"Kamu memang pintar mencari mangsa, menarik," kata Bos tempet tersebut menyeringai. Pandangannya memiliki maksud tak baik.
Kinar hanya menunduk, menutupi rasa takutnya. Hingga kembali mengikuti langkah Risa.
"Sa, aku pulang saja," nyalinya berubah menciut.
"Gila lu ya, lu mau bikin gue mampus dihajar tuh monster," jawab Risa mendelik.
"Lu tenang aja, kalau lu nggak mau dia juga nggak bakalan maksa kok. Lagian kamu butuh duit kan," Risa mencoba menenangkan Kinar dengan tipuannya.
"Kita masuk ke ruangan itu," tunjuknya pada sebuah ruangan yang terlihat ada beberapa laki-laki di dalamnya.
Dengan ragu Kinar melangkah masuk, degup jantungnya makin menderu hebat tak terkendali antara takut juga gugup.
"Bos bilang jangan ada yang sentuh dia, itu bagiannya," bisik Risa pada seorang pria yang menatap mesum begitu Kinar masuk.
"Hemmm, bos mau enaknya aja," gumamnya kecewa.
"Segel nggak?" tanyanya lagi masih berbisik.
"Dijamin pokoknya."
"Ok deh, bekasnya bos juga nggak papa. Yang penting masih seret," tatapan laki-laki itu makin membuat Kinar tak nyaman. Ingin rasanya dia mendobrak pintu melarikan diri, setalah membayangkan apa yang kan terjadi padanya.
"Duduklah cantik, temani kami minum," suruhnya.
Risa mendorong tubuh Kinar agar mendekat pada pria hidung belang tersebut, "cuma tuangin minum buat itu Om, cepetan sana," desaknya.
Dengan gamang, Kinar pun menurut. Duduk di sebelah laki-laki yang tanganya langsung usil menggerayanginya. Kinar berusaha menghindari sentuhan-sentuhan nakal tersebut, hingga membuat laki-laki itu marah.
"Lu disini buat layani kami, jangan sok suci," gertaknya.
"Dia kan anak baru Om, masih kaku," ujar Risa agar pria tersebut tak semakin marah.
"Ok..ok...aku maklumi, tapi layani kami lebih baik lagi," ucapnya memelan.
Sementara Jay, pria yang berpapasan dengannya tadi memutuskan untuk kembali masuk. Ada kegusaran melanda hatinya, ketika membayangkan apa yang akan terjadi pada gadis tadi. Tak rela atau tak tega, entahlah dia pun belum tau alasannya bertindak senekat itu.
Mendobrak satu persatu pintu ruangan yang tertutup rapat mencari keberadaan gadis itu.
"Brengsek, dimana dia," kesalnya setelah beberapa pintu dia buka, tak nampak sosok itu. Hingga beberapa pintu kemudian, akhirnya dia menemukannya sedang digoda pria tua mesum bertubuh gempal, menjijikan.
"Siapa yang suruh lu masuk," gertaknya pada Jay yang masuk secara paksa, duduk santai satu sofa dengannya.
"Bos yang menyuruhku, mengawasi kalian agar nggak ganggu dia," jawabnya berbohong.
"Tuangi aku minuman," suruhnya dengan tatapan tertuju pada Kinar, yang tujuannya agar Kinar menjauh dari sisi pria mesum itu.
"Duduklah di sini," titahnya sembari menepak tempat kosong disebelahnya.
Tak ada yang berani menentang tindakan Jay, jika sudah ada embel-embel permintaan bos. Membuat Jay dengan tenang bisa menjaga Kinar tetap aman.
Duduk santai, dengan satu tanganya merangkul Kinar, tangan yang lain menenggak satu gelas minuman beralkohol. Dan Kinar makin canggung dengan kondisinya saat itu.
"Kita keluar sekarang?" Jay bangkit sembari mencengkeram tangan Kinar, menyeretnya keluar.
"Lu mau bawa kemana dia?"
"Bos menunggunya di ruangan lain," jawabnya tanpa menoleh terus menyeret tangan Kinar.
"Lepaskan aku," Kinar yang tak mengerti apa maksud Jay, mencoba menarik tangannya.
"Kali ini jangan membantah, ikuti saja," sergahnya.
"Kamu tidak tau menau seperti apa tempat ini," ucapanya tersebut berhasil membuat Kinar tak lagi meronta. Berjalan tanpa paksaan, mengikuti langkah Jay.
Sementara di ruangan tadi, sang Bos telah masuk ingin segera memuntaskan hasratnya pada perawan yang sudah sedari tadi membuatnya gelisah.
"Mana tuh cewe?" tanyanya,saat melihat sekeliling ruangan tak nampak Kinar di sana.
"Bukanya udah sama Bos, tadi dibawa lari sama si Jay. Dia bilang mau nganterin gadis itu ke Pak Bos," jawab Riri.
"Bocah itu berulah lagi, nggak kapok juga. Cepat cari dia, ke semua ruangan," titahnya dengan keras pada beberapa bodyguard nya.
Menyadari ada yang mengejarnya, Jay langsung menarik tangan Kinar membawanya lari. Tak lagi bisa menghindar, akhirnya dia menyeret masuk Kinar kesebuah kamar. Melempar tubuhnya ke atas kasur, lalu menindihnya.
Kinar memekik, "apa yang kamu lakukan, lepaskan aku," ucapnya sembari meronta, mencoba melepaskan diri dari kungkungan tubuh Jay yang kini berada di atasnya.
Jay malah makin liar membuka paksa kemeja Kinar, "menjeritlah..." katanya yang kemudian mencium kasar tengkuknya. Berusaha agar adegan tersebut seolah nyata, untuk mengelabui suruhan bosnya. Jay menelan salivanya susah payah, melihat belahan bukit yang nampak begitu indah. Berusaha sekuat mungkin menahan hasratnya, untuk tidak menjamah bahkan merusaknya.
Di ambang pintu terdengar suara ucapan seseorang, "brengsek, cewek yang bos incar udah diembat sama Jay. Bakal perang nanti." Setelah melihat adegan tersebut, dia langsung menutup kembali pintu kamar itu dan berlalu.
Melihat kondisi aman, Jay langsung bangkit. Melepaskan dekapannya pada Kinar, lalu menarik tubuhnya menjauh.
"Betulkan pakaianmu" ucapnya tanpa ekspresi.
Kinar pun langsung bangkit, beringsut membelakangi Jay untuk mengancingkan kembali pakaiannya yang terbuka akibat ulahnya.
Kinar menyeka kasar air matanya yang sempat menetes, "aku mau keluar sekarang," ucapnya diantara marah dan sedihnya.
"Ambilah ini, kamu kesini untuk ini kan?" Jay menyodorkan beberapa lembar berwarna merah.
Kinar tersenyum sinis, "terimakasih...," ucapnya dengan air mata kembali menetes, menangisi harga dirinya yang telah runtuh seruntuh-runtuhnya.
"Pergilah sekarang!" usirnya, selagi kondisi aman.
"Aku akan mengembalikannya, suatu saat nanti," tutur Kinar sebelum dia berderap keluar, berlari menjauh dari tempat laknat itu.
Dan Jay, siap menerima kemarahan dari bosnya. Yang telah lancang mengambil santapan malamnya. Berjalan tanpa takut menemui bosnya tersebut.
Dan...bugggghh...sambutan yang cukup membuat tubuhnya terhuyung, saking kerasnya pukulan tersebut.
"Brengsek...lancang kamu..." gertaknya tanpa perlu banyak kata.
Jay mengusap sudut bibirnya yang mengalir darah segar, "masih banyak gadis yang jauh lebih menarik dari dia. Bos mau yang mana?" katanya nampak santai.
"hemmm.., tapi kamu menikmatinya kan. Menikmati yang seharusnya menjadi milikku," Sang bos masih tak terima.
"Aku hanya nggak nyangka selera bos berubah sekarang," cibirnya.
"Sekali lagi kamu berani seperti itu, habis kamu," ancam sang bos penuh amarah.
Jay yang sudah sangat hafal dengan karakter bosnya yang tidak akan mungkin mau mengambil bekas anak buahnya, memilih jalan tersebut untuk menyelamatkan Kinar. Gadis yang sebenarnya belum dia kenali.
____________________
Kinar tengah berada di kamarnya, meringkuk di atas kasur usang dengan derai air mata yang membasah. Membayangkan kejadian tadi, dimana dia dijamah laki-laki tua hidung belang, sampai seorang pria gagah menyeretnya keluar. Kemudian mencumbunya kasar. Sungguh miris kisahnya, di usia tujuh belasan harus menghadapi kenyataan hidup sekejam itu.
Sementara Jay tengah berdiri di tepi jendela kamarnya mengedarkan pandanganya keluar jendela. Bayangan raut wajah Kinar terus berkelebat di kepalanya. Rasa kasian ataukah perasaan yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Desi Ummu Ihsan
aduh babang Jay....kamu telah berusaha menyelamatkan Kinar meskipun caranya kurang patut.
2021-02-24
0
HeniNurr (IG_heninurr88)
Jay.... 😍😍
2021-02-24
0
mbak i
like favorit,,,kayanya seru bgt ceritanya
2021-02-22
0