Setangkai Layu
Suara gedoran pintu memekakkan telinga, mengusik pagi yang seharusnya berbinar damai mengumpulkan asa, menyambut hari baru.
"Bahkan mereka datang sepagi ini," gumam Kinar yang sudah terbiasa dengan keributan seperti itu. Melangkah keluar dengan acuh, mengenakan seragam lengkap SMA nya.
"Mana ayah kamu, suruh dia keluar?" gertak seorang dep kolektor, dengan garangnya.
"Bukan urusanku," jawab Kinar dengan berani menatap tajam pria tersebut.
"Beraninya kamu menatapku seperti itu," gerakannya lagi, sembari mencengkeram rahang Kinar dengan kasar. Yang kemudian Kinar balas dengan menginjak kaki pria itu tak kalah kuatnya. Hingga mengaduh kesakitan.
"Brengsek...," umpatnya kembali mengejar Kinar yang telah melenggang beberapa langkah. Berniat memberinya pelajaran. Kinar sempat memejamkan matanya saat kepalan tangan makin mendekat ke arahnya. Namun dengan sigap, seorang pria yang sedari tadi hanya berdiri acuh di belakangnya langsung menghalau pukulan tersebut.
"Kita ke sini untuk menagih hutang, bukan untuk anak ini," ucapnya berdalih.
Sementara Kinar hanya menatap penuh kebencian pada pria tadi, meski sempat menolongnya.
"Berani seperti itu lagi, habis dia aku kerjain," kata pria jahat itu menyeringai. Tatapannya berubah penuh makna.
"Aku hanya punya uang segini," Dini sang ibu segera keluar tak mau para penagih hutang semakin membuat keributan.
"Dasar nggak berguna," gumam pria itu menarik kasar uang yang Bu Dini sodorkan. Dan segera melangkah meninggalkan rumah tersebut.
Sepeninggal dua orang itu, Bu Dini membanting pintu, lalu menguncinya rapat-rapat. Dia sangat marah pada suami keduanya yang sepagi ini sudah mabuk, tak ada tanggungjawabnya sama sekali.
"Sampai kapan kamu mau seperti ini terus hah?" gertaknya yang sudah tidak tahan pada kelakuannya suaminya itu.
"Diam kamu, nggak usah banyak omong. Ganggu tidurku saja," jawabnya dengan enteng.
"Atau pergi saja dari rumah ini!" tandasnya makin menajam membuat Bu Dini tak mampu berkata apapun lagi. Dia sadar, selama ini dia dan Kinar anaknya hanyalah menumpang di rumah itu. Tak ada tempat lain untuknya lagi.
______________
Sementara Kinar tengah menghadap wali kelasnya, perihal biaya sekolah yang sudah nunggak beberapa bulan belakangan ini. Padahal Senin besok mulai ujian semester.
"Maaf Pak, apa bisa Bapak memberi kelonggaran waktu. Saya akan berusaha melunasinya," pintanya penuh harap.
"Baiklah, karena kamu adalah siswa yang cukup berprestasi. Saya beri kelonggaran waktu dua Minggu dari hari ini," dengan penuh iba sang Guru memberinya kebijakan.
"Terimakasih Pak," kelegaan terpancar dari wajahnya.
"Sama-sama, sekarang kamu boleh balik ke kelas."
Kinar keluar dari ruangan tersebut dengan langkah gontai. Pikirannya melayang, mencari cara untuk segera mendapatkan uang untuk melunasi semuanya. Sementara sang ibu hanyalah pekerja di sebuah rumah makan kecil. Yang bahkan gajih kecilnya hampir habis untuk mencicil hutang-hutang suaminya. Yang adalah ayah tirinya.
"Kenapa kamu Ki? Lesu amat," tanya Anin saat melihat Kinar dengan wajah muram kembali duduk di bangkunya.
"Aku butuh pekerjaan," jawabnya sembari menyenderkan punggungnya, melapas sejenak beban yang ada.
"Buat apa?
"Bayar sekolah."
Anin terdiam, dia memang paham akan kondisi sahabatnya itu. Hanya saja dia sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Dia sama sulitnya, hanya saja Anin lebih beruntung memiliki seorang kakak yang peduli padanya.
"Kamu mau kerja apa?"
"Apa saja yang penting bisa buat ngelunasi biaya sekolah. Aku masih ingin lanjut di sini," jawabnya dengan tatapan kosong.
"Ehh..Lu lagi butuh pekerjaan ya? Mau nggak kerja bareng gue?" tawar Risa yang tiba-tiba datang menyela pembicaraan mereka.
"Memangnya kerja apa?" tanya Anin yang curiga dengan tawaran Risa, cewe yang sudah dicap nakal di sekolah.
"Karaoke," jawabnya singkat.
"Nggak jual diri kan?" terlihat Kinar mulai tertarik.
"Nggak lah, kalau itu sih tinggal maunya lu aja."
"Upah seminggu apa bisa buat ngelunasi semuanya?"
"Nggak nyampe seminggu, bakalan lunas tuh biaya kamu yang nunggak," jawab Risa enteng.
"Baik, aku mau," Kinar memutuskan tanpa pikir panjang.
"Ki.. pikirin sekali lagi deh. Kamu tau kan itu pekerjaan seperti apa. Aku nggak mau hal buruk kejadian sama kamu," Anin nampak begitu khawatir.
"Hanya beberapa hari. Aku pasti bisa jaga diri. Kamu nggak usah khawatir," kata Kinar meyakinkan Anin.
"Terserah kamu Ki, aku memang nggak bisa bantu apa-apa. Jaga diri kamu baik-baik," ujar Anin pasrah.
"Bantu doa saja," jawab Kinar tersenyum.
"Kapan aku bisa kerja?" tanya Kinar pada Risa.
"Nanti malam gue jemput aja. Dandan yang cantik.Jangan tampakan wajah gadis tujuh belasan," pesan Riri.
Tepat jam delapan malam, Riri menjemput Kinar dengan sepeda motornya. Menatap Kinar dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan senyum mengejek.
"Lu mau kemana? Nggak salah tuh yang kamu pake?" Penampilan Kinar yang mengenakan celana jeans panjang dengan blouse menutup lengan membuat Riri tercengang.
"Nggak ada seksi-seksinya sama sekali. buruan naik, biar nanti aku make over," ajaknya.
Kinar hanya mendengus kesal dengan ocehan Risa, segera naik di boncengan motornya. Hanya beberapa menit, mereka telah sampai di sebuah kontrakan kecil. Entah milik siapa.
"Kenalin ini Mei, temenku," Risa memperkenalkan seorang perempuan cantik yang kira-kira usianya diatasi mereka.
"Kinar..," sebutnya sembari mengulurkan tangan.
"Mei..kamu nggak dandan aja udah cakep gini. Tersisih gue...," kayanya dengan tersenyum.
"Mba Mei berlebihan."
"Pinjami dia baju, buruan," kata Risa.
"Kamu tuh ya, bisa ia dapet mangsa baru yang bening gitu," bisik Mei.
"Diem Lu, buruan aja kemas dia pake yang hot," suruhnya.
"Barang kali...pake dikemas segala," sahut Mei, melenggang masuk kedalam kontrakannya.
"Ehh kalian nggak mau masuk? Mau ganti baju di luar gitu yah?" Mei mengehentikan langkahnya menoleh pada dua orang yang masih berada di belakangnya.
"Ayo buruan masuk sana! Aku mau nelpon temenku sebentar," Risa mendorong Kinar untuk segera masuk.
Di dalam sana, nampak Mei sedang memilah-milah beberapa pakaian yang dirasa cocok di pake Kinar.
"Kamu pake yang ini aja," katanya, menyodorkan satu gaun yang nampak terbuka. Seperti kekurangan bahan, kalau kata Kinar.
"Kayanya terlalu terbuka deh Mba, aku nggak nyaman," protes Kinar.
"Ya udah yang ini saja," Mei kembali menyodorkan stelan baju yang lain.
"Kebanyakan milih lu Ki, butuh uang nggak sih," cerocos Risa yang baru saja masuk.
Mendengar kata uang, membuat Kinar bergegas masuk ke kamar mandi mengganti pakainya. Rok yang panjangnya di atas lutut, dengan atasan kemeja krop lengan terbuka. Stelan baju yang sebenarnya tidak terlihat vulgar, malah makin memancarkan aura kecantikan Kinar. Walau Kinar masih belum merasa nyaman juga.
"Nah gitu kan makin cantik," puji Mei.
"Aku masih risih Mba."
"Udah, nggak papa itu masih sopan kok," Mei berusaha meyakinkan.
"Sekarang kamu duduk, biar aku poles tipis wajah kamu," perintahnya lagi.
Kali ini Kinar langsung menurutinya tanpa banyak protes.
"Kamu harus hati-hati, pekerjaan ini nggak semudah yang kamu bayangkan," bisik Mei mengingatkan. Dia takut Risa mendengarnya.
"Iya Mba," kata Iya terucap ringan, meski hatinya makin tak menentu. Degup jantungnya makin menderu hebat.
Setelah siap dengan penampilannya. Kinar melangkah mengikuti Risa dengan gamang. Berjalan di sebuah ruangan yang membuatnya memejamkan mata. Melihat beberapa adegan yang belum pantas dipertontonkan diusianya saat ini.
Kenapa tempat ini seperti ini. Batinnya mulai menyesali keputusan kilatnya. Bulu kuduknya merinding, rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Kamu kenapa?" tanya Risa.
Kinar hanya terdiam. Menutupi rasa takutnya.
"Lama-lama juga biasa kok," kata Risa yang tau papa yang Kinar rasakan.
"Kita masuk ke ruangan Bos dulu." Kinar tak menanggapi ucapan Risa saat tiba-tiba berpapasan dengan pria yang sempat menolongnya pagi hari tadi. Dep kolektor yang hampir setiap Minggu datang menggedor rumahnya.
Mata mereka saling bertemu, menatap lekat sesaat. Tanpa kata, tanpa sapa. Pria itu melenggang dengan langkah lebarnya, melewatinya begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
triana 13
mampir
2021-12-29
0
Hanna Devi
hai KK thor, Hati Terbelah Di Ujung Senja mampir nih 😍
2021-12-03
0
Rita Lovita
msh nyimak
2021-10-31
0