak ada apa-apa.” Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat tapi tetap saja bibirku seolah tertarik melawan gravitasi bumi hingga akhirnya senyum kembali terbit walaupun ku coba menahannya.

“Senja ganti baju dulu.” Aku langsung kabur sebelum Bunda semakin penasaran, “Bun, Andra pulang telat dia kerja kelompok dulu.”

Aku menghentikan langkah ketika teringat pesan kembaranku.

“Kerja kelompok dimana?”

“Gak tahu, mau riset biologi katanya,” jawabku sambil berlari menaiki tangga menuju kamar.

Di dalam kamar aku tak bisa lagi menyembunyikan rasa bahagiaku, ku langsung lompat ke atas kasur, kakiku bergerak-gerak seperti orang berenang, wajahku ku surukkan ke bantal untuk meredam teriakanku yang tadi sempat tertahan.

Ku keluarkan ponselku, ku tatap sederet angka yang tadi dia ketik dan seketika aku tertawa ketika melihat nama yang dia simpan di ponselku ‘ojek onlline’. Aaah… ternyata selain ganteng, dia juga lucu.

Aku terduduk tegak, ku hubungi kedua temanku.

“Kyaaa… kalian tak akan percaya siapa yang mengantarku pulang tadi,” ucapku ketika mereka berdua mengangkat panggilanku.

“Abang ojek online?” jawab Jasmin.

“Supir angkot?” jawab Mika.

“Salaaah, hahaha.”

“Terus siapa?”

“Penasaran-penasaran? Hahaha.” Aku benar-benar tak bisa menyembunyikan kebahagiaanku.

“Siapa sih, jadi penasaran?”

“Kalian siap mendengarnya?”

“Cepat kasih tahu, siapa sih?”

“Eh-hm!” Ku bersihkan tenggorakanku sebelum menjawabnya, “Dion!” seruku tertahan.

“HAH!” seru mereka berbarengan memekik di telingaku, membuatku tertawa.

“Hahaha, iya, Dion!”

“Kok bisa?”

Dengan senyum lebar aku mulai menceritakan apa yang baru saja terjadi, sesekali kami akan terkikik kemudian berteriak sambil tertawa tanpa alasan yang jelas sepanjang aku bercerita, sampai akhirnya aku harus menutup telepon karena bunda memanggilku untuk makan.

Sore sebelum magrib Andra pulang dengan senyum lebar.

“Assalamualaikum.”

“Wa’alaikumsalam, pulangnya kok sore banget, A.”

“Iya, Bun, tadi kerja kelompok dulu, ada tugas sosiologi,” jawab Andra sambil sun tangan.

“Sosiologi?” Ibu menatap kami bergantian, “Bukan biologi?”

“Sosiologi.”

“Biologi.”

Aku dan Andra saling tatap, dan aku baru menyadari kalau alasan mereka tertukar.

“Ah… Senja lupa, Bun, yang biologi itu Arya bukan Andra... hehehe, ketuker.”

“Kamu itu ya, dasar pelupa.”

Untung saja Bunda tidak curiga kalau tidak aku bakal gagal dapat coklat.

*****